By Socrates – Batam tumbuh dan berkembang menjadi kota metropolitan. Namun, masalah pelayanan air bersih, kurangnya infrastruktur pembuangan limbah dan air limbah, menyebabkan air tanah dan air permukaan tercemar. Hal ini bisa menimbulkan risiko kesehatan serius dari penyakit yang ditularkan melalui air.
Kota maju dan modern bukan hanya soal infrastruktur jalan, jembatan dan gedung pencakar langit. Yang kerap terabaikan adalah soal sanitasi. Kata sanitasi berasal dari bahasa Latin sanitas yang artinya sehat. Sanitasi diartikan sebagai upaya menjaga kesehatan masyarakat, kebersihan dan higienis, ketersediaan air bersih, pembuangan sampah dan limbah serta kotoran manusia.
Hak asasi manusia atas air dan sanitasi diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai prioritas pembangunan internasional sejak tahun 2010. Menurut Water Supply and Sanitation Collaborative Council sanitasi merupakan pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, pembuangan atau penggunaan kembali limbah, seperti limbah kotoran, air limbah, dan limbah padat, dan promosi kebersihan
Sanitasi termasuk di dalamnya empat prasarana teknologi (walaupun sering kali hanya yang pertama yang berkaitan erat dengan istilah ‘sanitasi’): Pengelolaan kotoran manusia (feces), sistem pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan sampah, sistem drainase atau disebut juga dengan pengelolaan limpahan air hujan.
Tujuan sanitasi adalah untuk memberikan lingkungan hidup yang sehat bagi semua orang, menjaga sumber daya alam seperti air permukaan, air tanah dan tanah, memberikan keselamatan, keamanan, dan martabat kepada orang-orang ketika mereka buang air besar atau kecil.
Sanitasi masyarakat membutuhkan perhatian dan evaluasi dengan cermat pada keseluruhan sistem, tidak hanya komponen teknis seperti toilet, pengelolaan lumpur tinja, dan instalasi pengolahan air limbah. Pengalaman pengguna, sistem pengumpulan kotoran dan air limbah, pengangkutan dan pengolahan limbah, dan penggunaan kembali atau pembuangan semuanya merupakan bagian dari rantai sanitasi.
Sanitasi memiliki hubungan yang erat dengan kesehatan. Sarana dan prasarana sanitasi yang tidak layak dapat berpengaruh pada penyebaran penyakit seperti diare dan kolera. Badan kesehatan dunia menyatakan bahwa sanitasi dan mencuci tangan dengan sabun dapat mengurangi angka kesakitan diare sebanyak 37,5% Kurangnya sarana dan prasarana sanitasi juga berdampak pada masalah kesehatan lainnya seperti infeksi trakhoma dan cacingan.
Sanitasi merupakan komponen vital dalam menjaga ketersediaan air bersih dan air minum di dalam kehidupan manusia. Manusia kini mempengaruhi siklus air secara signifikan, baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas.
Sistem sanitasi yang baik berperan penting dalam mengolah air limbah domestik agar dapat dibuang secara aman ke lingkungan. Dengan demikian, kualitas lingkungan tetap terjaga dan sumber daya di dalamnya tetap dapat digunakan.
Data tahun 2018, masih ada 25 juta penduduk Indonesia yang melakukan praktik buang air besar sembarangan (BABS). Mereka yang melakukan praktik tidak sehat ini kebanyakan berasal dari kelas ekonomi bawah. World Bank Water Sanitation Program (WSP) menyebutkan, Indonesia berada di urutan kedua di dunia sebagai negara yang memiliki sistem sanitasi buruk.
Lalu, bagaimana kondisi sanitasi di Batam? Tahun 2023 tercatat sebanyak 10.639 keluarga di Batam masih Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan tidak memiliki jamban. Selain itu, masalah air limbah dan sanitasi di belum mendapat perhatian yang cukup memadai dari pemerintah kota Batam.
Meski pertumbuhan ekonomi Batam cukup tinggi, laju pertumbuhan penduduk yang mencapai 12% per tahun, berdampak pada kenyamanan lingkungan. Munculnya kawasan kumuh dan struktur tanah di Batam yang mengandung bauksit, menyebabkan air limbah yang dibuang oleh warga batam ke drainase kota tidak dapat terurai dan terserap oleh tanah, sehingga akan menambah beban pencemaran air baku pada waduk.
Penelitian Tri Joko yang menulis untuk program magister di Universitas Diponegoro dan Elanda Fikri dari RSUP Dr Kariadi Semarang tentang kondisi dan strategi penanganan sanitasi di Batam menyebutkan, ada tiga kecamatan yang menjadi area beresiko tinggi terhadap masalah sanitasi di Batam, yaitu Kecamatan Batu aji, Lubuk Baja dan Bengkong.
Solusi yang mereka tawarkan, meningkatkan Prilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) membangun IPLT di wilayah Kecamatan Batam Kota dan melakukan revitalisasi Waste Water Treatment Plant (WWTP) Batam Center yang sebelumnya dialihfungsikan menjadi Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT).
Disarankan untuk jangka panjang, mengupayakan sistem perpipaan pada zona atau kawasan yang mencemari waduk seperti Kecamatan Sekupang dan Batu Aji yang mencemari Waduk Sei Harapan dengan sistem pengelolaan secara shallow sewer, dan Kecamatan Sagulung yang mencemari Waduk Tembesi dengan sistem pengelolaan secara conventional sewerage.
Umumnya, air limbah rumah tangga (domestik) dibuang ke saluran terbuka menuju ke selokan atau drainase lingkungan. Saat ini, secara kasat mata pencemaran akibat limbah domestik telah menunjukkan tingkat yang cukup serius. Selain itu, aliran drainase dari 4 Kecamatan di Batam mencemari waduk. Diperkirakan, Kecamatan Batam Kota mencemari waduk Duriangkang sebesar 10.913 M3 /hari, Kecamatan Sagulung mencemari waduk Tembesi 9.136 M3 /hari, Kecamatan Batu Aji dan Kecamatan Sekupang mencemari waduk Sei Harapan, masing masing sebesar 8.378 M3 / hari dan 10.421 M3 /hari.
Pantauan yang pernah dilakukan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah terhadap kualitas air waduk Duriangkang dan Sei Harapan, dilihat pollution index berstatus pencemaran sedang. Artinya, air limbah domestik dari rumah tangga, rusunawa, pasar, hotel dan restaurant perlu mendapat perhatian serius agar tidak mencemari air baku di dam tersebut.
Para pendatang dan kaum migran ke Batam, tidak semua tertampung di sektor formal. Sebagian terpaksa bekerja di sektor informal dan memiliki daya beli yang rendah dan tinggal di rumah liar. Data dari BP Batam, pada tahun 2010 terdapat sejumlah 42.182 unit rumah liar yang tersebar di 65 lokasi di Pulau Batam. Tingginya mobilitas pendatang dan pesatnya pertumbuhan penduduk tersebut telah berdampak kepada permasalahan sosial dan kerusakan lingkungan di Batam.
Analisa pencemaran lingkungan di Batam menunjukkan gejala yang cukup besar, khususnya pencemaran air. Penyebabnya tidak hanya limbah industri, tapi dari air limbah dari warga Batam itu sendiri. Pemukiman yang makin padat, rendahnya kesadaran masyarakat yang langsung membuang kotoran atau tinja atau limbah padat dan sampah ke dalam drainase, menyebabkan proses pencemaran bertambah cepat.
Bagaimana kondisi sanitasi di pulau-pulau sekitar Batam atau hinterland? Penelitian H Pakpahan dan A Savitri dari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Internasional Batam tentang kualitas sanitasi warga Belakangpadang, menarik dicermati.
Sebab, sanitasi yang buruk akan berdampak negatif pada berbagai aspek kehidupan, mulai dari penurunan kualitas hidup masyarakat, pencemaran sumber air minum masyarakat, dan timbulnya berbagai penyakit. Ternyata, kesadaran penerapan sanitasi oleh warga masih sangat rendah. Warga terbiasa membuang tinja ke laut dan sudah menjadi kebiasaan sejak lama. Keadaan tersebut diperburuk dengan minimnya sarana dan prasarana sanitasi yang ada.
Menurut warga, pembuangan tinja langsung ke laut tidak menjadi masalah dan sudah hal yang biasa karena menganggap adanya pergantian air pasang surut. Namun, belakangan pasang surut makin jarang dan mengakibatkan area permukiman warga menjadi kumuh.
Survey menunjukkan, sebanyak 67% rumah warga sudah tidak mengalami pergantian pasang surut kecuali hujan besar. Pasang surut yang terjadi di tahun 2021 dan 2022 hanya pada bulan Desember dan hanya terjadi di waktu tertentu, sehingga warga tidak bisa memanfaatkan pasang surut sebagai alternatif pergantian air laut guna membuang limbah domestik yang ada di sekitar permukiman.
Solusinya adalah, disiapkan communal septic tank di kawasan pesisir khususnya permukiman nelayan dengan teknologi biofilter. Kebutuhan sanitasi yang tepat, dapat digunakan sebagai upaya perbaikan kualitas sanitasi bagi masyarakat pesisir laut. ***