- Nama Lengkap : Drs H Ismeth Abdullah
- Tempat & Tanggal Lahir : Cirebon, 29 September 1946
- Pendidikan : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
- Pekerjaan : Mantan Ketua Otorita Batam 1998 – 2005, Mantan Gubernur Kepri 2005 – 2010
- Penghargaan : Satyalancana Pembangunan 2000, Bintang Jasa Utama 2003
By Socrates – Nama Ismeth Abdullah, sebelumnya tidak dikenal di Batam dan Kepulauan Riau. Alumni Fakuktas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 1974 dan melanjutkan ke Economic Development Institute of the World Bank, Washington DC, Amerika Serikat ini tahun 1978 ini, pernah bekerja sebagai direktur pemasaran Bank Bukopin dan pimpinan Dewan Penunjang Ekspor (Export Support Board) dari Oktober 1989 hingga Juli 1998.
Dewan Penunjang Ekspor adalah badan nasional yang dibentuk Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia untuk penyediaan bantuan teknis di bidang produksi, pemasaran, dan tenaga ahli kepada Usaha Kecil dan Menengah sebagai komoditas ekspor.
Ismeth Abdullah menjadi Ketua Otorita Batam yang ke lima, menggantikan JE Habibie adik BJ Habibie yang menjadi Wakil Presiden RI. Reformasi menyebabkan Presiden Soeharto mundur pada tanggal 21 Mei 1998. Wakil Presiden BJ Habibie menjadi Presiden RI dan kemudian digantikan oleh Abdurrahman Wahid pada tahun 1999.
Ismeth Abdullah dilantik menjadi Ketua Otorita Batam tanggal 15 Juli 1998 di Jakarta menggantikan Junus Effendi Habibie atau Fanny, adik kandung BJ Habibie. Kepulauan Riau bukan daerah yang asing bagi Ismeth Abdullah. Ia seperti melewati napak tilas sejarah. Istrinya Siti Aida Nasution, adalah putri tertua Gubernur Riau pertama, SM Amin Nasution di Tanjungpinang.
Saya mewawancarai Ismeth Abdullkah tanggal 27 September 1998 dan baru pertama kali Ismeth berbicara panjang lebar soal Batam dan dimuat di Harian Pagi Sijori Pos yang kemudian ganti nama jadi Batampos. Ia mence-ritakan proses menjadi Ketua Otorita Batam.
’’Saya tidak janji apa-apa. Saya hanya ingin ciptakan iklim yang sehat dan kondusif bagi investor, sehingga mereka merasa seperti di rumah sendiri dan datang lebih banyak lagi ke Batam. Saya akan memberi nuansa lebih besar pada social development, perbaikan kesejahteraan masyarakat dan pemerataan,’’ paparnya, saat itu.
Saat itu, jumlah rumah liar itu sedikitnya 25.000 unit dan tersebar di 59 lokasi. Ismeth membuat program memukimkan kembali dan pemutihan lokasi rumah liar. ’’Dalam tempo 12 bulan ini, rumah – rumah liar itu akan habis,’’ katanya. Namun, sampai tahun 2022 rumah liar masih ada.
Ismeth menjadi Ketua Otorita Batam saat awal reformasi. Banyak masalah yang harus diselesaikan. Yang jadi prioritasnya adalah soal keamanan, rumah-rumah liar dan aksi demonstrasi. ‘’Kita mengharapkan agar Pemda luar Batam menyadari, apapun yang kita kerjakan disini akan sia-sia, kalau arus migrasi terus berlangsung. Tiap minggu banyak sekali yang datang dengan kapal,’’ katanya.
Angin reformasi juga bertiup kencang ke tubuh Otorita Batam. Mulai dari sorotan kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) hingga tuntutan memnbubar-kan Otorita Batam. ‘’Itu tidak akan terjadi lagi. Karena, pedoman pelaksanaan pencegahan dan aturan main soal KKN sudah jelas. Dan kita akan lebih transparan,’’ kata Ismeth Abdullah.
Batam Industrial Development Authority (BIDA) atau Otorita Batam yang dibentuk tahun 1971 bawah kepemimpinan Ismeth Abdullah, Batam telah menarik lebih dari 400 Penanam Modal Asing (PMA) senilai US$ 1,4 Miliar. Jumlah perusahaan asing meningkat dua kali lebih banyak. Dari 300 hingga 700 perusahaan. Ismeth gencar mempromosikan Batam, pelayanan yang profesional dan transparan ke dunia usaha dan investor asing.
Setelah dua tahun dua bulan menjabat Ketua Otorita Batam (OB), saya mewawancarai mewawancarai Ismeth Abdullah secara blak-blakan, karena kritik kepadanya makin gencar. Ismeth menanggapi kritik dengan bekerja. ’’Saat saya datang, saya belum tahu Batam. Kunjungan saya pertama kali sebagai staf ahli Ketua Otorita Batam dan itu hanya satu malam. Prioritas saya adalah memajukan kawasan industri dengan memperhatikan perimbangan sosial,’’ katanya.
Setelah dua minggu jadi ketua OB, Ismeth Abdullah ke Pekanbaru untuk melihat respons masyarakat Pekanbaru terhadap Batam. ’’ Dari situlah saya baru tahu, Batam dianggap eksklusif dan tidak tersentuh (untouchable). Waduh. Oh begitu rupanya, ada gap. Saya kan tidak ada apa-apanya. Saya bukan tokoh. Saya masuk ke Batam tanpa beban. Saya tidak mencari harta dan jabatan. Saya ke Batam tidak ada maksud apa-apa selain membangun,’’ katanya.
Di era Ismeth Abdullah, karyawan Otorita Batam bisa punya rumah, yang dicicil melalui koperasi. Namanya perumahan Bida Asri I dan Bida Asri II. Saat itu, rencana lahirnya Undang-undang otonomi daerah akan memper-kuat Pemda dan Otorita Batam akan lebih fokus. ’’Artinya apa? Kalau OB fokus, dia bisa mengubah dirinya kedalam bentuk korporasi,’’ katanya. Ternyata, tahun 2022 ini, setelah 24 tahun lalu saya mewawancarai Ismeth Anbdullah, pelabuhan sudah dikelola Badan Usaha Pelabuhan. Bandara Hang Nadim berubah menjadi PT Bandara Internasional Batam.
*****
Presiden Republik Indonesia mengangkat Ismeth Abdullah sebagai Penjabat Gubernur Kepulauan Riau yang merupakan provinsi baru yang ke-32 di Indonesia sejak 1 Juli 2004. Pada tahun berikutnya, bulan Juni 2005, Ismeth Abdullah dipilih sebagai Gubernur Kepulauan Riau pertama berda-sarkan Pemilihan Kepala Daerah Provinsi Kepulauan Riau.
Ismeth Abdullah menggagas pusat pemerintahan Provinsi Kepri yang baru berdiri di Dompak. Ia membayangkan, kawasan ini seperti Subic di Filipina, kawasan khusus yang ada pengelolanya. Antara gedung Pemprov dan DPRD meniru Washington DC. ‘’Jembatan Dompak direncanakan double dekker atau dua lapis. Di bawah motor dan di atas mobil, mengantisipasi kecelakaan. Tapi, desainnya dirubah. Waduh.’’ katanya, kepada saya, saat wawancara pada tahun 2017 silam.
Ismeth Abdullah juga melontakan gagasan membangun jembatan Batam- Bintan. Gubernur pertama Provinsi Kepri ini, punya visi jauh ke depan. Ismeth pekerja keras. Ia jarang hadir acara seremonial di kabupaten kota. Saat itu, Ismeth tinggal di rumah dinas pinjaman di sekitar Hotel Top View Tanjungpinang.
Ismeth telah melihat vitalnya jembatan yang menyatukan Pulau Batam dan Pulau Bintan sejak belasan tahun yang lalu. Desain awal pembangunan jembatan ini sudah dibuat oleh Pemprov Kepri tahun 2005 dan diperbarui tahun 2010.
Sejak awal, Ismeth Abdulah meyakini, jembatan Batam Bintan akan bermanfaat secara ekonomi bagi Kepulauan Riau. Investor bakal tertarik menanamkan modal karena percaya dengan kemampuan Kepri. Selain itu, sektor pariwisata di Bintan dan Tanjungpinang, bakal bekembang pesat. Jembatan tidak hanya jadi penghubung antar wilayah dan antar pulau, juga menjadi ikon atau landmark suatu daerah. Jalur jalan dan jembatan, bisa dimanfaatkan untuk jaringan kabel listrik dan air minum
‘’Investor bisa punya banyak pilihan. Tak ada lagi kendala transportasi. Bisnis pertanian, perikanan di Bintan, industri di Batam. Kerja di Batam, main golf di Bintan. Kita bentuk tim ke ITB bikin desain. Survei selama dua bulan, untuk mendapatkan titik patok jembatan. Itu kita bayar,’’ papar Ismeth Abdullah.
Sebelum Ismeth Abdullah pensiun, ia membawa Kepala Bappeda Pemprov Kepri saat itu, Suhajar Diantoro ke Bappenas. ‘’Saya masih ingat. Desain jembatan mereka sudah tahu, Bappenas sudah mencarikan pinjaman lunak dari luar negeri. Saya sudah titipkan. Kenapa jembatan ini lama baru akan dibangun? Saya tidak tahu,’’ kata Ismeth Abdullah.
Waktu berlalu, tahun berganti. Tahun 2010, Ismeth Abdullah pensiun. Meski saat ini menetap di Batam, Ismeth Abdullah mengaku tidak pernah dilibatkan lagi soal pembangunan jembatan Batam Bintan. ‘’Saya kan sudah pensiun. Kata orang, kalau sudah pensiun nggak punya gigi, ha..ha..ha.’’katanya.
Namun, menjelang masa jabatannya habis sebagai Gubernur Kepri, Ismeth Abdullah tersandung kasus korupsi proyek pengadaan mobil pemadam kebakaran, saat ia menjabat sebagai Ketua Otorita Batam tahun 2004 dan 2005. Ismeth Abdullah divonis hukuman dua tahun penjara. Jaksa penuntut umum menganggap terdakwa Ismeth terbukti merugikan negara Rp 5,4 miliar. Ia terbukti memperkaya orang lain atau suatu korporasi sehingga merugikan keuangan negara. Ismeth Abdullah menjalani masa hukumannya sejak 22 Februari 2010 dan bebas bersyarat Maret 2011.
Namun, popularitas Ismeth di mata pendukungnya tak pernah sirna. Beberapa kali, namanya disebut-sebut akan turun gunung ke kancah politik. Baik di Pilwako Batam maupun di Pilgub Kepri. Ismeth memang kadang di Batam, kadang di Jakarta.
Ismeth Abdullah dan istrinya Aida Ismeth Abdullah, terpapar Covid-19 pada tanggal 1 Juli 2021. Ia sempat dilarikan ke RSBP Batam. ‘’Awalnya, saya demam dan suhu badan panas, lalu saya makan Paracetamol. Meski panas tubuh turun, tapi keesokan harinya, naik lagi. Lalu, saya periksa di klinik, ternyata positif Covid-19. Saya lalu isolasi di rumah. Ternyata, ibu Aida juga positif,’’ kata Ismeth kepada saya melalui telepon.
Ia dan istrinya isolasi mandiri berdua di rumah selama 15 hari. ‘’Saya makan obat banyak. Mulai dari anti virus, antibiotik dan vitamin. Saya sempat merasa cemas, tapi demamnya mulai sembuh. Kondisi saya dan Ibu Aida makin membaik,’’ katanya.
Saya bertemu lagi dengan Ismeth Abdullah, Minggu 18 September 2022. Semangatnya tak pernah surut saat membahas Batam dan Kepulauan Riau. Meski saya banyak mendapat informasi tentang kesulitan yang ia alami, Ismeth tampak enggan membahasnya.
Saya teringat kata-kata pemikir politik Amerika Walter Lippmann. Ujian terakhir seorang pemimpin adalah, ketika ia bisa berada di belakang orang lain untuk menjalankan keyakinan dan kemauannya. Sejarah telah menunjukkan, setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. Tidak perlu berkecil hati ketika Anda mulai dilupakan. Karena, setidaknya Anda sudah menorehkan sejarah pada masanya. ***