PAGUYUBAN Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) adalah sebuah organisasi kemasyarakatan suku Tionghoa di Indonesia yang berskala nasional. Pertama dibentuk paska reformasi. PSMTI berdiri pada 28 September 1998.
Sebanyak 14 orang tokoh warga Tionghoa, memprakasai berdirinya PSMTI untuk menampung aspirasi masyarakat warga Tionghoa dan menyelesaikan masalah dengan dialog Bersama pemerintah dan masyarakat. Deklarasi dihadiri lebih 1.000 orang dan ditandai dengan penandatanganan piagam pendirian oleh 88 marga seluruh marga Tionghoa yang ada di Indonesia.
Tahun 1998 menjadi tonggak sejarah boleh berdirinya organisasi yang membawa nama Tionghoa di Indonesia. Ketua PSMTI yang pertama adalah Brigjend Tedy Yusuf, warga Tionghoa yang tidak diragukan lagi komitmennya terhadap merah putih dan negara Kesatuan Republik Indonesia.,
Setelah PSMTI terbentuk di Jakarta, hanya dua bulan kemudian, cabang pertama-nya dibentuk di Batam pada 28 November 1998. Muljadi adalah salah satu dari tujuh tokoh Tionghoa yang ikut mendirikan PSMTI Batam dan Yayasan Marga Tionghoa Indonesia (YMTI) Batam.
’’Kenapa Batam jadi cabang pertama? Karena penduduk Batam heterogen dan tingkat partisipasi warga Tionghoa di Batam cukup tinggi. Saat itu, saya diminta menjadi Ketua PSMTI Batam,’’ kata Soehendro Gautama, ketua PSMTI Batam yang pertama.
Soehendro Gautama menceritakan, ia mengenal Muljadi sejak tahun 1992, saat pindah ke Batam dan bekerja sebagai notaris.‘’Saat itu, saya sebagai notaris dan Pak Muljadi sudah jadi klien saya. Lama-lama, kami jadi akrab,’’ kata Soehendro Gautama.
Jauh sebelum PSMTI terbentuk, kata Soehendro Gautama, sekitar tahun 1997, Muljadi mengajaknya bertemu. Saat itu, Muljadi sudah aktif dan ikut dalam kepengurusan Badan Komunikasi Penghayatan Kesatuan Bangsa (BAKOM-PKB) Batam.
BAKOM PKB adalah organisasi yang dibentuk pemerintah dalam proses asimilasi dalam kurun waktu 1977 sampai 1998. Badan ini bertujuan sebagai wadah pemikir dan penelitian untuk memberikan masukan kepada pemerintah dan masyarakat mengenai masalah pembauran.
‘’Saat itu, Pak Muljadi aktif dalam kepengurusan Bakom PKB dan meminta saya jadi ketua. Waktu itu, saya masih muda dan biasanya posisi ketua dijabat oleh orang yang lebih senior, sehingga saya menolak. Nah, saat pembentukan PSMTI tahun 1998, kami bertemu lagi,’’ cerita Soehendro Gautama.
Dikatakan Soehendro, melihat aktivitas Muljadi mulai dari Bakom PKB hingga ke PSMTI, ia menilai keterlibatan Muljadi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan cukup mendalam. Saat Soehendro Gautama menjadi ketua PSMTI Batam, Muljadi diberi kepercayaan sebagai Wakil Ketua I PSMTI Batam.
Cerita senada disampaikan oleh Asmin Patros, salah satu tokoh Tionghoa yang sudah lima periode menjadi anggota DPRD Batam dan Kepulauan Riau. ‘’Saya mengenal Pak Muljadi saat saya pindah dari Bandung ke Batam tahun 1991 melalui abang saya Saptono Mustakim. Saat itu, Pak Muljadi dikenal sebagai pemilik hotel Nagoya Plaza dan seorang kontraktor ternama di Batam,’’ kata Asmin Patros.
Di mata Asmin, Muljadi adalah orang yang sangat bersahaja. Cara bicaranya santun. Meski Muljadi orang kaya, tapi gaya hidup dan pergaulannya tidak membeda-bedakan orang.
‘’Saat baru kenal, saya langsung respek dengan sosok Muljadi. Meski usianya lebih tua dari saya, kalau berdiskusi dan kita memberi masukan, dia merespon dengan baik. Itu yang membuat saya terkesan. Itu sebabnya, ketika saya ditawari bekerjasama, saya tertarik dan bergabung dengan grup usaha Pak Muljadi,’’ tutur Asmin Patros.
Meski ada yang menilai, Muljadi orangnya pendiam, menurut Asmin Patros, kalau tidak kenal secara pribadi, Muljadi memang bukan orang yang banyak bicara.
‘’Tapi kalau sudah kenal, beliau seorang entrepreneur yang hebat. Idenya banyak. Hanya saja, pada saat itu tidak banyak orang yang bisa menerjemahkan ide-ide kreatif pak Muljadi,’’ ujar Asmin Patros. Asmin Patros juga mengakui, Muljadi adalah salah satu tokoh pendiri PSMTI Batam.
‘’Pada saat rapat pertama pembentukan PSMTI, banyak orang berani hadir, tapi tak berani menandatangani absensi karena trauma,’’ ujar Asmin Patros. Agar warga Tionghoa di Batam tidak terkotak-kotak antara Riau Daratan dan Kepulauan Riau, maka yang terpilih sebagai ketua PSMTI adalah Soehendro Gautama.
Selain berlatar belakang perguruan tinggi, Soehendro Gautama memiliki kemampuan tata kelola organisasi, berasal dari Balikpapan, Kalimantan Timur dan lama tinggal di Surabaya. Para pendiri, termasuk Muljadi yang tidak mengeyam pendidikan tinggi tetap komit dan bernaung bersama-sama di PSMTI dan menjabat sebagai Wakil Ketua I PSMTI Batam.
’’Tujuan mendirikan PSMTI adalah untuk membuktikan bahwa warga Tionghoa juga bagian yang tidak terpisahkan sebagai warga negara Indonesia. Cita-citanya adalah bahwa kita bagian dari warga NKRI dan hidup mati kita di Indonesia. Kita bekerja untuk memajukan Indonesia,’’ papar Asmin Patros.
Keterlibatan Muljadi di organisasi sosial itu, tidak hanya sebatas di Batam. Muljadi juga ikut menginisiasi berdirinya cabang baru PSMTI di kota kelahirannya, Selatpanjang.
“Selatpanjang itu, kalau di Riau, kita nomor satu. Di Batam, setelah itu Selatpanjang (berdirinya PSMTI, pen)”, ujar Tukimin, seorang pengurus PSMTI di kabupaten Meranti, mengenang saat-saat awal berdirinya organisasi sosial marga Tionghoa itu.
Secara mandat, pembentukan organisasi PSMTI di kota Selatpanjang sudah dilakukan pada tahun 1999. Muljadi yang merupakan warga asal Selatpanjang, berinisiatif untuk mendirikan organisasi social serupa di kota kelahirannya itu. Ia sempat meminta tiga orang rekannya untuk merintis pembentukan organisasi itu di Selatpanjang.
“Saat itu, Selatpanjang masih berstatus sebagai kecamatan di bawah Bengkalis. Tapi ide pembentukannya datang dari Batam”, lanjut Tukimin.
Dua tahun kemudian, organisasi sosial yang menaungi marga-marga Tionghoa di kota Selatpanjang itu akhirnya berdiri. Pelantikan secara resmi para pengurus pertama PSMTI Selatpanjang dilakukan pada 20 April 2002. Teman baik Muljadi, Asdi Jamin (Lim Cun Siong) menjadi ketua PSMTI Selatpanjang untuk periode kepengurusan yang pertama. Setelah PSMTI Selatpanjang berdiri, organisasi serupa akhirnya juga didirikan di kabupaten induk, Bengkalis dan berlanjut di ibukota provinsi Riau, Pekanbaru.
“Pak Asdi Jamin kenal baik dengan pak Muljadi dan diminta merintis organisasi yang menaungi warga Tionghoa di sini. Jadi PSMTI Selatpanjang dulu yang berdiri, ibukota provinsi malah belajar pembentukannya dari kita”, ujar Ade, sekretaris PSMTI kabupaten Meranti.
Seiring perkembangan organisasi PSMTI di kota ini yang makin berkembang. Pada tahun 2005, sebagai bentuk penghargaan terhadap para perintis berdirinya organisasi sosial marga Tionghoa di kota ini, Muljadi akhirnya diangkat sebagai ketua Dewan Kehormatan PSMTI Selatpanjang.
Selanjutnya :Universitas Internasional Batam dan Rumah Duka I Mengurus Ribuan Pengungsi Selatpanjang– MENEROBOS WAKTU’ Sebuah Memoir: My Life Journey – MULJADI, TOKOH PROPERTY BATAM (Bagian 38)