CUCU pertama ini memanggil Muljadi dengan sebutan Yeye yang dalam Bahasa Mandarin berarti kakek. Ia memanggil neneknya dngan panggilan sayang Nainai.
‘’Yeye orang sibuk. Kalau pulang ke rumah, pakai kacamata besar warna keemasan, baju batik celana hitam. Dia bilang, Darren pegang kepala aku. Waktu itu masih ada rambut. Saat Yeye nonton televisi, saya sembunyi dan mengejutkannya. Yeye bilang, halo Zhi Zhua Xia artinya Spiderman dalam bahasa Mandarin,’’kata Asmaya Dinata, putera Alim Muljadi yang sedari kecil sangat lekat dengan kakek dan neneknya, kala itu ia berusia tiga tahun.
Meski jarang bertemu, ia merasa Yeye sayang kepadanya. Apalagi sejak ia sekolah dan tinggal bersama kakek dan neneknya di Perumahan Bukit Mas, Batam. Asmaya senang menggambar. Ia sering ikut lomba menggambar. Suatu hari, Asmaya ikut lomba menggambar dan berhasil meraih juara satu.
‘’Aku juara dan naik ke panggung di vihara. Mataku silau kena lampu sorot. Saat dipanggil namaku, pembawa acara bertanya, ini cucunya Pak Muljadi? Saya mengangguk. Saya lihat, kakek tersenyum bangga,’’ kata Asmaya, mengenang momen tak terlupakan dengan kakeknya itu.
Sejak sang kakek sakit, Asmaya bersekolah di Singapura. Sejak itulah kakek dan cucunya ini sering bersama. Sering bersantai, duduk berdua dan bercerita. Pagi-pagi, Muljadi sering menyuruh Asmaya untuk membeli koran yang akan dibacanya setelah sarapan bersama.
Saat kakek dan cucu ini naik ferry ke Singapura, Asmaya berkata, ‘’Yeye, mau ajari saya menulis bahasa Mandarin pakai kuas? Yeye lalu mengeluarkan alat tulis dari koper dan mengajarkan cara memegang kuas,’’ kenang Asmaya.
Dua hari kemudian, Muljadi mengajak Asmaya ke daerah Chinatown di Singapura untuk membeli peralatan menulis Mandarin.
Saat masuk SMA, kepada sang kakek, Asmaya mengatakan ingin bersekolah di luar negeri. Tapi, kakeknya tidak setuju. Asmaya akhirnya kuliah diploma di business development di Singapura. Ternyata, ia tidak menyukainya. Diam-diam, pria ini mendaftar kuliah di Australia. Sang kakek hanya diam, tidak berkomentar apa-apa saat mengetahuinya.
‘’Saat mau terbang ke Australia tahun 2013, Yeye diam saja dan ikut mengantar ke bandara Changi. Semua keluarga menangis. Saya berjalan ke kursi roda Yeye, kami berdua sama-sama menangis. Pesan Yeye, agar saya berhati-hati dan pulang kalau libur,’’ kata Asmaya mengenang.
Selama di Australia, hampir setiap pekan, Asmaya menyempatkan diri untuk menghubungi kakeknya. Biasanya ia menggunakan aplikasi Face Time untuk mengobrol secara virtual. Banyak hal yang mereka bicarakan. ‘’Termasuk menceritakan kesedihan saya karena putus dengan pacar. Yeye orang pertama yang saya ceritakan soal ini,’’ kata Asmaya mengingat kembali.
Sejak pandemi Covid-19, ia tidak bisa bertemu sang kakek. Tapi, percakapan di Face Time masih rutin mereka lakukan. Saat Asmaya berencana menikah, ia mengabari kakeknya. ‘’Yeye hanya bilang, kan yien shen. Artinya, Kalau Tuhan masih mempertemukan kita,’’ kata Asmaya.
Asmaya akhirnya menikah di Australia. Keluarga hadir secara virtual dan menyaksikan di di aplikasi Face Time. Ia masih mengingat senyum bahagia sang kakek saat melihat cucu pertamanya ini menikah. Uniknya, istri Asmaya juga berasal dari Tanjungpinang, sama dengan neneknya.
Setelah kebijakan lock down akibat Covid-19 dibuka di Singapura, Asmaya menyelenggarakan resepsi pernikahan di di Singapura pada 13 Juli 2022. Ia sempat bercerita dengan kakeknya. ‘’Saat di Singapura, saya diminta Yeye memotong rambutnya, tanggal 14 Agustus 2022,’’ kata Asmaya seraya memperlihatkan foto Muljadi sedang potong rambut di ponselnya.
Sebelum kepergian kakeknya untuk selama-lamanya, ia juga sempat menghubungi sang kakek secara virtual. Saat itu, kakeknya hanya mengangguk dan tersenyum.
‘’Yeye orangnya serius. Bicara hanya seperlunya. Beliau di luar sangat dihormati sehingga saya bangga. Yeye dan Nainai memanggil saya Darren. Ini hanya nama panggilan. Pesannya yang tidak akan saya lupakan, kalau masih muda jangan takut bekerja keras, kerja sampai sepuasnya, jangan takut capek, jangan takut susah.” tutur Asmaya.
Selanjutnya : Soehendro Gautama : Jiwa Sosial dan Kepeduliannya Tinggi I Testimoni – MENEROBOS WAKTU’ Sebuah Memoir: My Life Journey – MULJADI, TOKOH PROPERTY BATAM (Bagian 56)