PAKAR filologi dan naskah kuno nusantara ini, dosen di Universitas Leiden, Belanda. Penelitiannya, dimuat di berbagai jurnal internasional. Diundang seminar ke berbagai negara.
Jalan hidupnya berliku. Pernah mengajar di Universitas Andalas dan Universitas Indonesia, tak kunjung diangkat jadi dosen. Ia jadi dosen tamu di Universitas Leiden Belanda sejak 1998 sampai sekarang.
Dari Belanda, ia mempelajari sejarah dan naskah kuno tentang kerajaan dan masa kolonial di nusantara. ” Kita lalai mendokumentasikan dan menyimpan arsip. Koleksi arsip nusantara di Belanda, kalau direntang panjangnya 10 kilometer,” katanya.
Suryadi berkutat mempelajari naskah lama dan buku klasik di Belanda. Karyanya antara lain, surat raja Buton, Bima, Gowa dan Minangkabau dan teks Melayu Klasik Syair Lampung Karam, satu-satunya sumber pribumi soal letusan Gunung Krakatau 1883.
Dosen Indonesian Studies dengan mahasiswa berbagai negara, menemukan naskah Melayu klasik Hikayat Hang Tuah tertua tahun 1762 di pustaka Leiden University.
Ia banyak sekali menemukan foto berusia ratusan bahkan ribuan tahun. Mulai dari seniman Jawa, perempuan Aceh hingga Papua.
“Saya seperti menyelam ke masa lalu. Saat membaca, kadang saya tertawa sendiri,” katanya, saat membaca rekam jejak bangsa ini.
Ia kerap jadi rujukan sejarawan, termasuk dari Kepulauan Riau.
Ikuti wawancara dengan Dr Suryadi MA hanya di SOCRATES TALK.
(*)