SETELAH pembangunan ruko Nagoya Newton selesai pada tahun 1993, ada perusahaan Singapura dan rekan Muljadi yang berencana membangun pabrik batu bata di Batam. Perusahaan dari Singapura itu, merupakan perusahaan kontraktor milik pemerintah Singapura. Batu bata yang dipakai di Singapura, sebelumnya harus diimpor dari Afrika Selatan. Dengan memproduksi batu bata di Batam, biayanya akan lebih murah untuk proses pembangunan di negeri jiran tersebut.
Bersama rekan bisnisnya dari Singapura, ia kemudian mendirikan perusahaan baru pada tahun 1996. Namanya PT Sindo Batu Bata Industri, sebuah perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA). Untuk membangun pabrik tersebut, selain lahan diperlukan mesin yang diproduksi oleh pabrik dari Perancis yang mampu mencetak batu bata berkualitas tinggi. Sehingga, modal yang diperlukan untuk mendirikan perusahaan ini mencapai 20 juta Dollar Singapura.
Dalam bisnis batu batanya, perusahaan Singapura dan rekan bisnis Muljadi bertanggungjawab atas 80 persen modal. Sedangkan Muljadi menyediakan modal sebanyak 20 persen, termasuk penyediaan lahan. Setelah pabrik batu bata beroperasi, ternyata ada perubahan permintaan dari Singapura. Sebelumnya permintaan batu bata berkualitas tinggi, ternyata spek dan kualitasnya diturunkan menjadi batu bata biasa. Pabrik lalu menurunkan kualtas batu bata sesuai permintaan.
Namun, besarnya biaya ongkos kirim batu bata ke Singapura, yakni sebesar 4 sen Dollar Singapura per batu bata menggunakan jalur laut, membuat perusahaan batu bata ini harus bersaing ketat dengan pabrik batu bata di Johor, Malaysia.
Batu bata dari Johor, bisa diangkut lewat darat ke Singapura. Sedangkan batu bata dari Batam, harus mengeluarkan biaya lebih untuk ongkos kirim. Pada tahun 1999, pabrik batu bata ini ditutup. Muljadi hanya mendapat lahan bekas pabrik itu untuk dijual.
Selanjutnya : Empat Tahun dalam Kegalauan, Bangkit Lagi I Merintis Bisnis Properti di Batam– MENEROBOS WAKTU’ Sebuah Memoir: My Life Journey – MULJADI, TOKOH PROPERTY BATAM (Bagian 33)