By Sultan Yohana – Sehabis memberesi satu transaksi, di Stasiun Mounbatten MRT, saya iseng jalan kaki menuju Paya Lebar MRT. Jaraknya tak terlalu jauh, sekitar 30 menit jalan kaki saya (ndak tahu kalau jalan kaki Anda). Melewati rute Geylang Road. Mencoba menengok apa-apa saja yang ada di Geylang Lorong 12 hingga Lorong 44. Geylang identik dengan kawasan prostitusi.
Memang benar, Geylang adalah kawasan prostitusi paling beken di Singapura. Paling ramai. Paling jalanan. Namun kehidupan malam di sana, juga berkelindan dengan kawasan pemukiman warga biasa, kedai-kedai makan yang selalu ramai, pub-pub, ruko-ruko tua yang indah, serta bisnis-bisnis seumumnya. Geylang di siang hari, seperti kawasan-kawasan tua lainnya di Singapura. Kenapa prostitusi marak di Geylang? Saya menyukai penjelasan sebuah artikel di situs wayfengshui.com. Di situ, daerah Geylang diibaratkan sebagai “kelabang air”.
Serupa dengan kelabang yang berkaki banyak, Geylang memang penuh dengan gang-gang kecil dan sempit. Geylang juga terletak di dekat Sungai Kallang, dan sepelemparan batu dari Selat Malaka. Itulah kenapa Geylang dalam fengsui, dikenal sebagai “kelabang air”. Kelabang air, sebagian orang China percaya, adalah perlambang dari kekayaan. Karena itulah Geylang dikenal sebagai kawasan yang bagus untuk bisnis. Di sana, kedai-kedai makanan selalu ramai, dan banyak di antaranya yang buka 24 jam. Pub-pub juga penuh pengunjung.
Kalau Anda cari durian, di sanalah pusat durian di Singapura. “Kelabang air” adalah makanan kesukaan “ayam” (sebutan bagi pelacur). Jadi, di Geylanglah para ayam-ayam itu akhirnya pergi untuk mencari “kelabang air”. Sialnya, kelabang air biasanya keluar malam. Jadi, “ayam-ayam” pun ikut-ikutan berburu “kelabang” pada malam hari. Akhirnya, jadilah Geylang terkenal sebagai kawasan prostitusi paling beken di Singapura. Tidak hanya surga makanan dan prostitusi. Geylang juga beken dengan banyaknya tempat ibadah. Saya menghitung, ada 8 gereja, dua masjid, serta 35 kuil Hindu dan Budha.
Itu di Lorong 1 hingga lorong 44 saja. Belum lagi di luar gang Geylang yang juga banyak. Lalu apa hubungan antara prostitusi dengan banyaknya tempat ibadah? Ah, Anda tentu bisa menebak-nebak sendiri hubungannya! Seseorang yang merasa penuh berlumuran dosa, larinya pasti kepada Tuhan yang Maha Indah.
(*)
Penulis/ Vlogger : Sulton Yohana, Citizen Indonesia berdomisili di Singapura. Menulis di berbagai platform, mengelola blog www.sultanyohana.id