- Nama Lengkap : Michael Kristian Wiluan
- Nama Populer : Mike Wiluan
- Pekerjaan : Poduser, Sutradara, Aktor
- Jabatan : CEO Infinite Studio & Nongsa Digital Park
- Penghargaan : Tokoh progresif industri multi media dan Rising Star Global dari Forbes Indonesia. Next Era Leaders Asia Versi Japan Times
Deskripsi Tokoh
Sejak kecil, ia jatuh cinta pada film. Waktu senggang, dihabiskannya menonton video. Dalam sehari, bisa sepuluh film. “Saya nonton terus, termasuk saat sekolah dan terjebak macet di Jakarta,” katanya. Sejak itu, ia bermimpi membuat film sendiri. Inilah kisah owner dan CEO Infinite Studio dan CEO Nongsa Digital Park, Mike Wiluan.
Michael Kristian Wiluan, yang akrab disapa Mike, pengusaha Batam yang lahir di Singapura ini, kiprahnya mendunia. Ia meraih gelar pendidikan dari University of Kent, Inggris di bidang film dan seni. Hobinya olahgara air dan senang berlayar. Ia ikut mengorganisir kompetisi berlayar, termasuk Singapore Straits Regatta dan Clipper, kapal pesiar berkeliling dunia.
Mike Wiluan adalah Chief Executive Officer Infinite Studios (sebelumnya Infinite Frameworks), di bawah bendera PT Kinema Systrans Multimedia, sebuah perusahaan multi media yang terkenal memproduksi film, televisi, efek visual dan animasi. Selain mengendalikan bisnis perusahaan, Mike juga aktif berkarya sebagai produser eksekutif dan sutradara beberapa acara televisi dan film.
Infinite Studio yang berlokasi di Turi Beach Resort, Jalan Hang Lekiu, Nongsa Pulau Batam itu kini menjadi pemain utama dalam industri animasi di Asia Tenggara. Puluhan anak-anak muda kreatif, bekerja di studio yang mirip dapur produksi film Hollywood itu. Kini, ratusan artis bekerja untuk Infinite Studio.
Animasi sekelas Garfield Show dan Meraih Mimpi dibuat di sana. Selain studio film, juga ada lokasi pembuatan film outdoor (blacklot) dan film wild west. Salah satu proyek mereka adalah flm animasi Si Unyil Anak Indonesia yang dikemas dalam bentuk animasi tiga dimensi dan dikerjakan dengan computer grafis. Kualitasnya jauh lebih bagus dari Upin Ipin dua dimensi dari Malaysia.
Karya-karya Mike Wiluan
Beberapa hasil karya Mike antara lain, Sing to the Dawn film animasi berbahasa Inggris pertama di Asia Tenggara, My Magic dan Be With Me yang disutradarai bersama Eric Khoo dan keduanya tampil di Festival Film Cannes serta 881 dengan Royston dan menjadi salah satu film terlaris di Singapura sepanjang masa, diikuti oleh sekuelnya ’12 Lotus’.
Dalam film My Magic dan Be With Me yang disutradarai oleh Eric Khoo dan dipertunjukkan pada Cannes Film Festival dan 881 oleh Royston Tan, salah satu film terlaris Singapura sepanjang masa, disusul oleh sekuel 12 Lotus, juga merupakan kerja bareng Mike Wiluan dalam mensupport special effect animation dalam film live action tersebut.
Film animasi Sing to The Dawn dan live shoot Dead Mine adalah produksi Infinite Studios yang menarik perhatian investor asing. Perusahaan Mike kini menjadi target tempat mengembangkan TV content dari luar negeri.
Film Serangoon Road adalah salah satu contohnya. Serangoon Road adalah drama serial yang berlatar belakang Singapura pada tahun 1960-an ini adalah proyek pertama HBO dalam pembuatan film drama seri, sebanyak 10 episode. Dalam pengerjaannya, IFW juga menggandeng ABC TV, Screen West dan Singapore”s Media Development Authority.
Film Dead Mine mengawinkan aktor asing dan lokal. Film kombinasi horor dan action ini, diproduksi di Batam dan berhasil menembus pasar internasional seperti Australia, Singapura, AS, Perancis dan Afrika Selatan. Film yang dirilis di Singapura itu, juga menarik minat penonton Indonesia. ‘’Kualitas film, kemampuan aktris kita tidak kalah dari Holywood,’’ kata Mike Wiluan.
Mike juga memproduksi beberapa film bersama mitranya Eric Khoo dalam produksi film bersama, Gorylah Pictures. Mike juga memproduseri film The Mo Brothers yang sempat membuat heboh dengan film pendek berjudul Dara. Infinite Studio juga memproduksi film animasi Tatsumi dimana Mike Wiluan sebagai produser eksekutif. Tatsumi ditayangkan di festival film bergengsi Cannes. Film penting lainnya yang digarap Mike adalah Joker Game dengan Toho studio yang menjadi film Jepang terlaris pada tahun 2014.
Infinite Studio
Infinite Studios adalah perusahaan yang berbasis di Batam dan Singapura. Mike memposisikan Infinite Studio sebagai perusahaan multimedia terdepan di Asia Pasifik Selain memproduksi dan mendistribusikan konten televisi lokal dan internasional, juga berkolaborasi dengan perusahaan Kanada, China dan AS. Juga bekerjasama dengan HBO dan Mark Burnett Production serta kontrak pasca produksi dengan Discovery Asia dan MTV Network Asia.
Mike Wiluan juga pernah dinominasikan sebagai Ketua pada Festival Film Internasional Singapura (SGIFF) dan menjadi penasihat di Polytechnik Singapura dan MDIS’s school Singapura. Ia juga pernah menjadi anggota penasehat ekonomi pada Kementrian Perdagangan dan Industri Singapura, khususnya industri media.
Mike Wiluan beberapa kali menjadi pembicara pada berbagai forum media seperti Asia Business Summit, Forum Televisi Asia, Screen Singapore Finance Forum, World Chinese Chamber of Commerce Congress and the ASEAN Film Summit.
Tahun 2014, Forbes Indonesia memberinya penghargaan sebagai tokoh yang paling progresif dalam industri media. Selain bisnis film, Mike adalah Presiden dari kelompok TURI yang beroperasi dan memiliki hotel butik, resor dan kawasan industri di Indonesia. Hebatnya, PT Kinema Systrans Multimedia milik Mike Wiluan, menempati peringkat 7 dari 20 perusahaan dari Forbes Indonesia, sebagai Rising Global Star tahun 2015 atau perusahaan pendatang baru yang memiliki brand mendunia.
Japan Times menempatkannya sebagai salah satu dari 100 Next Era Leaders in Asia tahun 2016 – 2017. ’’Percayalah pada mimpi Anda sendiri, sekecil apapun impian itu dan berusaha mewujudkannya,’’ pesan Michael Wiluan di laman Japan Times.
‘’Awalnya, saya juga tidak tahu bagaimana cara membuat film. Apalagi, teknologi digital belum sehebat sekarang,’’ kata Mike pada seminar Youth Preneurship, di aula Pemko Batam untuk anak muda yang ingin mandiri, pencipta lapangan kerja dan kreatif, dihadiri 400 orang anak muda umumnya mahasiswa dan pelajar dari Batam dan Tanjung-pinang.
Mike Wiluan terus berjuang menggapai mimpinya. Jebolan University of Kent Inggris jurusan film dan seni ini, menggarap film animasinya yang pertama berjudul Sing to the Dawn dan versi Indonesia judulnya Meraih Mimpi.
Inilah animasi pertama tiga dimensi produk Indonesia yang ditayangkan di bioskop tahun 2008. Film ini digarap di Batam selama tiga tahun dan menelan biaya 5 juta dolar AS dan dipasarkan ke Singapura, Korea dan Rusia. ’’Dipasarkan di luar negeri karena mereka seolah tidak percaya bahwa Indonesia bisa,’’tukasnya.
Film terbaru karya Mike Wiluan adalah serial Losmen Melati, film horror yang seluruhnya diproduksi di Infinite Studio Nongsa, Batam. Film ini bakal tayang di Catchplay+ dan syuting selama 50 hari.
Proses produksi sudah dimulai sejak 7 Mei 2022 lalu dipimpin oleh CEO Infinite Studios Mike Wiluan sebagai sutradara dan juga Billy Christian co-director. Serial Losmen Melati dibintangi oleh para artis Indonesia yang sudah berpengalaman.
Mulai dari Alexandra Gottardo (Grisse, Food Lore), Kiki Narendra (KKN di Desa Penari, Gundala, Teka-teki Tika), Dwi Sasono (Dua Garis Biru), Imelda Therrine (Tarung Sarung), Cornelio Sunny (Paranoia), Fandy Christian, Adinda Breton, Bimasena, Shareeefa Danist, Widika Sidmore, Putara Dinata, Samuel Panaitan, Ena Pasaribu dan lainnya.
Sebanyak 40 persen kru yang terdapat di dalam proses produksi film Losmen Melati berasal dari masyarakat lokal Kota Batam. Serial sebanyak 10 episode ini, diproduksi dalam 50 hari. Ini kerja keras yang luar biasa. Terima kasih untuk semua pemain dan kru, ” kata Mike, Senin, 4 Juli 2022.
Kepada saya, Mike Wiluan bercerita, ia terinspirasi oleh film animasi Toy Story yang dirilis tahun 1995. Film animasi dengan grafis komputer pertama produksi Disney ini, menelan biaya 30 juta dolas AS dan meraup keuntungan 356,8 juta dolar AS di seluruh dunia.
Bagi Mike Wiluan, menjadi seorang entrepreneur dan berbisnis, harus dilakukan dengan sepenuh hati, dengan cinta dan gairah secara terus menerus. ’’Selain itu, harus konsisten dan fokus. Belajar pada orang lain, membangun tim dan etos kerja,” katanya, pada anak-anak muda Batam.
Bisnis yang bergerak pada bidang industri kreatif, kata Mike, juga butuh waktu. Selain itu, agar bisnisnya berkelanjutan dan profesional, perlu praktek kerja dan evaluasi terus menerus. ‘’Semuanya perlu proses dan tidak instan. Saya perlu waktu 10 tahun sehingga bisa seperti sekarang,’’paparnya.
Lama tinggal di London dan jaringan bisnis di luar negeri, sehingga bahasa Indonesia Mike Wiluan terpatah-patah. Apalagi, tampangnya yang Indo, banyak yang menyangka Mike orang bule. ” Saya cinta Indonesia. Saya ini anak Batam,” katanya, tersenyum.
Tantangan di dunia kreatif seperti animasi, termasuk meyakinkan orang tua karyawan. “Ada orang tua yang bertanya, anaknya kerja kok seperti main game,” katanya, tertawa. Awalnya, hanya 70 orang yang bekerja di Infinite Studio, kini berkembang menjadi 450 orang.
Infinite Studios Batam berdiri sejak tahun 2005 dan kini menjadi pemain utama industri animasi di Asia Pasifik. Puluhan anak muda kreatif dan lebih 300 artis bekerja di studio sekelas Holywood di Nongsa, Batam. Beberapa film hasil karya studio ini, meraih penghargaan di berbagai festival film internasional seperti di Singapura, Cannes, Barcelona dan Toronto. Infinite Studios juga memproduksi serial TV seperti Peter Rabbit, Garfield dan Franklin Turtle. Mike Wiluan juga bekerjasama dengan ABC TV, HBO serta Discovery Asia dan MTV Network Asia.
Infinite Studio Batam seluas 10,8 hektar, kini merupakan studio terbesar di Asia Tenggara. Studio ini juga menarik minat puluhan santri Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta dan berkunjung ke sana. Mereka ke Batam setelah study tour dan diundang Universitas Sains Islam Malaysia. Pesantren modern dan mempunyai ribuan santri dari berbagai daerah di Indonesia itu, juga memiliki production house sendiri.
Di pintu masuk studio, terpasang genta-genta raksasa. “Ini adalah properti film Joker Game,” kata Bella Yolanda, public relation studio out door itu. Joker Game film terlaris di Jepang produksi Infinite Studio tahun 2014. Poster-poster film hasil produksi Infinite Studio seperti Blackhat, 20th Century Fox Agen 47 dan HBO TV Series Halworlds, Beyond Skyline dan Serangoon Road, dipajang di dinding studio. Begitu juga film Headshot yang dibintangi Iko Uwais dan Chelsea Islan dan sudah diputar di bioskop-bioskop seluruh Indonesia, termasuk di Batam.
Di studio terbuka, tampak dinding batu buatan, properti kota lama Singapura, mobil dan motor tua. Sound stage menyerupai hangar pesawat terbang seluas 1.300 dan 2.800 meter persegi, adalah yang terbesar di Indonesia.
Setting film serial Half Word yang tayang di HBO Asia, juga ada. Seperti arena pertarungan Muaythai, labirin dan penjara bawah tanah hingga ruang penyiksaan. Lokasi syuting indoor juga tersedia creature room, soundstage dan sebagainya. Mantan presiden SBY memuji Infinite Studio sebagai centre of excellence saat berkunjung ke sana.
Menurut Mike Wiluan, ia lebih bangga dengan kemampuan anak-anak Indonesia yang bekerja di industri kreatif seperti Infinite Studio, baik dalam produksi film layar lebar maupun animasi. ‘’Karir di Infinite Studio bisa panjang, mulai dari animator, supervisor sampai ke level manajer. Saya berharap, di Batam ada production house sehingga kita bisa bersama-sama mengembangkan industri kreatif di Batam,’’ katanya.
Namun, kurikulum di sekolah kurang mendukung perkembangan industri kreatif, termasuk di Batam. Buktinya, sebagian besar karyawan Infinite Studio dan animator direkrut dari berbagai kota selain Batam. Menyadari hal itu, Infinite Studio menggandeng Politeknik Negeri Batam utuk belajar animasi secara gratis sejak 2016 lalu. Selain itu, kawasan Infinite Studio yang cukup luas, memungkinkan dijadikan sebagai Nongsa Digital Park.
Saat ini, Infinite Studio merupakan pengguna jaringan internet terbesar di Batam. Kemajuan teknologi digital, lokasi Batam yang sangat strategis dan kehadiran Infinite Studio, mestinya menjadi daya dorong pertumbuhan ekonomi Batam dan Kepri. Apalagi, industri kreatif seperti periklanan, kerajinan, desain, fashion, video, film, fotografi, penerbitan dan percetakan, komputer dan perangkat lunak, televisi dan radio serta kuliner, bisa membuka lapangan kerja yang cukup besar.
Tidak cukup hanya sebatas kunjungan para pejabat, lalu berfoto ria di studio, tapi bagaimana menangkap peluang, mengembangkan industri kreatif dan pariwisata, sebagai motor ekonomi baru Batam, setelah industri migas, galangan kapal serta elektronika meredup.
Nongsa Digital Park
Nongsa Digital Park (NDP) dibangun di atas lahan seluas 186,45 hektar. Lokasinya hanya 40 menit dari Singapura. Selain taman digital, kawasan ini akan terintegrasi dengan lapangan golf, terminal ferry Nongsapura dan Turi Beach Resort. Selain membangun gedung IT, Nongsa Digital Park menampung ratusan perusahaan berbasis digital seperti web developer, data centre, aplikasi, programmer, film, animasi serta start up atau perusahaan rintisan baru, yang berhubungan dengan teknologi, web, internet dan aplikasi.
Nongsa Digital Park mengusung tagline Work, Live and Play. Anda bisa bekerja, tinggal dan bermain di taman digital ini. Sejumlah perusahaan start up dari luar negeri, beberapa operator data centre internasional, sudah berinvestasi dan relokasi ke Nongsa Digital Park.
NDP bertujuan untuk menjadi gerbang ekonomi digital utama di Indonesia sekaligus memperkuat Nongsa sebagai tujuan pilihan untuk pariwisata domestik dan internasional di Kepulauan Riau.
Nongsa Digital Park ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) bmelalui Peraturan Pemerintah Nomor 68/2021 dengan komitmen investasi sebesar USD 300 juta, dan prospek investasi sebesar USD 1,5 miliar.
Kegiatan utama KEK ini adalah digital park dan pariwisata. KEK diusulkan oleh PT. Taman Resor Internet (Tamarin) yang merupakan anak perusahaan dari Citramas Group yang telah memiliiki pengalaman di bidang pariwisata, industri kreatif & IT, serta kawasan industri.
Saat ini di KEK Nongsa telah terbangun berbagai akomodasi dan atraksi pariwisata bertaraf internasional serta sudah terbangun infrastruktur pendukungnya seperti Turi Beach Resort, Nongsa Point Marina, Nongsa Terminal Bahari, Nongsa Village, dan Infinite Framerwork Studio. Ada pula Apple Academy yang meluluskan satu angkatan dalam rangka pendidikan IT developer untuk academy & foundation program. Melengkapi ekosistem digital yg dibangun, akan dkembangkan Movie Town, IT Office, IT Academy, Data Centre Commersial Area, Fasilitas dan infrastruktur serta pengembangan Hotel dan Resort.
KEK Nongsa diharapkan akan memberi dampak bagi perekonomian nasional sebagai entry gate bagi pelaku usaha information technology global ke perekonomian nasional. Dengan ditetapkan menjadi IT Hub Digital Bridge Indonesia ke Singapura dan manca negara, diharapkan dapat menghemat devisa negara dalam bisnis digital hingga Rp20-30 Triliun per tahun dengan kontribusi terbesar dari sektor data center dan pendidikan Internasional.
Selain itu dengan adanya transfer teknologi di bidang IT, KEK Nongsa dapat menjadi pusat pengembangan SDM tenaga IT muda Indonesia menjadi technopreneur.
Indonesia adalah raksasa digital Asia yang sedang tidur. Semua mata negara asing melirik ke sini. Persaingan antar perusahaan digital atau dengan usaha konvensional, bakal tak terhindarkan. Kehadiran Grab dari Singapura, akan bersaing dengan Go-jek. Begitu juga dengan raksasa digital lainnya seperti Amazon, Google, Facebook, Netflix, e-Bay dari Amerika Serikat dan China seperti Alibaba, Sina Weiboo, Taobao dan We Chat.
Keberadaan KEK Nongsa, Nongsa Digital Park, Infinite Studio, merupakan peluang besar bagi anak-anak muda milenial Batam. Termasuk kampus dan perguruan tinggi di Batam dan Kepulauan Riau. Beberapa kampus yang sudah bekerja sama, Politeknik Negeri Batam, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Universitas Putera Batam dan Institut Teknologi Batam. Meski Batam memiliki Infinite Studio, studio film terbesar di Asia Tenggara, namun tak satupun kampus memiliki jurusan seni dan film.
Jika selama ini Batam dikenal sebagai kota industri, alih kapal, perdagangan dan pariwisata, sangat besar peluangnya menjadi kota digital. Menonton hasil karya animasi anak-anak muda di NDP, Anda akan merasa masuk ke lorong waktu, dan tertinggal beberapa tahun. (socrates)