Socratestalk.com, BATAM – Sekolah haruslah menjadi tempat yang aman dari bencana dan memiliki kesiagaan dalam menghadapi bencana yang bisa datang kapan saja. Saat ini beberapa sekolah di Kepulauan Riau rentan terjadi bencana yang mengakibatkan kerusakan infrastruktur sekolah dan mengancam keselamatan jiwa siswa, guru da tenaga kependidikan.
Untuk mencegah dan mengatasi masalah tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kepulauan Riau dan DPRD Provinsi Kepulauan Riau menggelar program Sosialisasi Sekolah/Madrasah Aman Bencana Provinsi Kepulauan Riau di 5 sekolah SLTA di Batam.
Sosialisasi perdana dilaksanakan di SMKN 3 Batam yang berada di Tanjungpiayu, Kecamatan Seibeduk, Senin (20/11/2023) pagi hingga siang. Peserta kegiatan ini adalah perwakilan guru, siswa dan tenaga kependidikan SMKN 3 Batam.
Hadir tiga narasumber untuk memberikan materi adalah Dr Muhammad Hasbi Msi, Kalaksa BPBD Provinsi Kepri, Ketua Komisi 2 DPRD Kepri Wahyu Wahyudin MM dan Pemerhati Anak Kepri dari kelembagaan perlindungan anak Eri Syahrial.
Ada lima sekolah sasaran tempat Sosialisasi Sekolah/Madrasah Aman Bencana di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun ini. Bila dilihat dari potensi bencana, ke-5 sekolah ini memiliki potensi bencana alam dan bahkan ada yang sudah ada sekolah yang mengalami kerusakan infrastruktur bangunan sekolahnya.
Untuk SMKN 3 Batam berada di lokasi ketinggian di kawasan berbukit di Tanjungiayu. Potensi bencana alam yang terjadi adalah longsor yang bisa datang dari bukit yang berada di belakang sekolah. Jumlah pepohonan yang menjadi penyangga di kawasan berbukit tersebut mulai berkurang seiring dengan pertambahan penduduk dan berkembangnya pemukiman.
Agar tidak terjadi bencana ke depannya, Anggota DPRD Kepri dari daerah pemilihan Seibeduk- Nongsa, Wahyu Wahyudin mengajak pihak sekolah dan masyarakat sekitar untuk peduli dengan penghijauan dan masyarakat tidak melakukan penebangan pohon yang bisa mendatangkan bencana longsor. Apalagi bila diguyur hujan terus menerus.
‘’Ke depan kita ajak pihak terkait pemerintah dan dunia usaha untuk melakukan kegiatan reboisasi atau penanaman pohon kembali,’’ ujar Wahyu Wahyudin.
Kalaksa BPBD Kepri Muhammad Hasbi dalam pembukaan sosialisasi ini juga menekankan pentingnya pengetahuan tentang bencana. Bahkan lebih dari itu adalah adanya kependidikan kebencanaan di satuan pendidikan.
Ia mencontohkan bencana longsor yang terjadi di Pulau Sarasan, Natuna pada awal tahun 2023 lalu dimana satu kampung warga yang berjumlah puluhan orang tertimbun longsor yang terjadi secara tiba-tiba. Ia sangat menyayangkan kejadian tersebut karena menurutnya bisa dicegah bila warga memahami kebencanaan dan memiliki kewaspadaan terhadap bencana.
Biasanya sebelum bencana ada tanda-tanda alam. Di Sarasan waktu itu sudah ada tanda-tanda alam yang terjadi hujan terus menerus dalam beberapa hari. Kemudian ada rembesan air yang keluar dari pori-pori tanah tempat warga berkumpul atas seruan kepala desa untuk melaksanakan gotong royong.
‘’Akhirnya terjadilah bencana tersebut Mestinya warga tidak melaksanakan goro, tapi pergi ke tempat yang lebih aman. Ini menjadi pelajaran bagi kita dalam pencegahan dan penanggulangan bencana di Kepri,’’ ungkap Hasbi.
Eri Syahrial dalam materinya memaparkan bentuk perlindungan anak dan peran kelembagaan perlindungan anak dalam mencegah dan menangulangi bencana alam. Menurutnya, anak merupakan kelompok yang rentan menjadi korban bencana alam sehingga harus mendapatkan prioritas pencegahan dan perlindungan.
‘’Indonesia merupakan negara yang rentan terjadi bencana alam. Salah satu dampaknya adalah sektor pendidikan dengan banyaknya infrastruk sekolah yang hancur, dan korban jiwa meninggal dan luka-luka. Dari korban tersebut juga banyak sebagai siswa dan guru,’’ ungkapnya.
Atas dasar tersebut, ditambah banyaknya waktu anak berada di sekolah, maka pemerintah lewat Badan Nasional Penanggulangan Bencana memiliki program Sekolah Madrasah Aman Bencana sejak tahun 2012 dan Kemendikbud memiliki program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) sejak tahun 2019.
‘’Namun implementasi program ini masih kecil yaitu sekitar 10 persen dari satuan pendidikan yang menerapkan aman bencana dari total 497.576 satuan pendidikan yang ada di seluruh Indonesia. Dengan sosialisasi ini kita harapkan sekolah di Kepri lebih peduli dengan pencegahan dan penaanggulan bencana,’’ harap Ketua Perkumpulan Komisioner Perlindungan Anak Daerah se-Indonesia ini.
Dijelaskan Eri, tiga pilar pendidikan kebencanaan yang diterapkan di sekolah yang meliputi adanya fasilitas satuan pendidikan aman bencana, adanya manajemen penanggulangan bencana di satuan pendidikan dan adanya pendidikan pengurangan risiko bencana di satuan pendidikan. (eri)