The Socrates TalkThe Socrates Talk
  • Home
  • Journalism
    • Batam Documentary
    • In Depth
    • Amazing Batam
    • Humaniora
    • Flash Back
    • Photography
  • Program
    • On Location
    • Online
    • On Spot!
  • Singapore Corner
  • Pendidikan
  • Lingkungan
  • Politika
  • Profile Stories
Membaca Orang-Orang Terhormat
Bagikan
Aa
Aa
The Socrates TalkThe Socrates Talk
  • Program
  • Journalism
  • Flash Back
  • Amazing Batam
  • Profile Stories
  • Humaniora
  • Singapore Corner
  • Photography
  • Categories
    • Journalism
    • Batam Documentary
    • Amazing Batam
    • Photography
    • In Depth
    • Humaniora
    • Flash Back
    • Program
    • Lingkungan
    • Politika
    • Singapore Corner
    • Pendidikan
Ikuti kami
  • About
  • Privacy Policy
© 2022 Socrates Talk. All Rights Reserved.
HumanioraSingapore Corner

Orang-Orang Terhormat

admin
Diperbarui Terakhir: 2022/09/22 at 3:23 PM
admin 3 tahun lalu 520 Dilihat
Bagikan
Photo : © Sulton Yohana
Bagikan

By Sulton Yohana – Ia memasang harga 400 dolar, untuk tiga lensa yang dia jual. Saya menawar 500 dolar sebagai harga yang saya anggap pantas. Ia setuju. Saat kami bertemu, dia membawa sebuah lagi lensa yang belum diiklankan.

“Anda menawar 500 bukan?! Harga saya 400, untuk kelebihan uang Anda, apakah Anda mau membayari lensa ini?” katanya sambil menunjuk lensa yang hendak dijual.

Saya terperanjat. Bukankah tanpa lensa tambahan itu, saya memang menawar 500. Tapi karena dia komitmen dengan harga yang dipasang, ia memberi tambahan lensa untuk kelebihan tawaran saya.

Jujur, jarang sekali saya menemukan penjual seperti ini.

- Advertisement -
Ad imageAd image

Akhir pekan di bulan Februari 2022 lalu, seorang penjual kamera memasang harga kamera 150 dolar di marketplace Carousell. Iklan yang dia pasang, sama sekali tidak detil diskripsinya. Karena belum tahu kondisi aslinya, saya membuka tawaran 160.

Tapi, setelah saya pikir-pikir, dia menjual kelewat murah. Dengan akun
marketplace 
milik saya yang lain, saya menaikkan tawaran menjadi 200. Dua tawaran itu sama-sama telah dibaca sebelum kemudian tawaran saya yang pertama yang diterima, dan difollow-up. Tawaran kedua yang lebih tinggi dijawab simple “mohon maaf, ada orang yang menawar, nanti jika transaksi gagal, saya hubungi Anda lagi.”

Logika dagang saya berantakan. Ini orang kok justru menerima tawaran lebih rendah? Padahal dia bisa mendapatkan tawaran yang lebih baik. Dia punya pilihan. Dia bisa memilih. Dan dia berhak memilih. 

Banyak hal-hal “ajaib” yang saya temui dari kegiatan jual-beli yang saya lakukan.

Hal-hal yang MENEBALKAN keyakinan saya, masih banyak orang BAIK” yang mendasari tindakan dan keputusan mereka dengan rasa hormat. Bukan semata-mata didasari pada keuntungan saja. Meski itu adalah hak mereka.

Saya yakin, orang-orang “BAIK” itu ada di mana-mana dan jauh lebih banyak ketimbang sebaliknya. Jika Anda merasa semua orang di sekeliling Anda BRENGSEK, Anda mungkin terlalu BERLEBIHAN memberi syarat bahwa orang “BAIK” itu – misalnya- harus hafal Quran, harus rajin ke gereja, harus dermawan, harus kenal banyak orang penting, harus punya jabatan mentereng, harus ini harus itu. 

Bagi saya, syarat orang BAIK itu cuma satu: harus terhormat. Dan orang terhormat, tidak pernah menunjukkan diri sebagai orang terhormat. Tidak pernah mencitrakan diri sebagai orang terhormat. Tidak pernah menyebut dirinya sebagai orang terhormat!

Yang kita perlukan adalah optimis, berusaha menemukan, dan mencoba meneledani kebaikan-kebaikan orang-orang “BAIK” itu. Bergaullah dengan apa pun jenis manusia! Agar tidak gampang tertipu mana orang baik dan mana orang yang pura-pura baik.

(*)

Penulis : Sulton Yohana, Citizen Indonesia berdomisili di Singapura. Menulis di berbagai platform, mengelola blog – ‘Rasa Singapura’

Artikel/ Konten lainnya

Setiap 40 Detik 1 Orang di Dunia Bunuh Diri, Ini Penyebabnya

Warga Singapura Keluhkan Harga Tiket Ferry ke Batam Mahal

Ibu Sakit, Tinggal di Singapura I Menjadi Pemegang Saham – MENEROBOS WAKTU Sebuah Memoir : ”My Life Journey”

Wartawan Tangguh itu Telah Pergi…

Kisah Kampung Pereh dan Kampung Sebong

KAITAN: Humaniora, Singapore, Singapura
admin 22/09/2022
Sebarkan Artikel/ Konten ini
Facebook Twitter Email Print
Artikel/ Konten Sebelumnya Ismeth Abdullah
Artikel/ Konten Selanjutnya 20 Tahun Provinsi Kepri : “Apa Kabar Ismeth Abdullah”
Beri Penilaian

Beri Penilaian Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Please select a rating!

- Advertisement -
Ad imageAd image

WhatsNew?

Sudah 106 KK Tempati Rumah Baru di Tanjung Banon
BP Batam
BP Batam Tertibkan Bangunan Liar di Dam Tembesi
BP Batam
BP Batam Tingkatkan Kesadaran Keamanan Informasi di Era Digital
BP Batam
BP Batam dan Kemerinves Teken Nota Kesepahaman
BP Batam
Proyek IPAL Batam Capai 98 Persen
BP Batam
- Advertisement -
Ad imageAd image
- Advertisement -
Ad imageAd image

Hot Talks

- Advertisement -
Ad imageAd image

Artikel/ Konten Lainnya

Setiap 40 Detik 1 Orang di Dunia Bunuh Diri, Ini Penyebabnya

11 bulan lalu

Warga Singapura Keluhkan Harga Tiket Ferry ke Batam Mahal

1 tahun lalu

Ibu Sakit, Tinggal di Singapura I Menjadi Pemegang Saham – MENEROBOS WAKTU Sebuah Memoir : ”My Life Journey”

1 tahun lalu

Wartawan Tangguh itu Telah Pergi…

1 tahun lalu
about us

Laman The Socrates Talk adalah untuk memenuhi rasa ingin tahu publik tentang Batam dan Indonesia. Dari sumber informasi terpercaya.

Find Us on Socials

© Socrates Talk 2022 - 2023. All Rights Reserved.

  • About
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksional

Removed from reading list

Undo
Welcome Back!

Sign in to your account

Register Lost your password?