By Socrates- Singapura kini menjadi salah satu kota penting di dunia. Kemajuan kota ini, jauh meninggalkan kota terdekatnya, seperti Johor dan Batam. Padahal, jarak Batam – Singapura hanya 26 mil laut. Malah, sebagian warga Indonesia, menjadikan Singapura destinasi wisata favorit.
Meski bertetangga dengan Batam, Bintan dan Karimun, banyak sisi lain Singapura yang belum diekplorasi. Minimnya informasi, kesulitan bahasa, dan mengapa Singapura menjadi kota maju dan modern. Untuk itulah, catatan dan tulisan ini dibuat. Setidaknya, akan menjadi informasi awal tentang berbagai event, tempat belanja murah, cara berurusan dengan pihak berwenang hingga agenda dan tempat wisata di Singapura.
Nama Singapura dalam catatan bangsa China, awalnya disebut sebagai Pu-lou-chung, atau pulau di ujung semenanjung. Namun, sejarah pulau yang penuh dinamika ini, di abad ke 14 menjadi bagian kerajaan Sriwijaya dengan nama Temasek atau kota laut. Letaknya yang strategis di ujung Semenanjung Malaya, Singapura sejak lama dikunjungi junk China, kapal dagang India, dhow Arab, kapal-kapal perang Portugis sampai kapal layar Bugis.
Selama abad ke 14, pulau kecil namun strategis ini mendapat nama baru Singa Pura (Kota Singa). Menurut legenda, seorang pangeran Sriwijaya yang datang melihat seekor hewan yang ia kira singa, dan lahirlah nama modern Singapura ini (Singapore dalam bahasa Inggris). Kisah Singapura diwarnai oleh Inggris yang menjadikan Singapura sebagai ”rumah singgah” pada abad ke 18 Masehi.
Singapura dijadikan armada Kerajaan Inggris untuk memperbaiki, mengisi bahan makanan, dan melindungi armada kerajaan mereka yang semakin besar, serta untuk menahan kemajuan bangsa Belanda di wilayah ini. Dengan latar belakang politik seperti inilah Sir Stamford Raffles mendirikan Singapura atau Singapore, sebagai tempat perdagangan tahun 1819. Kebijakan perdagangan bebas berhasil menarik para pedagang dari seluruh penjuru Asia, bahkan dari negeri-negeri jauh seperti Amerika Serikat dan Timur Tengah.
Di tahun 1832, Singapura menjadi pusat pemerintahan Straits Settlements (Wilayah Pemukiman Teluk) untuk daerah Penang, Malaka dan Singapura. Pembukaan Terusan Suez di tahun 1869 dan penemuan telegraf dan kapal uap memperbesar peran penting Singapura sebagai pusat perdagangan yang semakin meningkat antara Timur dan Barat.
Singapura juga menjadi lokasi militer di abad ke 14, ketika terlibat dalam perebutan Semenanjung Malaya antara kerajaan Siam (kini Thailand) dan Majapahit dari Jawa. Lima abad kemudian, kembali Singapura menjadi lokasi peperangan besar selama Perang Dunia II. Singapura sempat dianggap sebagai benteng yang tak tertembus, tapi Jepang berhasil menguasai pulau ini di tahun 1942. Setelah perang, Singapura menjadi Crown Colony (koloni Tahta Inggris).
Tumbuhnya nasionalisme menjadikan terbentuknya pemerintahan mandiri di tahun 1959, dan akhirnya pada tanggal 9 Agustus 1965, Singapura menjadi republik merdeka. Singapura berbatasan dengan Johor, Malaysia dan Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Luas Singapura 692.7 km persegi dengan penduduk 4.16 juta jiwa yang terdiri dari 76.8 % Cina, Melayu 13.9 %, India 7,9% dan lain-lain 1.4%.
Penduduk asal Singapura adalah para nelayan Melayu, tapi setelah kedatangan Sir Stamford Raffles dan pendirian pos perdagangan Inggris, Singapura menjadi magnet bagi para imigran dan pedagang. Mencari kehidupan yang lebih baik bagi diri sendiri dan keluarga, mereka berdatangan dari propinsi-propinsi selatan China, Indonesia, India, Pakistan, Ceylon dan Timur Tengah.
Terdapat empat bahasa resmi di Singapura: Melayu, Mandarin, Tamil dan Inggris. Bahasa Inggris adalah bahasa yang digunakan dalam bisnis dan administrasi, dan banyak digunakan serta dipahami secara luas. Sebagian besar penduduk Singapura adalah bilingual, dan dapat berbicara dalam bahasa ibu sekaligus bahasa Inggris. Melayu merupakan bahasa nasional.
Paduan etnik juga membawa serta berbagai agama yang beragam. Cakrawala Singapura dengan bangga menampilkan kubah masjid, menara gothik katedral, patung dewa-dewi kuil Hindu, serta arsitektur atap kuil China yang khas. Agama yang banyak dianut adalah Islam, Taoisme, Buddha, Kristen, Hindu, Sikh dan Judaisme
Meskipun perkawinan silang telah terjadi selama bertahun-tahun, masing-masing kelompok ras di dalam Singapura tetap mempertahankan identitas budayanya sendiri, sembari berkembang sebagai bagian integral dari masyarakat Singapura. ***
Catatan Sejarah Singapura
By Socrates- Singapura kini menjadi salah satu kota penting di dunia. Kemajuan kota ini, jauh meninggalkan kota terdekatnya, seperti Johor dan Batam. Padahal, jarak Batam – Singapura hanya 26 mil laut. Malah, sebagian warga Indonesia, menjadikan Singapura destinasi wisata favorit.
Meski bertetangga dengan Batam, Bintan dan Karimun, banyak sisi lain Singapura yang belum diekplorasi. Minimnya informasi, kesulitan bahasa, dan mengapa Singapura menjadi kota maju dan modern. Untuk itulah, catatan dan tulisan ini dibuat. Setidaknya, akan menjadi informasi awal tentang berbagai event, tempat belanja murah, cara berurusan dengan pihak berwenang hingga agenda dan tempat wisata di Singapura.
Nama Singapura dalam catatan bangsa China, awalnya disebut sebagai Pu-lou-chung, atau pulau di ujung semenanjung. Namun, sejarah pulau yang penuh dinamika ini, di abad ke 14 menjadi bagian kerajaan Sriwijaya dengan nama Temasek atau kota laut. Letaknya yang strategis di ujung Semenanjung Malaya, Singapura sejak lama dikunjungi junk China, kapal dagang India, dhow Arab, kapal-kapal perang Portugis sampai kapal layar Bugis.
Selama abad ke 14, pulau kecil namun strategis ini mendapat nama baru Singa Pura (Kota Singa). Menurut legenda, seorang pangeran Sriwijaya yang datang melihat seekor hewan yang ia kira singa, dan lahirlah nama modern Singapura ini (Singapore dalam bahasa Inggris). Kisah Singapura diwarnai oleh Inggris yang menjadikan Singapura sebagai ”rumah singgah” pada abad ke 18 Masehi.
Singapura dijadikan armada Kerajaan Inggris untuk memperbaiki, mengisi bahan makanan, dan melindungi armada kerajaan mereka yang semakin besar, serta untuk menahan kemajuan bangsa Belanda di wilayah ini. Dengan latar belakang politik seperti inilah Sir Stamford Raffles mendirikan Singapura atau Singapore, sebagai tempat perdagangan tahun 1819. Kebijakan perdagangan bebas berhasil menarik para pedagang dari seluruh penjuru Asia, bahkan dari negeri-negeri jauh seperti Amerika Serikat dan Timur Tengah.
Di tahun 1832, Singapura menjadi pusat pemerintahan Straits Settlements (Wilayah Pemukiman Teluk) untuk daerah Penang, Malaka dan Singapura. Pembukaan Terusan Suez di tahun 1869 dan penemuan telegraf dan kapal uap memperbesar peran penting Singapura sebagai pusat perdagangan yang semakin meningkat antara Timur dan Barat.
Singapura juga menjadi lokasi militer di abad ke 14, ketika terlibat dalam perebutan Semenanjung Malaya antara kerajaan Siam (kini Thailand) dan Majapahit dari Jawa. Lima abad kemudian, kembali Singapura menjadi lokasi peperangan besar selama Perang Dunia II. Singapura sempat dianggap sebagai benteng yang tak tertembus, tapi Jepang berhasil menguasai pulau ini di tahun 1942. Setelah perang, Singapura menjadi Crown Colony (koloni Tahta Inggris).
Tumbuhnya nasionalisme menjadikan terbentuknya pemerintahan mandiri di tahun 1959, dan akhirnya pada tanggal 9 Agustus 1965, Singapura menjadi republik merdeka. Singapura berbatasan dengan Johor, Malaysia dan Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Luas Singapura 692.7 km persegi dengan penduduk 4.16 juta jiwa yang terdiri dari 76.8 % Cina, Melayu 13.9 %, India 7,9% dan lain-lain 1.4%.
Penduduk asal Singapura adalah para nelayan Melayu, tapi setelah kedatangan Sir Stamford Raffles dan pendirian pos perdagangan Inggris, Singapura menjadi magnet bagi para imigran dan pedagang. Mencari kehidupan yang lebih baik bagi diri sendiri dan keluarga, mereka berdatangan dari propinsi-propinsi selatan China, Indonesia, India, Pakistan, Ceylon dan Timur Tengah.
Terdapat empat bahasa resmi di Singapura: Melayu, Mandarin, Tamil dan Inggris. Bahasa Inggris adalah bahasa yang digunakan dalam bisnis dan administrasi, dan banyak digunakan serta dipahami secara luas. Sebagian besar penduduk Singapura adalah bilingual, dan dapat berbicara dalam bahasa ibu sekaligus bahasa Inggris. Melayu merupakan bahasa nasional.
Paduan etnik juga membawa serta berbagai agama yang beragam. Cakrawala Singapura dengan bangga menampilkan kubah masjid, menara gothik katedral, patung dewa-dewi kuil Hindu, serta arsitektur atap kuil China yang khas. Agama yang banyak dianut adalah Islam, Taoisme, Buddha, Kristen, Hindu, Sikh dan Judaisme
Meskipun perkawinan silang telah terjadi selama bertahun-tahun, masing-masing kelompok ras di dalam Singapura tetap mempertahankan identitas budayanya sendiri, sembari berkembang sebagai bagian integral dari masyarakat Singapura. ***