By Socrates – Sehat itu mahal. Apalagi kalau sakit, lebih mahal lagi. Tapi, sebagian warga Batam dan Kepri memilih berobat ke Singapura dan Malaysia. Padahal, rumah sakit di Batam makin berkembang dan maju. Mengapa? Bagaimana perkembangan rumah sakit di Batam?
Bagi warga Batam dan Kepulauan Riau, terutama kelas menengah atas, berobat ke Singapura dan Malaysia tidak asing. Jaraknya dekat. Ke Singapura 45 menit, ke Johor 1,5 jam saja. Teknologi kedokteran di rumah sakit di negara jiran itu, memang lebih maju.
Alasan lain, dokter selalu ada dan stand by di satu rumah sakit, bukan praktek di beberapa tempat. Dokter spesialisnya lengkap. Komunikasi antara dokter dan pasien, terjalin lebih akrab dan terbuka. Dan, rumah sakit gencar berpromosi. Marketingnya handal.
Tidak hanya dokter, perawat, staf administrasi rumah sakit hingga supir, memiliki dedikasi yang tinggi memberikan pelayanan terhadap pasien. Secara berkala, mereka diberi pelatihan tentang costumer service. ‘’Pertanyaan kami adalah, who is the bos? Bos kami yang sebenarnya adalah pasien, bukan pemilik rumah sakit. Jika pasien puas, gaji dan bonus kami bagus,” ujar marketing Mahkota Medical Centre kepada saya.
Bagaimana perkembangan teknologi dan pelayanan kesehatan di rumah sakit di Batam? Pelan tapi pasti, rumah sakit di Batam semakin maju. Baik dari teknologi, maupun peralatan medis. Yang jelas, biayanya lebih murah dibanding Singapura dan Malayasia karena perbedaan kurs mata uang.
Bagaimana perjalanan waktu rumah sakit di Batam? Berikut ini data dan faktanya:
1971 : Rumah Sakit BP Batam (RSBP)
Rumah sakit pertama di Batam adalah RSBP yang dulu dikenal dengan nama RS Otorita Batam. Awalnya, RSBP adalah poliklinik Pertamina tahun 1971. Sejak 2018 menjadi rumah sakit pemerintah. RSBP kini hadir dengan konsep baru new spirit dan new service.
1984 : Rumah Sakit Budi Kemuliaan (RSBK)
Rumah Sakit Budi Kemuliaan (RSBK) didirikan oleh Sri Soedarsono untuk membantu meningkatkan taraf kehidupan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di Batam. Rumah Sakit Budi Kemuliaan Batam diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI pada tanggal 8 Oktober 1984.
1984 : Rumah Sakit Harapan Bunda (RSHB)
Rumah Sakit Harapan Bunda yang semula klinik bersalin dan mulai beroperasi menjadi rumah sakit umum sejak 5 Juni 1986. Rumah sakit Harapan Bunda (RSHB) Batam merupakan Rumah Sakit Swasta yang diprakarsai oleh Henry Minit bersama dengan istrinya Gusnawati.
1986 : RSUD Embung Fatimah
Puskesmas Batuaji sudah beroperasi sejak 8 Oktober 1986. Tahun 1988 puskesmas Batuaji menjadi puskesmas rawat inap. Sejak 11 Oktober 2004 menjadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Embung Fatimah dengan empat spesialis dasar yakni, bedah, kebidanan, penyakit dalam dan spesialis anak.
Tanggal 31 Desember 2009 RSUD ini menjadi Badan Layanan Umum Daerah. Tahun 2011 rumah sakit ini berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Embung Fatimah. Sejak 14 Februari 2015 RSUD Embung Fatimah menjadi rumah sakit rujukan regional.
2001 : Rumah Sakit Santa Elisabeth, Lubuk Baja
Pimpinan Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE) membentuk Yayasan Rumah Sakit St. Elisabeth Cabang Batam untuk mengelola Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam tahun 1990. Tanggal 17 November 2001 memperoleh izin Rumah Sakit Ibu dan Anak yang diresmikan oleh wali kota Batam saat itu, Nyat Kadir. Pada tanggal 21 September 2005, memperoleh izin sebagai Rumah Sakit Umum.
2003 : Rumah Sakit Awal Bros, Baloi
Rumah Sakit Awal Bros RS Batam berdiri pada tanggal 26 Juni 2003 dengan kapasitas 212 tempat tidur. RS Awal Bros pertama kali berdiri tahun 1998 di Pekanbaru yang dirintis oleh H Awaloedin. Saat ini, Awal Bros Group memiliki 22 rumah sakit yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.
’’Dulu, warga Batam dan Kepri berobat ke Singapura dan Malaysia. Kini, lebih 70 persen berobat ke Awal Bros. Kami memiiki layanan unggulan seperti Pusat Pelayanan Jantung dan Pembuluh Darah (Heart Center), Stroke Center dan Onkology atau kanker, ‘’ kata dr Widya Putri, MARS Direktur RS Awal Bros Batam.
2009 : Rumah Sakit Graha Hermine, Batuaji
Rumah sakit swasta yang berdiri tanggal 3 Desember 2009 ini, berlokasi di Batuaji, Batam. Awalnya, Rumah Sakit Graha Hermine hanya sebuah rumah sakit bersalin yang didirikan dan dibangun oleh lima orang dokter senior, dengan tujuan memberikan pelayanan kesehatan untuk ibu dan anak. Seiring perjalanan waktu, Rumah Sakit Graha Hermine menjadi rumah sakit umum dan menjadi pilihan warga Batuaji dan sekitarnya.
2015 : Rumah Sakit Santa Elisabeth, Batam Kota
Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Kota diresmikan sebagai Rumah Sakit Umum Tipe C pada tanggal 17 November 2015 dibawah kepemilikan Konggregasi Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE) yang dikelola PT Harapan Abadi Kencana. Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Kota melayani masyarakat Kecamatan Batam Kota yang merupakan kecamatan padat penduduk kedua di Kota Batam.
2016 : Rumah Sakit Soedarsono Darmosoewito
Rumah Sakit Soedarsono Darmosoewito yang berlokasi di Kabil, didirikan oleh Sri Sudarsono dan kerjasama Yayasan Perkumpulan Budi Kemuliaan dengan Yayasan Citramas. Mayor Jenderal TNI Soedarsono Darmosoewito adalah kepala Badan Pelaksana Otorita Batam pertama yang dianggap berjasa untuk perkembangan Batam, suami Sri Sudarsono yang juga adik kandung BJ Habibie. RS Soedarsono Darmosoewito mulai beroperasi tanggal 27 Agustus 2016 dengan kapasitas 86 tempat tidur. |
2016 : Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kepri
Rumah sakit Bhayangkara Polda Kepri dibangun sejak tahun 2013 dan berlokasi di Batubesar, Kecamatan Nongsa. RS Bhayangkara Polda Kepri diresmikan Juni 2016 oleh Kapolda Kepri Brigjend Pol Sam Budi Gusdian.
Selain mampu menangani pasien rawat inap, rumah sakit ini juga menjadi sarana penyelidikan kepolisian dan secretariat Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri. Mulai dari identifikasi mayat melalui DNA maupun sidik jari.
2018: Rumah Sakit Hj Bunda Halimah
Rumah sakit yang didirikan tahun 2018 oleh Yayasan Griya Husada Uniba ini, akan dijadikan sebagai rumah sakit pendidikan. Rumah sakit yang berlokasi di Batam Centre ini, berlokasi sama dengan Universitas Batam, satu-satunya kampus yang memiliki Fakultas Kedokteran dan harus memiliki rumah sakit utama. Rumah Sakit Hj Bunda Halimah diresmikan Wali Kota Batam, H Muhammad Rudi tanggal 13 Maret 2020
2020 : Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Galang
Rumah sakit ini dibangun pada saat wabah Covid-19 melanda dunia. Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) dibangun pemerintah dalam tempo singkat. Targetnya 2 sampai 3 minggu selesai. Hanya satu bulan, rumah sakit ini siap dan diresmikan Presiden Joko Widodo tanggal 6 April 2020.
Rumah sakit ini dibangun dengan cara memasangkan 372 modular selama 8 hari tanpa henti. Modular adalah bangunan yang terdiri dari komponen buatan atau rakitan pabrik (off site) menjadi panel modular. Puncak kasus Covid-19 RSKI Galang yang memiliki 360 tempat tidur ini, penuh. Selama beroperasi, RSKI sudah menangani total 6.958 pasien. Termasuk pasien pekerja migran Indonesia yang baru pulang dari luar negeri via Batam. Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Pulau Galang resmi ditutup 21 Desember 2022.
2023 : Rumah Sakit Awal Bros, Botania
Rumah Sakit Awal Bros yang kedua di Batam berlokasi di Jalan Raja Ali Kelana, Botania, Batam Centre. Rumah sakit ini diresmikan tanggal 22 Januari 2023.
RS Awal Bros Botania juga dilengkapi dengan peralatan penunjang medis canggih seperti CT Scan 128 slices. Rumah sakit ini memiliki kapasitas 118 tempat tidur dan semua peralatan medisnya baru serta dilengkapi dengan 6 ruangan ICU, 2 ruangan ICCU, 5 ruangan NICU, 8 ruangan Isolasi Tekanan Negative, 5 rungan Perina, 10 ruangan Perawatan Bayi, 3 ruangan VK, dan 5 ruangan OD.
Rumah Sakit Awal Bros Botania yang diresmikan 22 Januari 2023 selain menyediakan layanan kesehatan, juga memberikan layanan untuk pasangan usia subur dan layanan khusus tiga penyakit terbanyak di Kepri yakni jantung, saraf dan kanker.
‘’Kami menyediakan peralatan standar seperti echocardiology, treatmill hingga CT-Scan 128 Slice yang paling canggih. Bisa untuk mendeteksi jantung dan tulang keropos. Jadi, tidak hanya untuk kepala, tapi seluruh tubuh,’’ kata dr Retno Kusumo MARS, Direktur RS Awal Bros Botania.
Akreditasi Rumah Sakit
Data Batam dalam angka 2020 menyebutkan, total jumlah rumah sakit di Batam sebanyak 18 buah. Dengan bertambahnya rumah sakit yang beroperasi, sedikitnya ada 21 rumah sakit di seluruh Batam.
Rumah sakit swasta lainnya seperti RS Camantha Sahidya, RSIA Mutiara Aini, RS Charis Medical, RSIA Griya Medika, RSIA Frisdhy Angle, RS Keluarga Husada, RSIA Kasih Sayang Ibu, melengkapi daftar rumah sakit di Batam.
Kualitas dan mutu pelayanan rumah sakit dibedakan dari tingkatan belum akreditasi, perdana, dasar, madya, utama dan paripurna. Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan dan penilaian terhadap mutu dan pelayanan rumah sakit.
Tujuannya, meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien rumah sakit, perlindungan pasien serta sumber daya manusia di rumah sakit. Selain itu, tujuan akreditasi agar rumah sakit tersebut mendapat penga-kuan dari masyarakat dan dunia internasional dari International Society Quality in healthcare (ISQua). Rumah Sakit yang sudah mendapat akreditasi paripurna bintang lima harus berupaya keras mendapat pengakuan internasional atau bintang enam.
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggara-kan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Selain akreditasi nasional, rumah sakit juga mengikuti proses akreditasi internasional, agar bisa bersaing dengan rumah sakit di negara lain.
Di Batam, baru lima rumah sakit yang sudah mencapai tingkat paripurna. Yakni, RS Santa Elizabeth, RS Budi Kemuliaan, RS Awal Bros, RSUD Embung Fatimah dan RSBP Batam. Yang diperoleh dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). KARS adalah organisasi independen non profit yang komit meningkatkan mutu dan keselamatan pasien.
Transformasi Digital
Pelayanan rumah sakit kini bertransformasi secara digital. Antara lain, sistim pendaftaran dan antrian secara online, integrasi sistim klaim, validasi sidik jari (finger print) dan surat egibilitas peserta elektronik. Semua informasi rumah sakit, ragam layanan, jadwal dokter, profil dokter, fasilitas dan cara menghubungi rumah sakit, tersedia di internet dan smartphone.
Umumnya, rumah sakit seperti RSBP, RSUD Embung Fatimah, RS Awal Bros, RS Budi Kemuliaan, RS Harapan Bunda, RS Santa Elisabeth, RS Hj Bunda Halimah, RS Bhayangkara Polda Kepri, Rumah Sakit Soedarsono Darmosoewito, hingga RS Camantha Sahidya dan RS Keluarga Husada memiliki website dan sudah menjalankan transformasi digital.
Ada yang masih sederhana dan ala kadarnya, ada juga yang sudah canggih dan memiliki fitur panduan pasien, health library, karir dan pelatihan staf dan paramedis, hingga jaringan rumah sakit yang dimiliki. Selain itu, beragam artikel dan panduan kesehatan, bisa dengan mudah ditemukan di situs rumah sakit.
Kini, rumah sakit tidak terlepas dari kemajuan teknologi kedokteran, teknologi informasi dan era digital. Begitu juga para dokter. Lebih 500 video telah diposting sejumlah dokter spesialis dengan nama Doctors Video Channel (DRV) dilengkapi dengan website, Instagram, facebook, email dan nomor telepon.
Teknologi informasi rumah sakit, terus berkembang seperti, sistem manajemen rekam medis elektronik, portal pasien dan aplikasi kesehatan, sistem pemberian obat otomatis, telemedicine dan konsultasi jarak jauh serta sistem pembayaran dan administrasi.
Disrupsi teknologi berpengaruh besar terhadap pelayanan kesehatan yang semakin berkualitas, terjangkau dan inovasi secara digital. Digitalisasi rumah sakit agar layanan lebih cepat, praktis dan efisien. Muaranya, kepuasan pasien dan keluarganya. Penerapan digitalisasi ini makin cepat sejak pandemi Covid-19 melanda dunia.
Jangan Anggap Enteng Google Review
Tingkat penetrasi internet di Indonesia tahun 2022 mencapai 73,7% dari total penduduk sebanyak 277,7 juta orang. Pengguna media sosial aktif di Indonesia mencapai 191,4 juta orang. Badan Pusat Statistik menyebutkan, tingkat pemakaian internet di Provinsi Kepri, menduduki peringkat kedua secara nasional yakni 65,02 %. Nomor dua setelah DKI Jakarta yang mencapai 73,47 %. Rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu 3 jam 17 menit sehari mengakses internet.
Google, raksasa digital dunia memiliki 4,3 miliar pengguna dari 4,72 miliar pengguna internet. Pangsa pasarnya sebesar 92,24%. Di Indonesia, sebanyak 97,33 persen pengguna internet menggunakan Google. Pandemi Covid-19 membuat Google makin Berjaya.
Google Indonesia mencatat terdapat 21 juta pengguna internet baru pada 2021. Kebijakan PPKM menyebabkan semakin banyak orang online mengakses layanan, termasuk rumah sakit. Google di posisi teratas mengumpulkan data para penggunanya, sebesar 64,4% seperti surat elektronik Gmail, peta Google Maps, dan Chrome.
Mengutip Adhesion, Google Review adalah sebuah fitur yang sudah terintegrasi dalam Google My Business (GMB) dan Google Maps. Pelanggan atau pasien, bisa memposting ulasan, pengalaman baik atau buruk terkait layanan dan produk bisnis.
Fungsi Google Review yang sangat penting yaitu untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan atau calon konsumen. Google Review fitur untuk menyaring umpan balik dari pelanggan dan meningkatkan brand trust rumah sakit. Sebanyak 88% konsumen selalu membaca ulasan terlebih dahulu sebelum menetapkan persepsi mereka. Dan ulasan yang mereka baca mayoritas dicari melalui Google.
‘’Semua orang bisa mengirim ulasan, membuat testimoni di google review. Bisa dalam bentuk pujian, kritikan dan makian. Jangan anggap enteng pengaruh google review, harus ditongkrongi dengan serius. Kalau ada kritikan yang tidak benar, harus dijawab dan diklarifikasi. Termasuk dari pesaing yang bisa dianggap spam,’’ kata Budi Putra, jurnalis teknologi mantan wartawan TEMPO yang kemudian bekerja di Yahoo! Indonesia, Viki Rakuten, The Jakarta Post Digital, Bukalapak, Collab Asia ~ YouTube Partner, dan mendirikan Ekuator Media, sebuah digital agency dan Teroka Kairos, influencer agency di Jakarta.
Pengguna google yang melihat ulasan di google review akan mempenga-ruhi calon pasien. Sebanyak 78% konsumen mempercayai ulasan online sama halnya dengan mereka percaya rekomendasi teman mereka. Tidak sedikit rumah sakit yang mau mengeluarkan anggaran agar institusinya dikenal masyarakat. produk atau layanan mereka agar dilihat oleh msayarakat.
Suka atau tidak, persaingan antar rumah sakit semakin ketat. Google Review salah satu solusi customer feedback yang paling tepat. Google Review yang baik maka akan memperluas masyarakat untuk lebih mengetahui (awareness) dan ketertarikan (interest) pelayanan ungulan yang dimiliki rumah sakit Anda.
Tidak usah malu meniru Malaysia dan Singapura. Website menjadi andalan komunikasi antara pasien dan rumah sakit. Misalnya, Mahkota Medical Centre Melaka atau KPJ Johor Specialist Hospital. Pasien bisa berkomunikasi, bikin janji temu dan kontak langsung dengan para dokternya. Begitu juga Raffles Hospital Singapura yang mengusung tagline Your Trust Partner for Health.
KEK Kesehatan
Batam berpeluang menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Jasa Kesehatan Internasional. KEK Kesehatan itu mencakup pusat riset dan penelitian penanganan berbagai penyakit, seperti stroke, diabetes, cancer, jantung, spinal, dementia, genetika, stem cell, bio medical innovation, mind control prosthetic research dan lainnya.
Tidak itu saja, KEK Kesehatan juga akan menyediakan industri farmasi, yang meliputi penelitian dan pengembangan insdustri farmasi. Seperti vaccine, blood products, diabetes, jantung, cancer, neurology, HIV, dan lainnya. Selain rumah sakit, juga bakal dibangun hotel dan sarana akomodasi serta pendukung sebagai ekosistem ideal bagi KEK Kesehatan bertaraf internasional. Apa pentingnya KEK Kesehatan bagi Batam dan Kepulauan Riau?
BP Batam terus mematangkan rencana pembentukan KEK Kesehatan Internasional Batam. Termasuk rapat koordinasi dengan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Wilayah Kepri. ‘’PERSI setuju dibentuknya KEK Kesehatan di Batam. Bakal ada rumah sakit yang memiliki kemampuan lebih dalam pelayanan dan SDM,’’ kata Ketua PERSI Sahat H Siahaan, MARS FISQua.
Rencananya, Batam akan membangun KEK Kesehatan di lahan seluas 44,5 hektar dan nilai investasi senilai USD 215 juta untuk mengembangkan rumah sakit bertaraf internasional, farmasi dan peralatan medis, serta akomodasi.
Secara bisnis, potensi industri farmasi dengan nilai investasi Rp 110 triliun dan industri peralatan medis dengan nilai investasi Rp 49 triliun. Data dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), masyarakat Indonesia telah menghabiskan Rp 160 triliun per tahun atas biaya perawatan yang dilakukan di luar negeri, terutama di Singapura dan Malaysia.
Kekurangan Dokter
Indonesia sudah lama kekurangan dokter, baik dokter umum, maupun dokter spesialis. Standar organiasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) menyebutkan, minimal 1 dokter per 1.000 penduduk. Indonesia hanya memiliki 0,47 dokter per 1.000 penduduk.
Rasio dokter Indonesia itu tergolong buruk. Yakni, di peringkat ke-139 dari 194 negara, serta terbawah ketiga di Asean, jauh di bawah Singapura, Brunei dan Malaysia. Selain itu, dokter-dokter spesialis lebih banyak di kota-kota besar dan masih banyak pula tidak memiliki dokter seorang pun.
Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir menyatakan bahwa Indonesia membutuhkan 12.000 orang dokter per tahun. “Kita perlu dokter 12.000 setiap tahun, angka antara perawat dan rakyat Indonesia jumlah dokter sangat kurang,” ujar Erick Thohir.
Sudah saatnya Batam memiliki KEK Kesehatan Internasional. Selain agar warga Batam dan kota-kota lain di Kepri tidak perlu lagi berobat ke Singapura dan Malaysia, juga akan meningkatkan daya saing Batam. Namun, ternyata Batam sudah disalib Bali yang mendirikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan yakni Bali International Hospital (BIH) yang ditargetkan beroperasi pada awal 2024 di Sanur, Bali.
Sudah saatnya, semua rumah sakit di Batam mengutamakan pelayanan dan kepentingan pasien sebagai bos yang sebenar-benarnya. Termasuk sikap dan kinerja para dokter menangani pasien. Ini anekdot yang sering kita dengar. Dokter di luar negeri, banyak bicara, obatnya sedikit. Dokter Indonesia sedikit bicara, obatnya banyak. ***
[…] Artikel ini pertama kali terbit di : socratestalk.com […]