MUSIBAH datang beruntun dalam kehidupan Muljadi. Setelah peristiwa kapal karam dan nyaris merenggut nyawanya, pada awal tahun 1973, ayahnya, Lim Kim Seng meninggal dunia. Saat itu kondisi ekonomi dan keuangan Muljadi sedang sulit.
Ibu dan adiknya, bekerja menerima jahitan untuk membiayai kehidupan keluarga mereka. Namun, karena memiliki banyak teman dan pergaulannya juga baik, Ia menerima cukup banyak sumbangan untuk membiayai pemakaman ayahnya.
Pada saat ayahnya meninggal dunia, ia sudah memiliki tiga orang anak. Hanya putra sulungnya, Alim Muljadi yang lahir di Tanjungpinang pada tanggal 27 September 1968.
Sementara anak kedua, Merry Muljadi, lahir di Selatpanjang pada 2 November 1970 dan Princip Muljadi pada 27 Agustus 1971.
‘’Saat itu, saya sudah memiliki dua putri. Kemudian, dikaruniai dua putri lagi, kembar. Tidak ada cara lain, salah satu putri kami harus dibawa ibu mertua dan keponakan saya, dititipkan di rumah ibu mertua,’’ tulis Muljadi mengenang masa-masa sulitnya di awal dekade 1970-an silam. Putri yang dititipkan di rumah ibu mertuanya adalah Princip Muljadi.
Pada akhir 1973 dua putri kembar Muljadi lahir di Selatpanjang tanggal 18 November 1973. Keduanya diberi nama Mariana Muljadi dan Mariani Muljadi. Sementara anak selanjutnya, Cortina Muljadi lahir di Selatpanjang tanggal 28 Oktober 1975 dan si bungsu Hendry Chandra Muljadi lahir di Selat Panjang tanggal 31 Maret 1978.
Selanjutnya : Awal Merintis Bisnis Kayu | Kembali ke Selatpanjang– MENEROBOS WAKTU’ Sebuah Memoir: My Life Journey – MULJADI, TOKOH PROPERTY BATAM (Bagian 19)