By Irwan E Siregar – Ada tren, orang kaya di dataran Tiongkok kini banyak yang memilih pindah ke Singapura. Seperti dilaporkan situs mothership.com, perpindaha tersebut menyebabkan Singapura saat ini mengalami arus masuk uang yang sanga besar. Terutama dari negeri Tiongkok.
Mengutip Financial Times, situs Singapura ini mengatakan negaranya menjadi tujuan pilihan bagi orang Cina daratan kaya. Mereka memutuskan untuk meninggalkan Cina setelah bertahun-tahun mengalami tindakan keras politik, penguncian Covid yang parah, dan kegelisahan tentang reputasi global Beijing.
Selain itu, banyak dari mereka juga terguncang oleh retorika politik China yang berkembang tentang “kemakmuran bersama” dan “mengejar para pengusaha”, kata seorang mantan pejabat Singapura yang tidak disebutkan namanya. Oleh karena itu, tambah Financial Times, banyak dari orang-orang ini dilaporkan berusaha untuk menjadi penduduk tetap di Singapura.
Mengapa memilih Singapura?
Vikna Rajah, wakil kepala bidang klien bisnis pribadi di firma hukum Rajah & Tann, mengatakan sebagian dari arus masuk ini disebabkan oleh persepsi bahwa Singapura “sangat aman” dengan aturan hukum yang kuat. Faktor-faktor lain yang juga ikut menentukan, diantaranya China menjadi mitra dagang terbesar Singapura, dan lebih dari tiga perempat dari 5,3 juta penduduk negara kota itu adalah etnis Tionghoa menurut sensus pada 2019.
Mantan pejabat Singapura yang tidak disebutkan namanya itu mengatakan bahwa Singapura “cukup ramah” dengan China, selain juga dekat secara budaya dan geografis. “Anda bisa menyebutnya sebagai strategi ‘China plus satu’. Dan kami adalah plus satu,” katanya.
Seorang multi-jutawan yang tidak disebutkan namanya dan menjadi penduduk yang sudah lama menetap di Singapura juga menggambarkan bahwa permusuhan terhadap Cina dan rasisme terhadap orang-orang Cina kini sedang tumbuh di Barat. “Singapura adalah tempat paling Cina yang bisa Anda kunjungi,” katanya.
Tren beralih ke Singapura, menurut mothership.com tampaknya juga meningkat setelah tindakan yang terbilang keras terhadap industri pendidikan di negeri Cina.
Pada Maret lalu, CNBC News melaporkan bahwa orang Cina daratan yang kaya telah mencari lokasi alternatif untuk menyimpan kekayaan mereka setelah protes pada 2019 di Hong Kong.
Protes membuat mereka mempertimbangkan kembali keamanan menyimpan aset mereka di kota itu, menurut direktur hukum Bayfront, sebuah perusahaan di Singapura, yang terlibat dalam membantu orang kaya Cina memindahkan aset mereka ke sini, melalui kantor keluarga. Tren ini dipercepat pada tahun 2021
setelah tindakan keras Cina terhadap industri pendidikan dan penekanan yang lebih besar oleh pemerintah Cina pada “kemakmuran bersama”, yang secara luas berarti kekayaan moderat untuk semua, bukan hanya untuk beberapa orang.
Mengutip South China Morning Post (SCMP), situs Singapura ini mengatakan upaya “kemakmuran bersama” China telah mencakup langkah-langkah seperti pajak 45 persen atas bonus akhir tahun dari kelas menengah berpenghasilan tinggi. Pajak ini akan mulai berlaku pada tahun 2023.
“Langkah-langkah dan retorika semacam itu telah menimbulkan rasa krisis dan kebutuhan untuk memindahkan kekayaan mereka ke luar negeri, di antara orang aya Cina,” tulis SCMP.
Pada 4 Agustus, koran Lianhe Zaobao melaporkan bahwa ada lebih dari 500 individu dengan Kekayaan Bersih Tinggi (HNW) dari Tiongkok yang berniat pindah ke Singapura. Ini berpotensi menghasilkan kekayaan sekitar US$2,4 miliar (S$3,3 miliar).
Menanggapi pertanyaan dari harian China tersebut, konsultan migrasi investasi yang berbasis di London Henley & Partners mengatakan bahwa sekitar 10.000 individu HNW dari China telah mencari peluang untuk pindah tahun ini. Dari 10.000 orang ini, sekitar 4.200 di antaranya telah pindah ke luar negeri antara Januari dan Juni tahun ini, tambah konsultan tersebut.
Konsultan itu lebih lanjut mengatakan bahwa meskipun tidak tahu berapa banyak dari 10.000 orang ini akan pindah ke Singapura, angkanya diperkirakan lebih dari 500.
Menurut Zaobao, dampak dari arus masuk ini adalah meningkatnya permintaan properti di Singapura dari pembeli China. Pada bulan Maret, seluruh lantai Suntec
City Tower 2 dijual seharga S$38,8 juta kepada penduduk tetap Singapura keturunan Cina.
Pada bulan yang sama juga terjadi 20 unit apartemen dari kondominium ultra-mewah, Eden by Swire Properties, dijual seharga S$293 juta kepada satu pembeli, yang diyakini sebagai keluarga Cina. Pada bulan Juni, seorang pembeli dari China
dilaporkan telah membeli 20 unit di kondominium mewah CanningHill Piers, dengan harga lebih dari S$85 juta. Menurut Economic Development Board (EDB) , 400 kantor keluarga telah didirikan di Singapura pada 2020. Jumlah ini dua kali lipat dari tahun 2019. (*)
Penulis: Irwan E. Siregar, mantan wartawan majalah Tempo dan Gatra