Ia mulai jadi pengusaha dari bawah. Jual air tebu. Buka kedai kopi. Jadi makelar lapak pasar.
Ia menawarkan diri menghitung uang pedagang ayam yang bercampur darah dan air, merapikan dengan hairdryer dan menyetor ke bank. Uang itu diputar ke bisnis valuta asing. Inilah awal ia terjun ke bisnis money changer.
Masalah dan musibah datang silih berganti. Lima kali dirampok. Terganjal masalah pajak. Karyawannya dihipnotis. Ia ditipu Rp131 miliar. Dua kali masuk penjara.
Namun, Amat Tantoso, selalu bangkit dan bangkit lagi. “Saya pengusaha Batam yang paling sering jatuh,” katanya. Tidak ada kata menyerah dalam kamus hidupnya.
Modal utamanya : kepercayaan. Amat Tantoso Ketua Asosiasi Pedagang Valuta Asing (APVA) Indonesia periode kedua menaungi lebih 3.646 money changer se Indonesia. Yakni 1.117 kantor pusat dan 2.468 cabang.
Tiga anaknya sudah mandiri. Jadi dokter, arsitek dan pengusaha. Ia menikmati hidupnya dengan berkebun, beternak di rumahnya yang megah. Saking luasnya, ia harus menelepon istri di rumah sendiri.
Ia menulis status di akun media sosialnya : Teman sejati adalah ia yang datang saat seluruh dunia pergi menjauhi kita.