SETELAH dibekali materi story telling dan menjadi host keren, fotografi, videografi serta content creator, peserta yang sudah dibagi menjadi empat kelompok, ditugaskan membuat video dan foto dengan tema pariwisata.
Peserta dibagi empat kelompok. Masing-masing kelompok, terdiri dari beberapa sekolah. Tugas peserta adalah, membuat narasi dan story telling yang dilakukan host, memotret dengan smartphone, serta membuat video bercerita. Sehingga, setiap sekolah ada yang jadi host, cameramen, fotografer, videographer serta editor.
Peserta lalu menyebar ke beberapa spot seperti taman, kolam renang, restoran, hotel, hingga menyaksikan kesenian tradisional. Guru dan siswa, bekerja sama untuk mendapatkan foto dan video terbaik. Paran siswa SD dan SMP tampak bersemangat. ‘’Ini pelatihan rasa liburan,’’ kata seorang siswa.
Sampai sore, semua peserta kembali ke ruangan, melakukan proses editing atau sunting. Foto-foto peserta, dikirim ke panitia setelah di upload di Instagram dan video ke youtube dengan tagar #bdc2023, #disdikkotabatam, #socratestalk dan #batamdigital. Foto dan video yang sudah terkumpul, langsung ditayangkan di in fokus, sehingga semua peserta bisa melihat kelebihan dan kekurangan hasil karya mereka.
Misalnya, siswa SMP dari Galang yang menampilkan video tentang restoran Golden Prawn. Ia menjadi presenter menyampaikan apa saja menu yang tersedia di restoran itu seperti udang, ikan, gonggong, kepiting dalam bahasa Melayu.
‘’Sebaiknya, kalau berjalan jangan mundur, tapi melangkah seperti biasa. Bisa-bisa kecebur lho,’’ kata Sri Azizah, yang memang sudah biasa menjadi presenter dan host di televisi. ‘’Saat menceritakan tentang menu seperti ikan dan udang, sebaiknya ada gambar ikan dan udang dalam bentuk insert atau footage,’’ kata Axel Ariel Muhammad.
Setelah acara penutupan, semua peserta mendapat sertifikat workshop Batam Digital Camp Batch #2 dan foto bareng dengan para instruktur dan panitia.
(*)