By Socrates – Satu persatu, unit usaha BP Batam diserahkan ke pihak ketiga. Mulai dari bandara Hang Nadim yang dikelola PT Bandara Internasional Batam, pelayanan air bersih dari PT ATB kini dikelola oleh PT Moya dan yang terbaru, Rumah Sakit BP Batam akan diserahkan pengelolaannya kepada Mayapada.
Rumah Sakit BP Batam (RSBP) adalah rumah sakit pertama di Batam yang dulu dikenal dengan nama RS Otorita Batam. Awalnya, RSBP adalah poliklinik Pertamina tahun 1971. Sejak tahun 2018 menjadi rumah sakit pemerintah.
Sebagai rumah sakit pionir di Batam, RSBP menjadi rumah sakit andalan tidak hanya warga Batam, tapi juga pulau-pulau lain di Kepulauan Riau. Diawali sebagai poliklinilk Pertamina, lalu menjadi Rumah Sakit Tipe C pada 11 Agustus 1983. RSBP lalu menjadi Rumah Sakit Tipe B pada 2 Mei 2002 dan Desember 2018 menjadi rumah sakit pemerintah, sebagai Badan Usaha BP Batam.
RSBP memiliki 35 orang tim dokter spesialis. Fasilitas medis rumah sakit ini antara lain, CathLab, Echocardiography, Treadmill test, Holter Monitor, Rotablator, Auto Pulse, MSCT Scan 128 Slice, Phacoemulsification, Laparoscopy, USG 4D, Floroscopy dan Digital Imaging Radiologi serta peralatan medis canggih lainnya.
Tahun 2019 RSBP memperoleh Akreditasi KARS Paripurna. Akreditasi rumah sakit merupakan penilaian dan penetapan kelayakan rumah sakit berdasarkan standar pelayanan yang telah ditetapkan oleh lembaga independen akreditasi.
Sedangkan Rumah Sakit Mayapada adalah group bisnis milik konglomerat Dato Sri Tahir. Mulai dari bisnis tekstil, perbankan, property, ritel, mal dan industri kesehatan dalam bentuk jaringan Rumah Sakit Mayapada. Sampai 2023 di bawah bendera PT Sejahtera Anugrahjaya Tbk mengoperasikan enam rumah sakit di Jakarta, Bogor, Tangerang, Bandung dan Surabaya. Rumah Sakit Mayapada atau dikenal dengan Mayapada Hospital adalah rumah sakit swasta yang didirikan 1 Juni 2008.
Kepala Biro Humas Promosi dan Protokol BP Batam Aristuty Sirait saat dikonfirmasi membenarkan bahwa pengelolaan RSBP akan dserahkan kepada Mayapada. ‘’ Ini berkaitan dengan pengelolaan KEK Kesehatan Internasional yang sudah disetujui Kemenko Perekonomian dan menunggu regulasi keluar,’’ kata Aristuty.
Dikatakan Ariastuty, konsepnya mirip dengan pengelolaan bandara Hang Nadim, yang dikelola oleh profesional di bidangnya. ‘’Mayapada tidak sendiri karena harus menggandeng rumah sakit internasional, dan partner mereka dari India RS Apollo,’’ kata Ariastuty.
Namun, Humas BP Batam ini tidak menjawab tuntas ketika ditanya, apakah RSBP selama ini rugi? Bagaimana dengan pelayanan masyarakat miskin dan sosialisasi alih kelola ini kepada karyawan RSBP.
‘’Pelayanan masyarakat tetap berjalan. Masalah ini sudah beberapa kali disosialisasikan kepada karyawan dan masih dalam proses. Intinya, semua karyawan akan bekerja dan menerima take home pay yang sama,’’ ujar Ariastuty.
Direktur RSBP dr Sri Rezeki Handayani, SPm juga tidak menjawab pertanyaan soal penyerahan pengeloaan RSBP kepada Mayapada. Termasuk pertanyaan apakah RSBP rugi, bagaimana pelayanan terhadap masyarakat miskin dan warga hinterland serta bagaiaman reaksi karyawan RSBP.
Karyawan Resah
Sebagian karyawan RSBP menggelar doa bersama, Jumat 12 Juli 2024 di depan rumah sakit tersebut. ‘’Karyawan resah dan mempertanyakan bagaimana nasib mereka kalau nanti RSBP dikelola Rumah Sakit Mayapada, sehingga mereka menggelr doa bersama,’’ kata seorang karyawan yang enggan ditulis namanya.
RSBP memiliki sebanyak 614 orang karyawan yang terdiri dari aparat sipil negara (ASN) pegawai pusat dari Kementrian Kesehatan, Pegawai BP Batam, P2K dan PKWT. Keresahan pegawai RSBP bukan terpaku pada gaji dan tunjangan, tapi lebih pada status kepegawaian mereka dan restrukturisasi yang akan dilakukan.
Dari penelusuran di lapangan, ada dua kubu dokter dan paramedis yang berbeda pendapat soal penyerahan pengelolaan RSBP ke Mayapada. Ada yang setuju dan yang menolak. Dokter yang setuju berpendapat, penyerahan pengelolaan RSBP ke Mayapada akan membuat rumah sakit pertama di Batam itu akan lebih baik pelayanannya. Apalagi, selama ini RSBP rugi.
Sedangkan dokter yang menolak mengatakan, sebagian besar rumah sakit pemerintah mengalami defisit keuangan, karena mengutamakan pelayanan pada masayarakat semua golongan. Jika pengelolaan RSBP diserahkan ke Mayapada, dikhawatirkan layanan terhadap masyarakat Kepri yang tidak mampu, Jamkesda, pasien BPJS dan masyarakat hinterland, sudah tidak bisa lagi. Sebab, Mayapada sebagai rumah sakit swasta, berorientasi profit alias keuntungan.
Dokter yang tidak setuju mempertanyakan, apakah menyerahkan pengelolaan RSBP ke Mayapada sudah merupakan solusi terbaik menyelesaikan masalah defisit dan sudah mendapat masukan dari para ahli menejemen rumah sakit. Kabarnya, setelah RSBP dikelola Mayapada, pasien-pasien dari kelas menengah ke bawah disuruh berobat ke RSUD Embung Fatimah.
Bantah RSBP Dijual
Rilis yang dikirim Humas BP Batam Minggu, 14 Juli 2024 menyebutkan, BP Batam akan melakukan perbaikan manajemen dan tata kelola Rumah Sakit BP Batam.
Kepala Biro Humas, Promosi dan Protokol Ariastuty Sirait mengatakan bahwa seiring dengan fasilitas yang modern, maka harus dilakukan Upaya meningkatkan mutu pelayanan, meningkatkan tata kelola manajemen, penertiban administrasi dan etos budaya kerja serta kompetensi SDM profesional dibidangnya.
“BP Batam tidak menjual atau melepas Rumah Sakit BP Batam sebagaimana pemberitaan yang digulirkan oleh pihak tertentu. Kami justru melakukan upaya perbaikan manajemen dan tata kelola administrasi, sehingga dapat mengefisienkan keberadaan Rumah Sakit BP Batam tanpa mengurangi fasilitas pelayanan bagi masyarakat,” kata Tuty.
Kerjasama RSBP Batam dengan Swasta dan Rumah Sakit Internasional merupakan bentuk komitmen kami untuk meningkatkan seluruh aspek mutu, pelayanan, dan SDM tenaga Kesehatan yang mumpuni seiring dengan peralatan dan fasilitas yang mumpuni.
Hal tersebut, justru tidak akan mengurangi layanan RSBP Batam kepada masyarakat menengah ke bawah. “RSBP Batam akan tetap memberikan layanan BPJS kepada masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan murah dengan fasilitas dan tenaga kesehatan terbaik.” Kata Tuty.
Sementara, konkret kerja sama dengan pihak swasta dan Rumah Sakit Internasional saat ini masih terus di godok di level lebih tinggi. Agar skema yang dibuat dapat mengakomodir SDM yang ada saat ini, namun dengan mutu dan etos kerja yang lebih baik
“Sama halnya dengan Bandara dan Pelabuhan, kerja sama yang kami lakukan adalah didasari dengan komitmen agar dengan manajemen baru maka pelayanan untuk masyarakat akan jauh semakin baik, dari sisi budaya dan etos kerja, termasuk tata tertib administrasi hingga manajemen Rumah Sakit yang profesional,” kata Tuty. ***