SOEHENDRO Gautama mengenal sosok Muljadi tahun 1992. Saat itu, ia baru pindah ke Batam dan menjadi notaris di kota ini. Sebagai pengusaha, menurutnya, Muljadi sudah menjadi salah satu klien notaris kondang tersebut. Lama-lama, keduanya menjadi makin akrab. Sebelum pembentukan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa (PSMTI) pada tahun 1997, Soehendro mengaku diajak bertemu oleh Muljadi.
“Saat itu, Pak Muljadi ikut dalam kepengurusan Bakom PKB dan meminta saya menjadi ketua. Saya masih muda dan biasanya posisi ketua dijabat oleh orang yang lebih senior. Tapi, beliau malah meminta saya untuk mengisi posisi itu”, ujar Soehendro mengenang kebersamaannya dengan sosok Muljadi.
Melihat aktivitas Muljadi mulai dari Bakom PKB hingga ke PSMTI, keterlibatan pria itu menurut Soehendro cukup mendalam. Muljadi adalah sosok yang sangat peduli dengan kegiatan sosial.
‘’Pak Muljadi adalah salah satu tokoh pendiri PSMTI Batam yang didirikan tanggal 28 November 1998. PSMTI Batam adalah cabang pertama di Indonesia yang berdiri tanggal 28 September 1998 di Jakarta,’’ papar Soehendro Gautama lagi.
Batam dipilih menjadi cabang pertama PSMTI menurutnya karena penduduknya heterogen dan tingkat partisipasi warga Tionghoa di Batam cukup tinggi. ‘’Saat itu, saya diminta menjadi Ketua PSMTI,’’ kata Soehendro Gautama.
Dalam rapat tentang kegiatan organisasi sosial ini, para pendiri PSMTI dan tokoh warga Tionghoa ini membahas, apa yang akan dilakukan untuk kepentingan masyarakat Batam dan Kepulauan Riau.
‘’Muncul ide, lebih baik kita membangun sumber daya manusia. Saat itu, Batam belum memiliki universitas. Padahal, kita di daerah perbatasan. Selain itu, saat ada musibah seperti ada warga Tionghoa meninggal dunia, saat itu biasanya menggunakan rumah keluarga yang bersangkutan sebagai rumah duka. Dengan karakteristik warga Tionghoa yang rata-rata merupakan pedagang dan tinggal di rumah toko (ruko), kondisi itu cukup menyulitkan.
“Tidak ada parkir untuk pelayat, sehingga mengganggu aktivitas tetangga,’’ kata Soehendro Gautama, menceritakan perjalanan organisasi PSMTI Batam.
Para pendiri PSMTI termasuk Muljadi, kemudian setuju dengan gagasan agar dibangun sebuah Yayasan yang bisa mengelola masalah-masalah seperti itu. ‘’Kami ini tidak sekolah tinggi, kami setuju dan mendukung,’’ kata para tokoh pendiri PSMTI termasuk pak Muljadi. Jiwa sosial dan kepeduliannya tinggi dan tidak diragukan lagi,’’ kata Soehendro Gautama.
Maka, pada tanggal 26 Maret 1999, didirikanlah Yayasan Marga Tionghoa Indonesia (YMTI) Batam yang membangun Universitas Internasional Batam (UIB) dan Rumah Duka marga Tionghoa. Universitas dan rumah duka itu, diresmikan pada ulang tahun pertama PSMTI Batam tahun 2000.
Awal berdirinya UIB, menurut Soehendro, tidak mudah untuk mendapatkan mahasiswa baru. Para pendiri menurutnya, kembali turun tangan. Caranya, mereka menjadi bapak angkat untuk dua sampai tiga orang mahasiswa di tahun pertama berdirinya universitas ini. Pembiayaan kuliah ditanggung oleh mereka, termasuk Muljadi.
Soehendro Gautama ingat, saat kerusuhan di Selatpanjang, Muljadi yang saat itu Wakil Ketua I PSMTI Batam dan kebetulan berasal dari Selatpanjang, mengurus ribuan pengungsi Selatpanjang ke Batam bersama pengurus lainnya, sampai tengah malam.
‘’Pak Muljadi saat itu sangat aktif sebagai ketua panitianya. Semua kapal kita kirim untuk mengevakuasi warga korban kerusuhan dan kami menunggu sampai tengah malam di pelabuhan Sekupang. Ribuan warga Selatpanjang ditampung sementara di vihara Batam Centre, di ruko-ruko lalu sebagian dijemput keluarganya yang ada di Batam,’’ ujar Soehendro Gautama.
Melihat ke masa-masa lalu, kata Soehendro Gautama, perjuangan Muljadi luar biasa. Begitu juga pengabdiannya kepada masyarakat. ‘’Saat turun ke tengah masyarakat, beliau tidak seperti bos. Ikut mengangkat barang juga dan sebagainya,’’ ujar Soehendro.
‘’Saya mengikuti perjalanan bisnis Pak Muljadi di bisnis property. Bisa dibilang, Pak Muljadi tokoh property Batam yang membangun hotel Nagoya Plaza dan Nagoya Newtown, Central Sukajadi dan lainnya. Kini, anak-anaknya seperti Ibu Merry dan Ibu Princip, cukup piawai dalam bisnis property dan banyak proyek property yang mereka garap. Bisnis property harusnya berkelanjutan dan perencanaan jangka panjang.’’ tutur Soehendro Gautama.
Selanjutnya : Asmin Patros : Jadi Contoh dan Teladan I Testimoni – MENEROBOS WAKTU’ Sebuah Memoir: My Life Journey – MULJADI, TOKOH PROPERTY BATAM (Bagian 57)