By Socrates – YACHT adalah kapal layar ringan dan cepat atau small cruise ship, awalnya digunakan untuk mengejar perompak di perairan dangkal. Namun, pamornya melejit setelah Raja Charles II dari Inggris berlayar dengan yacht. Kapal ini belakangan digunakan untuk menyalurkan hobi berlayar mengarungi lautan atau lomba balap yacht. Sampai kini, tradisi berlayar yang dilakukan orang kaya dengan yacht masih melekat. Bagaimana peluang bisnis wisata Batam dan Kepri dari kapal yacht?
Panjang yacht bervariasi. Mulai dari 6 meter atau 20 kaki sampai 30 meter atau 98 kaki lebih. Namun, kebanyakan yacht pribadi panjangnya sekitar 7 sampai 14 meter. Biaya pembuatan dan perawatan yacht tergantung dengan besarnya kapal. Biasanya, kapal ini disewa atau bahkan dibeli oleh miliarder di dunia sebagai simbol kekayaan mereka.
Nah, para pelayar alias yachter ini, bisa mengeluarkan uang US$ 123 per hari. Satu yacht sedikitnya berisi tiga pelayar sehingga uang yang mereka keluarkan US$ 369 per hari. Biaya tersebut belum termasuk biaya membeli bahan bakar, air bersih, perbaikan kapal, kebersihan, dan kebutuhan dasar lainnya. Para yachter bisa menetap minimal tiga bulan, bahkan satu tahun. Bisa dibayangkan berapa potensi uang yang akan beredar di masyarakat yang disinggahi kapal-kapal wisata itu.
Ribuan kapal yacht juga rutin mengikuti kegiatan reli dari Darwin, Australia dan masuk ke Indonesia dari Kupang. Selama tiga bulan, para peserta diizinkan mengunjungi beberapa destinasi wisata dengan jalur Kupang, Alor, Lembata, Riung, Makassar, Bali, Karimun Jawa, dan Kumai. Para peserta kemudian keluar dari perairan Indonesia melalui Batam. Thailand juga mengembangkan wisata bahari dan menjaring kapal-kapal yacht wisata dari seluruh dunia. Mereka mengembangkan wilayah Phuket sebagai pintu masuk para pelayar dunia. Begitu juga Pulau Tioman, Malaysia yang mengandalkan wisata alam dan disukai para yachter dari berbagai negara.
Namun, Singapura yang memetik untung besar lantaran adanya marina berkelas internasional. Lebih 4.000 yacht memilih parkir di Singapura. Tarif parkirnya saja, 1.000 sampai 1.500 dolar Singapura per bulan. Para pemilik yacht lebih tertarik memarkir kapalnya di Singapura lantaran birokrasi di Indonesia yang bertele-tele.
Kepulauan Riau yang memiliki 2.408 pulau besar dan kecil, alam bawah laut yang mempesona, sampai saat ini hanya jadi penonton. Potensi wisata yacht jauh dari harapan. Contohnya, selama Januari 2016, Batam dan Bintan hanya dilayari 63 kapal yacht, yang masuk melalui pelabuhan Nongsa di Batam dan Bandar Bentan Telani, di Bintan.
Biasanya, hanya 25 yacht yang singgah di Kepri. Peningkatan angka kunjungan yacht lantaran Bea Cukai Batam sudah mulai memanfaatkan teknologi digital YachTERS (Yacht Electronic Registration System). Bentuknya berupa aplikasi seperti Go-Jek. Lewat aplikasi ini, pemilik yacht bisa mengurus clearence aproval time Indonesian territory (CAIT) lewat ponsel mereka. Prosesnya dibuat sangat simpel, tak lagi serumit dulu.
Para yachter juga bisa menembus isolasi pulau-pulau terpencil dan memiliki potensi wisata bahari. Kehadiran mereka juga menggerakkan ekonomi warga tempatan. Sebenarnya, pemerintah sudah membuka peluang wisata yacht ini. Tapi, entah mengapa realisasinya lamban. Yacht asing beserta awak kapal atau penumpang termasuk barang bawaan yang masuk perairan Indonesia untuk kunjungan wisata, diberikan kemudahan dalam bidang Clearance and Approval for Indonesia Terretory (CAIT), kepelabuhan, kepabeanan (customs), keimigrasian (immigration), dan karantina (quarantine) atau disebut dengan CIQP. Ini ditegaskan dalam Peraturan Presiden Nomor 105/2015. Dua dari 18 pintu keluar masuk kapal dan perahu pesiar itu, berada di Kepri yakni Batam dan Bintan.
Kepulauan Riau, berpeluang besar mengembangkan wisata yacht ini dan menjadi lahan bermain (playground) yacht dari berbagai negara. Apalagi, di Australia para yachter mengalami ancaman badai dan arus laut yang kencang. Sementara, Kepri adalah surga wisata bahari. Punya ribuan pulau, terumbu karang dan hutan mangrove dan pulau-pulau kecil nan eksotis. Kini, ada 169 negara yang bebas visa ke Indonesia. Kepri punya 17 pintu masuk dan terbanyak di Indonesia, punya zero equtor di Lingga yang jadi incaran yachter serta playground yang eksotik di Natuna dan Anambas. Juga sudah ada Mou antara Gubernur Kepri dengan Dubes Singapura menjadikan Kepri sebagai pintu gerbang wisata bahari Indonesia.
Setelah menyederhanakan aturan, apalagi yang membuat daya tarik para yachter datang ke Kepri? Antara lain, menyiapkan pembangunan marina atau terminal khusus, pembangunan dermaga, pemasangan sarana bantu navigasi pelayaran, kemudahan untuk fasilitas perawatan, atau perbaikan. Namun, marina hanya ada di Batam. Sayangnya, yacth belum menjadi gaya hidup orang Indonesia sehingga sangat sedikit yang punya yacht.
Yang perlu diperhatikan oleh pemerintah, khususnya Dinas Pariwisata, di kalangan para yachter dunia, beredar info soal birokrasi yang rumit, perlu dokumen setumpuk dan uang pelicin untuk oknum pejabat, istilah jam karet soal lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengurus dokumen, serta keamanan yacht saat lego jangkar di pelabuhan dan menjadi tontonan warga setempat.
Selain itu, ada hambatan soal bahasa Inggris, terutama di kawasan terpencil dan jauh dari pusat kota. Selain promosi arena bermain yacht, ada baiknya Dispar membuat panduan komunikasi untuk para yachter dalam bentuk tulisan dan audio. Termasuk mengingatkan yachter soal suku cadang mesin kapal layar yang sulit di dapat di Indonesia, terutama filter bahan bakar. Jika Batam serius mengembangkan sektor pariwisata sebagai andalan pendapatan ekonomi, setelah shipyard dan industry menurun, mestinya tidak hanya melebarkan jalan-jalan, tapi juga membuat even wisata bahari dan melobi para yachter agar mampir ke Batam.
Apa Kabar Wisata Bahari Batam?
Potensi wisata bahari Batam sungguh luar biasa. Batam memiliki ratusan pulau dan 371 pantai berpasir putih. Malah, masih banyak pulau-pulau itu kosong dan belum bernama. Penduduknya masih bertahan dengan pekerjaan sebagai nelayan. Sangat sedikit yang melirik potensi bisnis pariwisata. Pemko Batam yang diharapkan turun tangan juga tak bias berbuat banyak. Alasannya, klasik. Anggaran minim.
Lihatlah keindahan alam bawah laut Pulau Abang, atau pasir putih di Pulau Subang Mas dan Pulau Tunjuk. Percaya atau tidak, Pulau Tunjuk yang menjorok ke laut, kabarnya sering berubah bentuk karena pengaruh angin dan arus laut. Pulau Subangmas dan Pulau Tunjuk terletak di Kecamatan Galang. Tapi kalau Anda mau kesana, lebih dekat dari Nongsa.
Jejak sejarah dan budaya Melayu dan kerajaan Riau Lingga juga tersimpan di Pulau Subang Mas. Di pulau inilah putri Kerajaan Daik Lingga, Engku Putri Dahlia dimakamkan. Nama pulau ini juga diambil dari kisah subang yang terbuat dari emas milik putri kerajaan yang meninggal dan dimakamkan di pulau tersebut. Untuk mencapai Pulau Subang Mas, Anda bisa menyewa perahu motor atau biasa disebut pancung dari Telagapunggur. Tarifnya Rp800 ribu per hari dan bisa memuat 12 orang penumpang. Atau juga bisa dari jembatan II Barelang dengan jarak tempuh satu jam.
Sayangnya, ratusan pulau-pulau itu, tak dikelola menjadi obyek wisata. Sebut saja misalnya di sekitar Galang, Rempang, Pulau Bulan, Belakangpadang. Pantai berpasir putih menjadi potensi alam yang terbiarkan. Seperti di Pulau Mencaras dan Pulau Air Raja. Pulau ini juga bersejarah. Disebut Air Raja karena di pulau ini ada sumber air minum yang jaraknya sekitar 30 meter dari bibir pantai. Airnya tawar dan tidak pernah kering, meski kemarau panjang. Dulu, saat kerajaan Riau-Lingga berjaya, raja-raja selalu mampir ke pulau ini beristirahat dan mengambil air bersih sambil menunggu ombak redah sebelum berlayar ke berbagai wilayah di Asia.
Masih banyak pulau-pulau kecil dengan garis pantai indah di Batam. Antara lain Pulau Laut, Pulau Galo Laut, Pulau Bukit, Penyait Layar, Pulau Sawangawal, Dedap, Rano, Pulau Abang dan sebagainya. Sayangnya, baik Pemko Batam maupun Badan Pengusahaan Batam tidak melirik potensi wisata bahari ini. Selain akses yang sulit dan mahal, juga tidak ada infrastruktur yang mendukung potensi ratusan pulau ini. Termasuk memberdayakan masyarakat tempatan. Padahal, Batam selama ini Batam menjadi pintu utama ketiga setelah Bali dan Jakarta untuk kunjungan wisatawan asing.Bintan bakal dikembangkan untuk sport tourism dan wisata bahari sedangkan Batam bakal dikembangkan menjadi wisata belanja dan wisata Bahari. Intinya, Kepri bakal dikembangkan menjadi kawasan wisata bahari. Namun, itu baru sampai di mulut menteri. (*)