By Bintoro Suryo – Hutan Mata Kucing adalah sebuah hutan konservasi yang ada di Batam. Terletak di kawasan Sekupang dan Batuaji, Batam, keberadaan hutan konservasi ini mulai dikelola secara khusus di akhir era 90-an.
Pada tahun 2003 hutan mata kucing direnovasi dan dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata alam di Batam.
Sekitar tahun 2009, pemerintah kota Batam ikut merenovasi kembali kawasan wisata hutan ini dan didesain sedemikian rupa menjadi sebuah kebun binatang mini.
Luas wilayah hutan konservasi ini sekitar 254 hektar. Membentang sepanjang sisi jalan Diponegoro antara kawasan Sekupang hingga Batuaji di kota Batam.
Di sini, ada berbagai habitat tumbuhan dan juga hewan yang yang hidup dan berkembang. Ada yang merupakan endemik asli dan ada juga yang sengaja ditumbuhkan dan dibiakkan serta dibiarkan hidup di kawasan ini.
Salah satu tanaman endemik asli yang masih dijaga kelestariannya di lokasi ini adalah tanaman damar.
Damar adalah nama pohon penghasil resin damar dengan nama serupa, dari suku meranti-merantian. Di beberapa daerah lain, tanaman itu juga dikenal dengan nama seperti pēlalar, p. lĕngo, damar puteh di wilayah Aceh dan juga damar sibolga. Ada juga yang menyebutnya sebagai damar mata-kucing seperti di wilayah Sumatra Selatan.
Tanaman Damar juga menghasilkan kayu yang dalam perdagangan digolongkan sebagai meranti putih.
Tanaman lain yang juga dibudidayakan di sini adalah tanaman gaharu. Beberapa wilayah di Batam, biasa mengambil bibit gaharu dari sini untuk kemudian dikembangkan di tempat lain.
Beberapa fauna khas tropikal juga bisa disimak di sini. Seperti monyet, buaya termasuk juga jenis beruang hitam.
Asal Nama ‘Mata Kucing’
Hutan Mata Kucing sebelum dijadikan tempat wisata dan kawasan konservasi, pada mulanya merupakan hutan yang hanya dapat dilewati dengan berjalan kaki.
Menurut kisah turun temurun di masyarakat sekitar hutan, dulu ketika malam hari mereka sering melihat cahaya-cahaya terang dari dalam hutan ini.
Cahaya tersebut seolah mengincar dan melihat ke arah mereka. Mereka meyakini bahwa cahaya tersebut adalah mata dari seekor harimau.
Karena adanya pantangan menyebut kata “harimau” bagi masyarakat Batam yang saat itu sangat menjaga adat, maka kata “harimau” diganti dengan “kucing”.
Namun, saat ini cukup jarang masyarakat mendengar kabar tentang keberadaan harimau di hutan tersebut.
Selain adanya cerita tentang keberadaan kucing hutan yang jadi legenda asal mula nama Hutan Mata Kucing, konon berdasarkan keyakinan sebagian masyarakat sekitar, di tempat ini dulunya merupakan tempat pembuangan makhluk halus atau jin.
(*)
Sumber : bintorosuryo.com
Penulis : Bintoro Suryo – Ordinary Man. Orang teknik, mengelola blog, suka sejarah, cerita manusia dan Videography.
Videography : © Panca Bramasto, Danny Connery, Bintoro Suryo
Photo cover : © Panca Bramasto