By Socrates – Produk unggulan ATB antara lain SPARTA yakni sistem pengelolaan air terpadu berbasis SCADA merupakan sistem kendali berbasis teknologi untuk kemudahan monitoring sistem operasional secara realtime dalam industri pengelolaan air bersih.
Teknologi SPARTA dapat memantau dan mengontrol sistem operasional dari jarak jauh sehingga terpusat pada satu sistem yang terintegrasi. ATB membangun SPARTA Smart Solution dengan mengembangkan fungsi dan fitur SCADA untuk keperluan operasional serta manajemen pengelolaan air bersih sehingga lebih optimal, efektif, dan efisien.
Sistem SPARTA mengintegrasikan sistem Produksi, Distribusi, Non Revenue Water (NRW) dan Geographic Information System (GIS).
‘’SPARTA sudah dipatenkan atas nama saya,’’ kata Benny Andrianto.
Dengan bantuan SPARTA saat ATB masih mengelola air bersih di Batam, ATB bisa menekan kebocoran air hanya 14 persen dan terendah di Indonesia untuk hampir 300.000 pelanggan.
‘’Ilustrasinya, Anda saat ini sangat terbantu dengan adanya Google Maps, untuk memandu perjalanan. Seperti itulah cara kerja SPARTA,’’ ujar Benny.
Alat canggih ini, papar Benny, bisa memberikan data elevasi air di waduk, dimana kebocoran terjadi dan sebagai insight dan informasi apa yang akan terjadi.
Daerah mana yang kekurangan suplai air dan kawasan mana yang harus ditingkatkan suplai air karena pertumbuhan penduduk.
‘’Kabarnya, Batam sudah mengaplikasikan SCADA, tapi itu bukan SPARTA,’’ kata Benny.
SPARTA memang canggih. Hanya dengan mengklik peta Batam, segera diketahui tingkat kebocoran air di suatu wilayah, elevasi air dam, proses area produksi, pengoperasian pompa, mengontrol valve hingga kualitas air secara online dan real time.
Selain modul produksi, juga bisa memantau jaringan distribusi dan Water Treatment Plan (WTP) menuju reservoir dan pelanggan. Termasuk memantau aliran dan tekanan air.
Modul NRW bisa menurunkan tingkat kebocoran, perbaikan dan tindakan preventif serta perbaikan dan mengontrol angka kehilangan air. Semua data dan informasi, dengan modul GIS tersaji secara real time.
Lalu, bagaimana mengatasi suplai dan distribusi air bersih di Batam yang kontur tanahnya berbukit-bukit dan suplai air tidak lancar?
‘’Siapapun pengelola air bersih di Batam, ada tiga daerah yang harus jadi perhatian. Yakni, daerah di titik terjauh, daerah titik tertinggi dan kontur lapangan. Jadi, perhatian terhadap setiap wilayah tidak sama,’’kata Benny.
‘’Saya sudah 30 tahun di Batam. Ada daerah tertentu yang akan mengalami kesulitan air. Contoh, daerah Bengkong yang konturnya berbukit-bukit. Begitu juga Tiban. Atau daerah ujung seperti Tanjunguncang. Masalah pertama, air tidak mengalir. Kedua, air mengalir tapi tidak ada tekanan dan ketiga, air mengalir tapi tidak 24 jam,’’ papar Benny Andrianto.
Selain keluhan air mati dan tidak mengalir, banyak warga Batam mengeluhkan air yang keruh.
‘’Kualitas air dimulai dari produksi apakah di treathment dengan baik atau tidak,’’ tukas Benny. Darimana warga tahu bahwa air yang mereka konsumsi diolah dengan benar atau tidak?
‘’Kalau air berlumut, keruh dan berwarna coklat berarti tidak di treathment dengan baik karena ada larutan organik yang terbawa serta. Selain itu, penghantarnya, apakah pipa dikuras atau atau tidak. Pipa hanya bisa dikuras kalau airnya cukup. Kalau pipa disalahkan, ya keliru. Ini berawal dari treatment yang tidak baik lalu merusak pipa. Mungkin ada pipa, tapi airnya nggak ada, yang keluar angin,’’ kata Benny, seraya menyebutkan, dalam pengelolaan air bersih, ada flow atau aliran air dan ada tekanan. Jaringan pipa air bersih di Batam panjangnya 4.000 kilometer.
(*)
Bersambung