- Nama : Amat Tantoso
- Nama Populer : Ahai
- Tempat & Tanggal Lahir : Kundur, 5 September 1967
- Pekerjaan : Pengusaha, Ketua APVA Indonesia
- Penghargaan : Asian Best Executive Award
- Hobi : Berkebun, Sepeda
Deskripsi
Kegigihan, kerja keras, pintar menangkap peluang mengantarkannya jadi pengusaha sukses. Perjalanan hidup dan bisnisnya, bagi roaller coaster. Jatuh bangun. Naik, turun, naik lagi dan turun lagi. Ia siap bangkit lagi.
Amat Tantoso lahir 5 September 1967 di Sawang, Pulau Kundur, Kabupaten Karimun. Saat masih remaja usia 16 tahun, ia mengadu nasib ke Batam, bekerja di toko sembako. Setelah menikah, ia sempat pulang kampung meneruskan usaha toko kelontong orang tuanya. Tahun 1992 ia dan keluarganya kembali lagi ke Batam.
Awal Karir Amat Tantoso
Perjuangan hidup seorang Amat Tantoso alias Tan Sui Hai, dimulai. Ia memulai usaha jualan air tebu. ‘’Saya orang pertama di Batam jualan air tebu. Saat itu, peminatnya banyak. Saya beli dan tebang sendiri tebu di Batuaji dari rumah warga, sampai tangan saya gatal,’’ cerita Amat Tantoso, yang sampai-sampai saat itu dipanggil Ahai tebu.
Dari satu mesin tebu, usaha Amat berkembang dan punya 12 mesin penggiling tebu. Tak cukup tebu dari Batam, ia mendatangkan tebu dari Tanjungbatu dan Tembilahan. ‘’Tebu yang bagus itu tebu telor. Batangnya warna kuning dan airnya manis dan banyak,’’ ujar Amat Tantoso, yang menyewa gudang untuk menyimpan tebu.
Amat berjualan air tebu di samping toko Kawi Jaya. Ia sangat memper-hatikan kebersihan, jangan sampai ada lalat. Bisnis tebu berkembang, ia membuka kedai kopi di pasar Pujabahari dan Toss 3.000. ‘’Tiap hari saya bolak balik naik tangga antar kopi dan air tebu,’’ katanya. Saat itu, modal sebatang tebu Rp125,- bisa dapat 2,5 gelas dijual Rp700,-. Tiap minggu, Amat mengirim 6 ton tebu ke Batam.
Inilah kunci sukses Amat Tantoso berbisnis air tebu, meski tubuhnya babak belur mengangkat tebu. ‘’Kerja keras, tekun, jujur dan analisa minat dan selera konsumen. Tebu harus bersih. Kalau ada pelanggan komplin, air tebu diganti. Semua bisnis harus jemput bola,’’ tutur Amat Tantoso.
Kedai kopi Amat juga berkembang. ‘’Kedai kopi makin ramai, kopinya makin enak. Karena kantong berisi serbuk kopi panas terus. Bubuknya harus baru. Ada resep tertentu seperti dicampur mentega. Cangkirnya harus tebal dan direbus. Air harus mendidih,’’ kata Amat membeberkan rahasia jualan kopi.
Amat sangat menguasai bisnis kedai kopi, menyajikan teh dan telor setengah matang untuk memuaskan tamu. Ia hapal selera tamunya. ‘’Kalau pegawai kedai kopi sudah saya ajari cara bikin kopi, tapi tetap tak enak, saya pecat,’’ katanya.
Karena Amat menguasai pasar karena jualan kopi, ia lalu dipercaya mengelola pasar. Ia lalu menyewa 46 meja atau lapak dari 92 meja di pasar Pujabahari. Ia lalu menyewa meja Rp225 ribu per bulan. Meja-meja itu, disewakan lagi ke inang-inang, pedagang sayur Rp10 ribu per hari. ‘’Tiap hari saya menagih,’’ katanya. Ia untung Rp75 ribu dari satu meja, dikalikan 46 meja.
‘’Kita belajar dari hal yang kecil dan harus menguasai. Bentuk tim dan rapat tiap hari, tunjuk ketua lapangan dan harus tahu selera tamu,’’ katanya. Tiap hari, pagi-pagi ia mengajak istrinya jalan kaki, mencatat alamat ruko yang mau dijual dan mencari pembelinya.
Sejak kecil, Amat Tantoso diajari orang tuanya berbisnis, mengutamakan menjaga nama baik dan kejujuran. Apapun yang terjadi, jangan merugikan orang lain. ‘’Saat saya ditipu orang Rp100 Miliar lebih, jaksa dan hakim bilang, yang menipu orang kan karyawan kamu, bukan kamu. Kok kamu yang bayar? Saya jawab, orang percaya bukan pada karyawan saya, orang percaya pada Amat Tantoso,’’ katanya.
Mengenal Bisnis Penukaran Uang
Lantaran basisnya memang di pasar, ada pengusaha ayam dan daging, tidak mau repot menyusun uang lecek dan menyetor ke bank.’’Saya menawarkan membantu menyusun uang yang basah dan terkena darah ayam, lalu sorenya disetor ke bank. Uang itulah yang saya putar untuk modal berbisnis valas dengan modal kepercayaan orang lain,’’ cerita Amat Tantoso.
Begitulah. Amat kerja serabutan. Jual air tebu, buka kedai kopi, jadi makelar lapak di pasar, menyusun uang basah dan berdarah lalu menyetor ke bank, dan mulai merintis bisnis valuta asing kecil-kecilan. ‘’Ada yang butuh dolar, ada yang butuh rupiah, saya jadi orang tengah saja,’’ kata Amat, saat memulai bisnis penukaran uang.
Dengan modal kepercayaan dan kejujuran, bisnis valas yang dilakoninya berkembang. Apalagi, pabrik makin banyak dan perdagangan ekspor impor makin berkembang. Warga Batam yang bertetangga dengan Singapura dan Malaysia, sangat familiar dengan mata uang dolar Singapura dan Ringgit Malaysia.
Tak puas menjadi makelar, Amat Tantoso nekad membeli mata uang dolar Amerika dan dolar Singapura untuk diperjualbelikan dengan tujuan mencari capital gains dari selisih kurs. Ternyata, jual beli valas yang dilakoni lelaki yang bernama Tan Sui Han ini berkembang pesat dan ia mulai membuka money changer.
Krisis moneter yang terjadi 1998 malah membuat money changer Amat Tantoso makin berkembang. Fluktuasi kurs mata uang sehingga bisnis valuta asing menguntungkan. Gejolak mata uang bisa mencapai 400 poin dalam sehari. Dengan kegigihan dan ketekunannya, Amat Tantoso menjadi pengusaha valuta asing.
Nama Amat Tantoso dikenal publik secara luas tahun 2000 sejak money changernya dirampok. Uang tunai Rp300 juta digasak rampok. Satpam pemberani yang bekerja di money changer Amat Tantoso bernama Jhon Roma, tewas ditembak perampok. Sampai sekarang, setiap tahun Amat selalu berziarah ke kuburan Jhon Roma.
Tersandung Masalah
Bisnisnya berkembang, berbagai cobaan pun menghadang. Ia ditangkap polisi tahun 2005 dengan tuduhan melanggar tata aturan pajak. Amat Tantoso saat itu Ketua Asosiasi Valuta Asing Batam dihukum dua tahun penjara. Sejak itu, ia menjadi lebih religius. Banyak orang mengira, perjalanan bisnis Amat Tantoso bakal tamat. Namun, perlahan tapi pasti, Amat Tantoso bangkit lagi.
Money changer milik Amat beranak pinak sampai 20 cabang di seluruh Kepulauan Riau. Agustus 2016 Amat Tantoso dipercaya menjadi Ketua Umum APVA Indonesia, yang beranggotakan 1.043 money changer.
Bagi Amat Tantoso, peluang tidak boleh dilepaskan. Saat masih aktif berbisnis money changer, teleponnya tak berhenti bordering. ‘’Kalau dulu, saya punya telepon tiga dan handphone tiga,’’ katanya, tertawa. Tidak hanya money changer, bisnis Amat Tantoso berkembang ke bisnis perdagangan mobil, perbankan, properti dan perhotelan.
Namun, lagi-lagi Amat Tantoso tersandung kasus hukum. Tanggal 8 Juni 2016, Amat Tantoso membuat geger warga Batam. Amat yang geram dengan ulah tiga warga Tiongkok yang menghipnotis dan menipu di money changer miliknya, Amat menangkap sendiri pelaku penipuan itu sambil mengacung-acungkan pistol.
Aksi koboi Amat Tantoso itu direkam video dan tersebar dengan cepat. Ketiga pelaku penipuan warga Tiongkok itu ditangkap polisi. Amat Tantoso yang memiliki senjata berpeluru karet itu, juga diperiksa polisi, sepekan setelah kejadian. Pistol Amat Tantoso disita polisi.
Tiga tahun kemudian, lagi-lagi Amat tersandung masalah hukum. Warga Batam dan kalangan pengusaha, terkejut saat mendengar kabar Amat Tantoso menikam Hong Koon Chen alias Kelvin Hong, warga negara Malaysia, di restoran Wey-Wey Harbour Bay, sekitar pukul 18. 57 malam tanggal 10 April 2019.
Mengapa Amat Tantoso sampai nekad seperti itu? Belakangan terungkap, Amat ditipu lebih dari Rp100 Miliar. Karyawannya bernama Mina alias Apong, diperdaya, ada aliran dana yang ditransfer dan terungkap di pengadilan. Amat diganjar hukuman empat bulan penjara, sementara saksi korban Kelvin Hong, menghilang dan kembali ke Malaysia dan tak pernah hadir di persidangan.
Amat Tantoso melaporkan balik Kelvin Hong yang dengan tuduhan penipuan dan penggelapan. Polresta Barelang juga telah menetapkan Kelvin masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) dan meminta bantuan Interpol. Seorang pengusaha Batam diduga terlibat dan diperiksa oleh tim Mabes Polri. Belum diketahui, seperti apa akhir kisah Amat Tantoso ini.
Seperti kata pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga. Tak sampai setahun setelah kasus penipuan yang menimpa dirinya, Covid-19 melanda dunia. Dalam kondisi seperti itu, Amat Tantoso ditipu dan ditelikung orang kepercayaannya. Dalam akun media sosialnya, Amat Tantoso menulis : Di saat kita dalam kesusahan, ketika itulah kita akan temui siapa sahabat kita yang sebenarnya. Waktu kita susah, kita akan menemukan siapa yang setia. Segalanya pasti ada hikmahnya.
Aktifitas Terkini
Lalu, apa yang dilakukan Amat Tantoso dua tahun belakangan. Ia rajin berolahraga, terutama bersepeda. Ketika saya bertemu Amat Tantoso pada September 2021 lalu, ternyata Amat mengisi kegiatannya dengan berkebun, di pekarangan rumahnya yang luas di kawasan Tanjungpinggir. Ia menanam mangga, durian, lengkeng, kedondong, cabe dan sayuran, belajar hidroponik, dan beternak kuda, kambing dan ayam. Ia benar-benar menikmati hidupnya.
“Sejak usia belasan tahun, saya sudah bekerja keras. Berbagai usaha saya lakukan. Jadi pengusaha sukses, jatuh dan terpuruk, bangkit lagi, ditipu ratusan miliar, saatnya kini saya menikmati hidup dengan tenang,” kata Amat Tantoso, kepada saya.
Amat Tantoso sangat menghormati orang tuanya. Di dinding rumahnya, terpasang filosofi China kuno, hormat kepada orang tua. Ia juga tidak melupakan orang-orang yang berjasa kepadanya. “Selama ini, saya sangat sibuk. Waktu adalah uang. Ternyata, bahagia itu sederhana,” kata kakek satu orang cucu ini. Bisnis Amat Tantoso tetap berjalan. Money changer, hotel dan beberapa bisnis lain, masih dikontrolnya. “Modal utama saya, kepercayaan, katanya.
Karena kepercayaan itulah, Amat Tantoso kembali terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Badan Pengurus Pusat Afiliasi Penukaran Valuta Asing (APVA) Indonesia periode kedua 2022 sampai 2026, pada Munas ke 7 di Ballroom Hotel Vasa, Surabaya tanggal 8 Februari 2022.
‘’Terimakasih kepada seluruh anggota APVA Indonesia yang telah memberikan kepercayaan dan amanah kepada saya untuk menahkodai kembali organisasi ini. APVA siap mendukung pemerintah untuk kemajuan ekonomi Indonesia,’’ kata Amat Tantoso.
Kepada saya, Amat Tantoso mengatakan,’’Saya pengusaha Batam yang paling sering jatuh, tapi saya bangkit lagi. Dalam bisnis money changer, pantangan utama adalah tidak boleh berjudi. Karena bisnis saya adalah bisnis uang dan menjaga kepercayaan orang lain.’’ Inilah prinsip yang dipegang teguh seorang Amat Tantoso. *