By Socrates – Anda warga Batam, masih ingat PT Adhya Tirta Batam (ATB)? Perusahaan yang pernah memiliki konsesi 25 tahun pengelola air bersih di Batam dari 1995 sampai 2020 itu, kini bertransformasi menjadi ATB for Indonesia yang melayani multi klien di berbagai kota di Indonesia.
Sebanyak 31 penghargaan bergengsi sudah diraih ATB selama ini. Antara lain, meraih SNI Award Platinum tahun 2018 dan 2019 menyisihkan perusahaan BUMN dan Tbk. Terpilih sebagai Top CEO berturut-turut tahun 2016 dan 2017. ATB juga menjadi satu-satunya narasumber dari Indonesia di acara SCADA World Summit 2017 di Singapura.
ATB adalah perusahaan air swasta pertama di Indonesia. Batam sudah memulai privatisasi air sejak 15 November 1995 saat Otorita Batam memberikan kosesi kepada PT ATB. Layanan terbaru ATB adalah program investasi, capacity building, technical assistance dan profesional consulting. Produk andalannya SPARTA dan AIRS.
Saat ini, ATB mengembangkan sayap bisnisnya ke berbagai daerah di Indonesia, yakni KEK Sei Mangkei Simalungun Sumut, PT Adhya Tirta Sriwijaya Palembang, PT Adhya Tirta Lampung dan PT Meta Adhya Tirta Umbulan Jawa Timur. Bentuk kerjasamanya Bangun Guna Milik dan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
’’Dulu ATB hanya melayani pengelolaan air di Batam. Kini, ATB bertranformasi melayani multi klien. Selama melayani warga Batam, ATB memiliki kinerja sangat baik dan menjadi centre of excellence perusahaan air bersih di Indonesia. Setiap tahun, lebih 70 perusahaan datang dan belajar ke ATB. Ini yang mendorong menjadi ATB for Indonesia,’’ kata Direktur Utama PT ATB Ir Benny Andrianto Antonius, Sabtu 29 Juli 2023.
Menurut Benny, perusahaan PDAM dari berbagai daerah itu, selain belajar ke ATB juga menginginkan kerjasama dalam bentuk Technical Assistance, Operation Regime & Capacity Building meliputi Smart Operation Management, Smart Customer, Relation Management, Smart IT Management System, serta Smart Strategic Management. ‘’Selain masalah sumber daya manusia, tiga masalah utama perusahaan air bersih adalah tiga K, yakni kualitas, kuantitas dan kontiniunitas,’’ ujar Benny.
Secara umum, kata Benny, perusahaan pengelola air bersih di berbagai kota di Indonesia sudah memiliki kualitas air bersih yang cukup baik. Namun, soal kuantitas dan kontiniunitas pelayanan air selama 24 jam, masih jadi masalah besar.
‘’Masalahnya adalah, kompetensi SDM, keterbatasan dana investasi dan terkait kelayakan jaringan pipa serta master plan yang buruk,’’ ujar Benny seraya menyebutkan, 43 PDAM sedang dalam proses kerjasama dengan ATB for Indonesia.
Indikator kerjasama perusahaan pengelola air bersih dengan ATB adalah jumlah pelanggan dan kapasitas perusahaan tersebut. Apakah perusahaan pengelola air bersih di Batam saat ini salah satu klien ATB? ‘’Sepertinya tidak. Karena kualitas layanan dengan standar tidak baik, bukan ATB,’’ kata Benny.
Lalu, bagaimana dengan banyaknya keluhan pelayanan air bersih di Batam saat ini?
‘’Saya prihatin dan sedih. Dulu, Batam dikenal sebagai kota dengan layanan terbaik se Indonesia. Pengelolaan air di Batam adalah legacy ATB,’’ ujar Benny.
Ia mengakui, belum banyak yang tahu aktivitas ATB saat ini yang menjadi konsultan beberapa PDAM di kota-kota lain di Indonesia. Benny memilih lebih banyak bekerja daripada bicara. Ia merencanakan ATB For Indonesia go public.
‘’Kalau pengelola air di Batam mau jadi klien ATB, kami welcome karena kami bekerja secara profesional,’’ kata Benny.
ATB yang mengusung visi Menjadi Perusahaan Air Terpercaya di Indonesia, selama ini berhasil menekan angka kebocoran sampai 14 persen dan cakupan pelayanan hingga 99,7 persen. ATB meraih 31 penghargaan bergengsi sebagai bentuk apresiasi atas layanan prima kepada pelanggan.
Solusi Cerdas SPARTA
Produk unggulan ATB antara lain SPARTA yakni sistem pengelolaan air terpadu berbasis SCADA merupakan sistem kendali berbasis teknologi untuk kemudahan monitoring sistem operasional secara real
time dalam industri pengelolaan air bersih. Teknologi SPARTA dapat memantau dan mengontrol sistem operasional dari jarak jauh sehingga terpusat pada satu sistem yang terintegrasi.
ATB membangun SPARTA Smart Solution dengan mengembangkan fungsi dan fitur SCADA untuk keperluan operasional serta manajemen pengelolaan air bersih sehingga lebih optimal, efektif, dan efisien.
Sistem SPARTA mengintegrasikan sistem Produksi, Distribusi, Non Revenue Water (NRW) dan Geographic Information System (GIS) ‘’SPARTA sudah dipatenkan atas nama saya,’’ kata Benny Andrianto.
Dengan bantuan SPARTA saat ATB masih mengelola air bersih di Batam.
ATB bisa menekan kebocoran air hanya 14 persen dan terendah di Indonesia untuk hampir 300.000 pelanggan.
‘’Ilustrasinya, Anda saat ini sangat terbantu dengan adanya Google Maps, untuk memandu perjalanan. Seperti itulah cara kerja SPARTA,’’ ujar Benny.
Alat canggih ini, papar Benny, bisa memberikan data elevasi air di waduk, dimana kebocoran terjadi dan sebagai insight dan informasi apa yang akan terjadi. Daerah mana yang kekurangan suplai air dan kawasan mana yang harus ditingkatkan suplai air karena pertumbuhan penduduk.
‘’Kabarnya, Batam sudah mengaplikasikan SCADA, tapi itu bukan SPARTA,’’ kata Benny.
SPARTA memang canggih. Hanya dengan mengklik peta Batam, segera diketahui tingkat kebocoran air di suatu wilayah, elevasi air dam, proses area produksi, pengoperasian pompa, mengontrol valve hingga kualitas air secara online dan real time.
Selain modul produksi, juga bisa memantau jaringan distribusi dan Water Treatment Plan (WTP) menuju reservoir dan pelanggan. Termasuk memantau aliran dan tekanan air. Modul NRW bisa menurunkan tingkat kebocoran, perbaikan dan tindakan preventif serta perbaikan dan mengontrol angka kehilangan air. Semua data dan informasi, dengan modul GIS tersaji secara real time.
Lalu, bagaimana mengatasi suplai dan distribusi air bersih di Batam yang kontur tanahnya berbukit-bukit dan suplai air tidak lancar?
‘’Siapapun pengelola air bersih di Batam, ada tiga daerah yang harus jadi perhatian. Yakni, daerah di titik terjauh, daerah titik tertinggi dan kontur lapangan. Jadi, perhatian terhadap setiap wilayah tidak sama,’’kata Benny.
‘’Saya sudah 30 tahun di Batam. Ada daerah tertentu yang akan mengalami kesulitan air. Contoh, daerah Bengkong yang konturnya berbukit-bukit. Begitu juga Tiban. Atau daerah ujung seperti Tanjunguncang. Masalah pertama, air tidak mengalir. Kedua, air mengalir tapi tidak ada tekanan dan ketiga, air mengalir tapi tidak 24 jam,’’ papar Benny Andrianto.
Selain keluhan air mati dan tidak mengalir, banyak warga Batam mengeluhkan air yang keruh. ‘’Kualitas air dimulai dari produksi apakah di treathment dengan baik atau tidak,’’ tukas Benny.
Darimana warga tahu bahwa air yang mereka konsumsi diolah dengan benar atau tidak?
‘’Kalau air berlumut, keruh dan berwarna coklat berarti tidak di treathment dengan baik karena ada larutan organik yang terbawa serta. Selain itu, penghantarnya, apakah pipa dikuras atau atau tidak. Pipa hanya bisa dikuras kalau airnya cukup. Kalau pipa disalahkan, ya keliru. Ini berawal dari treatment yang tidak baik lalu merusak pipa. Mungkin ada pipa, tapi airnya nggak ada, yang keluar angin,’’ kata Benny, seraya menyebutkan, dalam pengelolaan air bersih, ada flow atau aliran air dan ada tekanan. Jaringan pipa air bersih di Batam panjangnya 4.000 kilometer.
(*)
Bersambung