The Socrates TalkThe Socrates Talk
  • Home
  • Journalism
    • Batam Documentary
    • In Depth
    • Amazing Batam
    • Humaniora
    • Flash Back
    • Photography
  • Program
    • On Location
    • Online
    • On Spot!
  • Singapore Corner
  • Pendidikan
  • Lingkungan
  • Politika
  • Profile Stories
Membaca Bonus Melahirkan di Singapura Rp190 Juta
Bagikan
Aa
Aa
The Socrates TalkThe Socrates Talk
  • Program
  • Journalism
  • Flash Back
  • Amazing Batam
  • Profile Stories
  • Humaniora
  • Singapore Corner
  • Photography
  • Categories
    • Journalism
    • Batam Documentary
    • Amazing Batam
    • Photography
    • In Depth
    • Humaniora
    • Flash Back
    • Program
    • Lingkungan
    • Politika
    • Singapore Corner
    • Pendidikan
Ikuti kami
  • About
  • Privacy Policy
© 2022 Socrates Talk. All Rights Reserved.
Singapore Corner

Bonus Melahirkan di Singapura Rp190 Juta

admin
Diperbarui Terakhir: 2022/09/04 at 12:15 PM
admin 3 tahun lalu 877 Dilihat
Bagikan
Ilustrasi © bored panda
Bagikan

By Sultan Yohana –Saya ketinggalan informasi, tentang bonus melahirkan di Singapura yang naiknya, dibanding saat kami dapat dulu, naudzubillah. Mungkin karena, tidak ada urusannya lagi dengan kami sekeluarga, hingga saya ndak lagi tertarik info-info begini. Kami, pula, sudah terlalu enggan punya anak lagi. Sudah tua. 

Anak terakhir kami Zak, lahir delapan tahun lalu. Itu pun, bonus dari Pemerintah ketika itu, sebesar $6.000, belum juga habis. Susah mau menghabiskan duit yang memang hanya bisa digunakan untuk kebutuhan “tertentu” si bocah. Seperti biaya bersalin, biaya sekolah, atau biaya kesehatan. Apalagi Zak, alhamdulillah, sejauh ini tidak pernah punya masalah yang membuat bonusnya tandas.

Sampai kemudian, suatu siang (23//8/2021), saat hendak naik ke apartemen tempat tinggal kami, perhatian saya tertuju pada woro-woro di layar digital yang dipasang di samping lift. Woro-woro tentang pemberian Baby Support Grant (BBG) sebesar $3.000. Untuk anak yang lahir per Oktober 2020 hingga 30 September 2022. Bonus apa lagi ini, pikir saya.

Sebelum ngomongin BBG, yang jika dirupiahkan mencapai Rp33 juta itu, saya jelaskan dulu bonus utama yang didapat setiap bayi Singapura yang lahir. Sejak tahun 2015, pemerintah membonusi anak pertama dan kedua yang lahir, sebesar $8.000. Untuk Anak ketiga dan selanjutnya, masing-masing dapat 10 ribu dolar. Angka itu jelas jauh berbeda dengan yang didapat Ken dan Zak. Ken (13 tahun) saat lahir, cuma dapat $3.000, sementara adiknya dua kali lipat lebih besar.

- Advertisement -
Ad imageAd image

Ditambah aneka macam subsidi lain, plus BBG tadi, orang Singapura yang punya anak pertama, kini, bisa membawa pulang duit sebesar 17 ribu dolar. Nyaris Rp190 juta. Asyiknya lagi, tidak lagi seperti bonus anak-anak kami, bonus sekarang sebagian besar berupa duit tunai yang bisa dicairkan kapan saja. Penggunaannya pun tak lagi kudu untuk kebutuhan si bayi doang.

Jadi pingin punya anak lagi nih…, hihihi.

Tapi jangan ngiri dulu! Meskipun begitu besar pemerintah Singapura membonusi penduduknya agar mau punya anak, saya pesimis orang-orang Singapura mau punya anak. Badan statistik sini mencatat, dari tahun ke tahun angka rata-rata kelahiran bayi kian mengkhawatirkan. Jika tahun 2015 saat skema baru pemberian bonus diberikan, rata-rata angka pertumbuhan penduduk sebesar 1,640 persen. Kini tahun 2021, menukik hingga 0,960 persen. Tahun lalu, Singapura bahkan mencatat angka pertumbuhan terendah, juga 0,960 persen, plus angka kematian tertinggi. Kian habis.

Masalah rendahnya pertumbuhan ini, akan menjadi masalah yang sangat besar dalam 10 tahun ke depan. Jika angka pertumbuhan rendahnya masih seperti sekarang, diperkirkan pada tahun 2030, setiap dua orang Singapura usia aktif, akan menanggung delapan orang lanjut usia. Ini bom waktu! Bisa dibayangkan seperti apa Singapura saat itu. Ketika lebih banyak orangtua ketimbang anak muda.

Kenapa warga Singapura enggan punya anak?

Ini pertanyaan utamanya! Kenapa orang Singapura enggan punya anak? Tentu saja banyak faktor yang melatarbelakanginya. Tapi, saya ingin menjawab satu hal paling mendasar, yang saya rasakan, saya alami, saya perhatikan, saya renungi; setelah nyaris satu dekade tinggal di Singapura. Menurut saya, faktor terbesar pasangan muda Singapura enggan punya anak adalah hilangnya kebahagiaan dalam berkeluarga.

Mereka, pasangan muda Singapura, tak lagi bisa menikmati hubungan antar-keluarga. Antar-sepupu sudah tidak saling kenal. Antar adik-kakak hanya muncul relasi kewajiban tersebab karena ditakdirkan bersaudara. Saling minta bantuan seperti sebuah aib. Pendek kata, di sebuah keluarga, hubungan darah telah merenggang begitu rupa. Tidak hangat, apalagi menghangatkan.

Itu karena “kebahagiaan” terlalu distandarkan. Di luar sana. Kebahagiaan-kebahagiaan cuma dicitrakan jika Anda sekolah di sekolah favorit! Jika Anda punya mobil mewah! Jika Anda kerja di kantor mentereng! Jika Anda tinggal di kondominium swasta! Kebahagiaan jika di tubuh Anda, dari ujung kaki hingga ujung kepala; menempel barang branded semua.

Kebahagiaan jika Anda punya tubuh selangsing model! Kebahagiaan menang debat nasional! Kebahagiaan bisa finis maraton 42 kilometer! Kebahagiaan awet muda! Kebahagiaan disebut cantik/ganteng oleh rekan kerja! Kebahagiaan dari Tik-tok.

Kebahagiaan bisa komentar nyolot di media sosial, dan dilike banyak orang. Kebahagiaan terlihat religius! Kebahagiaan pamer sumbangan sekian juta! Kebahagiaan… pendek kata, semua kebahagiaan itu, telah distandarisasi sedemikian rupa.

Hingga kemudian, mereka lupa, bagiamana menemukan kebahagiaan sederhana di keluarga. Lupa yang kemudian menjadi enggan. Enggan yang kemudian berubah menjadi alergi. Jika sudah alergi, ngapain pula repot-repot harus punya anak? Punya keluarga?

Banyak orang mengkambinghitamkan biaya hidup mahal sebagai biang keladi orang Singapura enggan punya anak. Tapi bagi saya, tidak! Karena rata-rata yang memutuskan tidak mau punya anak justru pasangan-pasangan yang secara ekonomi sangat layak. Pasangan kaya-kaya. Mereka, misalnya, lebih suka memilih memelihara anjing, sekalian menyewa pembantu rumahtangga untuk mengurusi itu anjing, alih-alih punya anak.

Ternyata, tak perlu menjadi miskin untuk menunggu “bangkrutnya” sebuah negara! Maka Anda orang Indonesia, yang bahkan belum kerja pun sudah berani beranak tiga; bersyukurlah Anda-anda semua! Karena kebahagiaan terbaik, adalah bersama keluarga. Alhamdulillah! ***

Penulis : Citizen Indonesia berdomisili di Singapura. Menulis di berbagai platform, mengelola blog – ‘Rasa Singapura’

Sumber:

– https://www.madeforfamilies.gov.sg/raising-families/baby-support-grant

– https://www.income.com.sg/blog/guide-to-baby-bonus-and-cda

- Advertisement -
Ad imageAd image

-http://www.singstat.gov.sg/find-data/search-by-theme/populatio/births-and-fertility/lates

Artikel/ Konten lainnya

Warga Singapura Keluhkan Harga Tiket Ferry ke Batam Mahal

Hendry Chandra Muljadi : Sejak Kecil, Kami Diajarkan Kebersamaan I Muljadi di Mata Keluarga – MENEROBOS WAKTU Sebuah Memoir : ”My Life Journey”

Cortina Muljadi : Anak Cucu Dibelikan Asuransi, Dia Sendiri Tidak I Muljadi di Mata Keluarga – MENEROBOS WAKTU Sebuah Memoir : ”My Life Journey”

Mariani Muljadi : Pesan Papi, Jaga Kesehatan I Muljadi di Mata Keluarga – MENEROBOS WAKTU Sebuah Memoir : ”My Life Journey”

Bibi Marie yang Hidup Sendiri

KAITAN: #babygrant, #bayi, #bonus, #Singapore
admin 03/09/2022
Sebarkan Artikel/ Konten ini
Facebook Twitter Email Print
Artikel/ Konten Sebelumnya “Sambu, Melintas Waktu”
Artikel/ Konten Selanjutnya Singapura Rayu Talenta Asing
Beri Penilaian

Beri Penilaian Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Please select a rating!

- Advertisement -
Ad imageAd image

WhatsNew?

Sudah 106 KK Tempati Rumah Baru di Tanjung Banon
BP Batam
BP Batam Tertibkan Bangunan Liar di Dam Tembesi
BP Batam
BP Batam Tingkatkan Kesadaran Keamanan Informasi di Era Digital
BP Batam
BP Batam dan Kemerinves Teken Nota Kesepahaman
BP Batam
Proyek IPAL Batam Capai 98 Persen
BP Batam
- Advertisement -
Ad imageAd image
- Advertisement -
Ad imageAd image

Hot Talks

- Advertisement -
Ad imageAd image

Artikel/ Konten Lainnya

Warga Singapura Keluhkan Harga Tiket Ferry ke Batam Mahal

1 tahun lalu

Hendry Chandra Muljadi : Sejak Kecil, Kami Diajarkan Kebersamaan I Muljadi di Mata Keluarga – MENEROBOS WAKTU Sebuah Memoir : ”My Life Journey”

1 tahun lalu

Cortina Muljadi : Anak Cucu Dibelikan Asuransi, Dia Sendiri Tidak I Muljadi di Mata Keluarga – MENEROBOS WAKTU Sebuah Memoir : ”My Life Journey”

1 tahun lalu

Mariani Muljadi : Pesan Papi, Jaga Kesehatan I Muljadi di Mata Keluarga – MENEROBOS WAKTU Sebuah Memoir : ”My Life Journey”

1 tahun lalu
about us

Laman The Socrates Talk adalah untuk memenuhi rasa ingin tahu publik tentang Batam dan Indonesia. Dari sumber informasi terpercaya.

Find Us on Socials

© Socrates Talk 2022 - 2023. All Rights Reserved.

  • About
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksional

Removed from reading list

Undo
Welcome Back!

Sign in to your account

Register Lost your password?