Pemeriksaan suhu dan visual akan dilakukan di Bandara Changi dan Seletar, Singapura mulai 23 Agustus 2024. Kebijakan ini dilakukan demi mencegah masuknya wabah mpox atau cacar monyet dari luar negeri.
Dikutip dari The Straits Times, Jumat (23/8/2024), Kementerian Kesehatan (MOH), Kementerian Transportasi, Imigrasi dan Otoritas Pos Pemeriksaan menyebut, pihaknya bakal meningkatkan pengawasan terhadap penyakit menular ini di wilayah perbatasan.
Tindakan pemeriksaan serupa juga diterapkan di pos pemeriksaan laut untuk awak kapal dan penumpang yang tiba dari daerah yang terkena dampak mpox. Meski tidak ada penerbangan langsung ke Singapura dari negara terdampak wabah, pengawasan akan tetap ditingkatkan.
Peringatan kesehatan juga diterapkan di pos pemeriksaan sehingga pelancong dapat mengambil tindakan pencegahan penularan. Wisatawan sangat disarankan mengikuti saran ini, terutama jika mereka bepergian ke dan dari negara-negara yang terkena dampak mpox.
Mereka yang terpantau mengalami demam, ruam dan/atau gejala yang mirip dengan mpox akan dirujuk untuk pemeriksaan medis. Pada 22 Agustus, terdapat 13 kasus mpox yang merupakan infeksi kelas II atau tidak terlalu parah.
Kementerian Kesehatan mengatakan hingga saat ini tidak ada kasus mpox kelas I di Singapura. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 14 Agustus menyatakan mpox sebagai darurat kesehatan masyarakat global untuk kedua kalinya dalam dua tahun.
Sementara itu, pakar penyakit menular mengatakan, pengunjung dari negara tempat beredarnya mpox, atau warga Singapura yang kembali ke negaranya, tidak perlu melakukan karantina jika tidak menunjukkan gejala apa pun.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, terdapat lebih dari 27.000 kasus dan lebih dari 1.300 kematian sejak Januari 2023 dalam wabah yang terjadi saat ini di Republik Demokratik Kongo (DRC). Sebagian besar kasus telah dilaporkan terjadi pada anak-anak di bawah usia 15 tahun.
Bagaimana di Indonesia?
Kementerian Kesehatan RI mengumumkan sebanyak 88 kasus cacar monyet (Mpox) di Indonesia per Sabtu, 17 Agustus 2024.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Yudhi Pramono mengatakan dari jumlah tersebut, sebanyak 87 kasus telah dinyatakan sembuh. Adapun tren mingguan kasus konfirmasi Mpox di Indonesia dari 2022 hingga 2024, periode dengan kasus terbanyak terjadi pada Oktober 2023.
“Dari 54 kasus ini seluruhnya varian Clade IIB. Clade II ini mayoritas menyebarkan wabah Mpox pada tahun 2022 hingga saat ini dengan fatalitas lebih rendah dan ditularkan sebagian besar dari kontak seksual,” kata Yudhi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin, 19 Agustus 2024.
Adapun kasus-kasus itu, katanya, sebanyak 59 tersebar di DKI Jakarta, 13 di Jawa Barat, 9 di Banten, 3 di Jawa Timur, 3 di DIY, dan 1 di Kepulauan Riau.
Yudhi mengatakan sebanyak 54 dari 88 kasus itu memenuhi kriteria untuk Whole Genome Sequencing (WGS) guna mengetahui varian virusnya.
Ada dua Clade Monkeypox (Mpox) virus, yakni Clade I berasal dari Afrika Tengah (Congo Basin) dengan subclade 1a. Menurutnya, subclade 1a ini memiliki angka fatalitas (CFR) lebih tinggi daripada clade lain dan ditularkan melalui beberapa mode transmisi.
Sementara subclade 1b ditularkan sebagian besar dari kontak seksual dengan CFR 11 persen.
Clade II berasal dari di Afrika Barat dengan subclade IIa dan IIb dengan CFR 3,6 persen. Clade II memiliki CFR rendah dengan kasus sebagian besar berasal dari kontak seksual pada saat wabah pada 2022.
Mpox menular melalui kontak langsung dengan ruam bernanah di kulit, termasuk saat berhubungan seksual. Dia menyebut bahwa hubungan seksual antara sesama lelaki berisiko besar menularkan penyakit itu.
Ia pun mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker medis jika merasa tidak sehat. Jika muncul gejala seperti ruam bernanah atau keropeng pada kulit, segera periksa ke puskesmas, klinik, atau rumah sakit terdekat.
Kemenkes telah melakukan sejumlah upaya pencegahan, antara lain surveilans di seluruh fasilitas kesehatan, melakukan penyelidikan epidemiologi bersama komunitas dan mitra HIV/AIDS, menetapkan 12 laboratorium rujukan secara nasional untuk pemeriksaan Mpox, serta melakukan pemeriksaan WGS.
Yudhi Pramono mengatakan pihaknya sedang dalam proses penyiapan 4.450 dosis vaksin yakni 2.225 sasaran dengan dua dosis per individu guna pencegahan cacar monyet.
“Kementerian Kesehatan telah melaksanakan vaksinasi Mpox bagi kelompok risiko tinggi pada tahun 2023 terhadap 495 sasaran,” kata Yudhi.
Dia menjelaskan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali menetapkan Mpox sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC). Status tersebut, katanya, diumumkan pada 14 Agustus 2024 menyusul peningkatan kasus Mpox di Republik Demokratik Kongo dan sejumlah negara di Afrika.
Selain itu, katanya, dalam laporan terbaru WHO pada 15 Agustus 2024, Swedia menjadi negara pertama di luar benua Afrika yang mengkonfirmasi Mpox berjenis Clade Ib pada seseorang dengan riwayat perjalanan ke Afrika Tengah. Clade I dianggap lebih parah dan menular dibanding MPXV Clade II.
Jangan Pencet atau Garuk Lesi
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, Prasetyadi Mawardi mengatakan varian Mpox Clade I, baik 1a maupun 1b, belum terdeteksi di Indonesia. Sejak 2022 hingga saat ini varian yang ditemukan di Indonesia adalah varian Clade II.
“Clade I memang menurut refleksi angka fatalitas rate-nya relatif lebih tinggi dibanding Clade II, varian ini biasanya disebabkan oleh kontak erat, tidak melulu kontak seksual,” ucapnya.
Karena itu Prasetyadi mengimbau kepada siapa pun yang dicurigai terinfeksi Mpox dan muncul gejala untuk tidak memencet dan menggaruk lesi di kulit, dan sebaiknya membiarkan lesi tersebut. Sebab, lesi tersebut, baik yang basah maupun yang sudah mengering, berisiko menularkan virus.
“Pasien juga tidak boleh berbagi barang-barang pribadi seperti handuk dan pakaian. Apabila terdapat benjolan atau bintil dan mengalami luka atau erosif, sebaiknya segera diberi obat,” ucapnya.
Yudhi Pramono menjelaskan penularan virus Mpox, khususnya yang terjadi dari manusia ke manusia, patut diwaspadai. Cara penularan penyakit ini dapat melalui kontak erat dengan cairan tubuh atau lesi kulit orang yang terinfeksi atau kontak tidak langsung pada benda yang terkontaminasi.
Gejala Mpox pada kasus konfirmasi yang paling banyak dilaporkan, antara lain lesi, diikuti oleh demam, ruam, dan limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening).
Merespons status darurat kesehatan, dia pun mengimbau masyarakat, terutama para pelaku perjalanan, untuk tetap waspada dan menghindari bepergian ke negara-negara yang terjangkit Mpox, serta mengikuti imbauan dari pemerintah.
Selain itu, katanya, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, menerapkan perilaku seksual yang sehat seperti tidak berganti-ganti pasangan ataupun perilaku seks sesama jenis.
Yudhi menuturkan, durasi kesembuhan pasien Mpox bervariasi mulai dari 2-4 minggu, dan periode lama sakit paling singkat adalah 14 hari dari timbulnya gejala pertama.
Untuk itu Kemenkes mengupayakan pemenuhan vaksin dan obat-obatan termasuk antibiotik. Sebagian besar kasus Mpox di Indonesia diberikan terapi suportif dan simtomatis. Perawatan dan isolasi, baik di rumah sakit maupun isolasi mandiri, dilakukan sebagai penanganan. (ind)