UNTUK kemajuan perusahaan, banyak waktu Muljadi habis di lokasi proyek. Berada di dalam hutan dan jauh dari peradaban kota serta keramaian. Jika ada waktu luang, terkadang ia pergi ke kota besar. Sekedar untuk melepas lelah, menikmati jerih payahnya selama ini.
Kehidupan pribadi Muljadi sekarang sudah jauh lebih baik. Ketika perusahaan membagikan deviden dan laba akhir tahun, saldo tabungan Muljadi makin bertambah. Rekan bisnis Muljadi dalam perusahaannya juga tidak memiliki rencana terjun ke bisnis lain dan melakukan diversifikasi usaha.
‘’Sehingga, setiap tahun saya mendapat keuntungan yang besar,’’ tulis Muljadi lagi.
Secara jujur diakuinya, saat kondisi keuangannya makin bagus, keinginannya menikmati kehidupan duniawi makin meningkat. Jauh berbeda dengan pola hidupnya sebelum ini. Apalagi saat ia tengah berada di Singapura. Ia menikmati hiburan dan sering berpesta di negara itu.
Tahun 1987, Muljadi akhirnya membeli sebuah rumah mewah yang berlokasi di Pantai Mutiara, Jakarta. Rumah mewah untuk keluarga dari hasil jerih payahnya selama ini. Ia menghabiskan 50.000 Dollar Singapura hanya untuk dekorasi saja. Sebuah jumlah yang cukup besar saat itu.
Pada bulan Oktober 1987, Muljadi dan keluarga akhirnya pindah ke rumah baru mereka itu. Sebulan kemudian, putrinya Princip Muljadi melanjutkan pendidikan dan kuliah di Sidney, Australia, mengikuti jejak abang sulungnya, Alim Muljadi yang sudah lebih dulu bersekolah di negeri Kanguru tersebut sejak tahun 1985. Sementara puterinya yang lain, Merry, lebih memilih berkuliah di Jakarta dengan mengambil dua jurusan sekaligus, yaitu jurusan Ilmu Ekonomi di Universitas Tarumanegara dan Ilmu Komputer di Universitas Bina Nusantara.
Pada bulan Desember akhir tahun yang sama, Muljadi membawa anak-anaknya berlibur ke Hongkong dan dilanjutkan ke Amerika Serikat. Keluarga Muljadi menjalani sebuah era baru dalam kehidupan mereka.
Selanjutnya : Ibu Sakit, Tinggal di Singapura I Menjadi Pemegang Saham– MENEROBOS WAKTU’ Sebuah Memoir: My Life Journey – MULJADI, TOKOH PROPERTY BATAM (Bagian 28)