MULJADI muda menyukai kota Tanjungpinang. Selain banyak peluang bisnis untuk menghasilkan uang, banyak teman berbicara dan bertukar pendapat. Tanjungpinang baginya adalah kota yang sangat damai.
Pada suatu hari, secara kebetulan, Muljadi bertemu dengan sekelompok gadis muda dan cantik. Salah satu di antara mereka disukainya. Ia langsung jatuh cinta. Muljadi merasa gadis itulah nanti jodohnya. Namanya Lusi Adlin. Berkulit putih, tinggi semampai dengan penampilan yang menawan di mata Muljadi muda,
‘’Secara jujur saya katakan, saya benar-benar mencintainya sejak pertama kali berjumpa dan jatuh cinta pada pandangan pertama,’’ tulis Muljadi di catatannya.

Pada saat itu, kondisi keuangan Muljadi tidak begitu baik. Tapi ia merasa beruntung. Lusi mau berteman dan bergaul dengannya, seorang pemuda miskin asal Selatpanjang yang merantau ke Tanjungpinang. Dalam perjalanannya kemudian, ternyata yang mengincar dan mendekati Lusi tidak hanya Muljadi. Kecantikan dan kebaikan hati Lusi, jadi perhatian para pemuda sebayanya di Tanjungpinang.
Muljadi sadar, banyak pemuda menyukai Lusi. Tidak hanya para pemuda di Tanjungpinang yang menginginkan Lusi sebagai pasangan, tapi juga dari daerah luar Tanjungpinang. Malah menurutnya, beberapa dari para pemuda yang mengincar gadis itu adalah anak-anak pengusaha kaya dan terkenal.
Muljadi tidak patah semangat. Ia terus berupaya dari waktu ke waktu untuk bisa meyakinkan Lusi bahwa ia mencintainya sepenuh hati. Kegigihan dan semangat Muljadi membuahkan hasil. Cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Muljadi berhasil mendapatkan hati gadis itu dan memenangkan persaingan di antara para pemuda yang juga menyukai gadis yang sama pada zamannya di Tanjungpinang. Muljadi berhasil menaklukkan hati Lusi dan menjadikan wanita itu sebagai pacarnya.

Kisah perjuangan Muljadi dalam memenangkan hati gadis impiannya, juga dibagikan kepada anak perempuan pertamanya, Merry. Lusi Adlin, sang ibu, diceritakan merupakan seorang gadis yang berasal dari keluarga kaya dan kembang di kota Tanjungpinang. Ketika Muljadi muda masih sulit dan masih berdagang bahan pangan di kota itu, ia dan teman- temannya sering mengadakan perkumpulan di rumah orangtua Lusi.
Lusi diketahui juga memiliki dua saudara perempuan yang juga dijuluki sebagai kembang kota di Tanjungpinang. Mereka bertiga dalam keseharian selalu berada di lantai dua rumah, melakukan hobi merajut dan menjahit. Muljadi mengetahui kebiasaan itu.
“Papi saya tahu kalau di rumah itu ada tiga anak gadis yang cantik. Dia suka mengintip mencari ketiga gadis itu. Kebetulan saat mengintip, yang terintip itu Mami saya. Semua orang mengatakan bahwa mereka cantik dan saling berebut untuk melihat kata papi,” kata Merry menceritakan kisah kedua orangtuanya.
Lusi muda pada akhirnya menjatuhkan pilihan hatinya kepada Muljadi. Dalam beberapa kali pertemuan, mereka sudah melakukan pendekatan dengan nonton dan keluar bersama. Sampai akhirnya sang Ayah yang masih merintis bisnis dagangnya di kota Tanjungpinang memberanikan diri untuk memacari kembang kota, anak orang kaya di kota Tanjungpinang tersebut.
Bersambung
[…] Selanjutnya : Gadis Tanjungpinang yang Menawan Hati | Masa Belia, Masa Merintis Usaha – MENEROBOS WAKTU’ Sebua… […]