NAGOYA di akhir dekade 1980-an, hanyalah daerah baru yang mulai dikembangkan pemerintah. Sebagian besar lahannya merupakan hasil urug/ timbun dari kondisi semula yang berupa rawa, sungai dan laut. Ada beberapa cabang sungai kecil yang bermuara ke Teluk Jodoh (pusat bisnis rakyat dan keramaian saat itu, pen).
Seruas komplek rumah toko yang berhadapan (sekarang berada di sisi depan komplek Nagoya Hill Mall, pen), menjadi pusat keramaian warga Batam saat itu untuk bertransaksi secara ekonomi selain di Sei Jodoh. Ada juga pasar semi permanen yang menyediakan kebutuhan bahan pokok harian warga Batam di sekitarnya.
Pada tahun 1990, di sekitar lokasi pasar semi permanen tersebut, ada sebuah komplek pusat perbelanjaan besar yang belum selesai dibangun. Pemilik lahan tersebut sedang mengalami krisis keuangan dan berencana menjual lahannya tersebut kepada Muljadi.
‘’Perusahaan saya membeli lahan itu dan membangun hotel berbintang tiga dengan total 7 lantai dan merupakan hotel tertinggi di Kawasan Nagoya saat itu. Modal yang saya kucurkan 10 juta Dollar Singapura. Saya saat itu sedang naik daun,’’ tulis Muljadi di catatannya.
Hotel itu dibangun dengan menyulap beberapa bagian yang sedianya akan dijadikan sebuah pusat perbelanjaan/plaza. Ia kemudian menamai hotel yang selesai dibangunnya dengan nama hotel Nagoya Plaza. Hotelnya menjadi hotel besar ketiga yang beroperasi di Kawasan Nagoya saat itu, selain Holiday Hotel yang terletak di seberangnya dan Hotel Batam Jaya (sempat berubah nama menjadi hotel Mandarin dan Goodway Hotel kemudian, pen).
Intuisi bisnisnya tepat. Walau awalnya sempat ragu dengan pengembangan Kawasan Nagoya yang diprediksi bakal lama karena hanya berupa rawa,
anak sungai dan teluk laut, kenyataannya, setahun kemudian pemerintah (Badan Otorita Batam, pen) merealisasikan penimbunan.
Setelah hotel Nagoya Plaza beroperasi, tak lama kemudian, Alim Muljadi, putra sulung Muljadi, tamat dari kuliah jurusan ekonomi dari Australia, lalu pulang ke Batam. Muljadi mengenalkan putra sulungnya kepada seluruh manajer.
‘’Saya masih ingat. Tanggal 1 Oktober 1991 saya dikenalkan kepada para manajer. Papi bilang, ini anak saya baru tamat kuliah dari Australia. Selama tiga hari itu, mereka berpikir, wah ini anak bos pulang, paling tidak saya jadi General Manager. Ternyata, saya jadi sales executive manager. Ha..ha..ha,’’ kata Alim Muljadi, terbahak.
Selama lima tahun, Alim Muljadi sempat bekerja di hotel Nagoya Plaza, membantu bisnis ayahnya. Pesan sang ayah yang masih diingatnya,’’Saya sudah sekolahkan kamu sampai lulus. Kalau kamu malas-malasan dan tidak mau bekerja keras, itu urusan kamu,’’ kata Alim Muljadi, menirukan pesan sang ayah.
Setelah bekerja sebagai sales executive manager, anak sulung Muljadi itu sempat menjadi asisten manager, marketing manager dan jabatan terakhir Alim Muljadi adalah Asisten General Manager di Hotel Nagoya Plaza. Ia kemudian lebih memilih berkarier dan merintis usaha sendiri, lepas dari bayang-bayang sang ayah yang sukses.
Selanjutnya : Pengusaha Properti Ternama I Merintis Bisnis Properti di Batam– MENEROBOS WAKTU’ Sebuah Memoir: My Life Journey – MULJADI, TOKOH PROPERTY BATAM (Bagian 31)