By Eri Syahrial—Profesor Hj Indrayani, SE, MM, PhD dikukuhkan dan dikalungkan samir sebagai guru besar bidang manajemen sumber daya manusia, dalam sidang senat terbuka oleh Ketua Senat Universitas Batam Dr HM Soerya Respationo, SH, MH, Sabtu (2/9/2023) di ballroom Graha Bintang, kampus Universitas Batam di Batam Centre.
Sehingga, guru besar Universitas Batam bertambah, untuk menjawab tantangan dunia pendidikan, terutama pendidikan tinggi di Kepulauan Riau. Saat ini, sudah enam orang profesor atau guru besar yang dimiliki Uniba. Jumlah tersebut tersebut bertambah seiring dengan tekad Uniba akan memperbanyak guru besarnya.
Prof Indrayani menerima SK guru besar bidang ilmu manaje-men sumber daya manusia 22 Agustus 2023. Tiga hari kemudian, tanggal 25 Agustus 2023 Profesor Hj Indrayani SE, MM, PhD dilantik jadi rektor Universitas Batam.
Pengukuhan Prof Indrayani SE, MM, PhD sebagai guru besar dilakukan oleh ketua majelis guru besar Prof Dr Ir Chablullah Wibisono, MM dan dihadiri Direktur Pengembangan SDM Dikti, Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI), komisioner Komisi Yudisial Prof Dr Mukti Fajar Nur Dewata, SH, M.Hum, Bupati Natuna Wan Siswandi, Bupati Anambas Abdul Haris, Ketua DPRD Kepri Jumaga Nadeak.
Juga hadir mewakili Gubernur Kepri Kepala Dinas Pendidikan Kepri Andi Agung, anggota DPRD Kepri Asmin Patros dan Wahyu Wahyudin, Ketua DPRD Kepri Nuryanto SH, MH serta civitas akademika Universitas Batam.
Perjalanan karir akademis Indrayani cukup panjang. Strata 1 jurusan manajemen Universitas Lancang Kuning, Strata 2 jurusan manajemen SDM di Unispa dan S3 jurusan Psychology Industrial Organizational di University Utara Malaysia. ‘’Saya bergabung dengan Universitas Batam tahun 2012,’’ katanya.
Indrayani mulai jadi dosen sejak 1999 dan ketua program studi manajemen STIE tahun 2000. Lalu ketua Prodi S2 manajemen SDM dan ketua program doktor S3 manajemen SDM tahun 2020. Dalam perjalanan karirnya, ia sempat menepi dari dunia akademik dan berbisnis. Pernah jadi direktur dan komisaris serta owner perusahaan, kini ia dipercaya sebagai pengawas yayasan griya husada Batam dan Rumah Sakit Bunda Halimah.
Sang suami, Prof Dr. rer,soz Damsar MA guru besar Sosiologi Fisip Universitas Andalas, yang terus memotivasinya di dunia akademik. Ibu lima anak dan nenek tujuh cucu ini, tetap energik dan awet muda. ‘’Beliau luar biasa dan jadi mentor, motivator, sahabat dan bisa diskusi soal apa saja. Meski bidang kami berbeda, saya bidang manajemen dan suami saya bidang sosiologi, kami saling menguatkan,’’ kata Indrayani tentang suaminya Prof Damsar.
Indrayani juga sangat dekat dengan ibundanya Hj Waginah yang sudah berusia 94 tahun, dan tetap bersamanya dan menjadi sumber inspirasi dan kekuatan keluarganya. ‘’Saya anak ke delapan dari sebelas bersaudara. Ibu saya selalu mendampingi saya kemana pun saya pergi. Ini anugrah yang luar biasa buat saya,’’ ujar Indrayani.
Orasi Ilmiah tentang Kinerja Dosen
Prof. Hj. Indrayani, SE, MM, PhD dalam orasi ilmiahnya di depan ribuan peserta dan undangan Sidang Senat Terbuka Uniba tersebut membahas permasalahan kinerja dosen dengan judul Strategi Model Pengembangan Kinerja Dosen.
Disampaikannya, zaman terus berkembang akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknokogi. Perkembangan yang sangat pesat tersebut membawa tantangan pada berbagai profesi, termasuk profesi dosen.
Di Indonesia, tolak ukur kinerja dosen dilakukan melalui Tridarma perguruan tinggi, yang terdiri dari pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. Namun tidak cukup sampai di situ, dosen harus melakukan peningkatan kompetensi diri.
Sebab, pendidiklan adah pondasi untuk kemajuan bangsa. Dosen adalah pioner dalam memajukan Indonesia dalam bidang pendidikan dengan memberikan ilmu kepada mahasiswa. Bila selama ini mengajar hanya sekadar tugas rutinitas dosen tanpa ada upaya peningkatan, maka kemajuan pendidikan tidak akan tercapai. Bagi mahasiswa dalam belajar juga tidak menyerap semua pengajaran yang diberikan dosen.
Dalam melaksanakan tugas, dosen bisa membaca beberapa hari atau minggu sebelum mahasiswa, dan hanya pengetahuan itu yang diberikan kepada mahasiswa. ‘’Kalau cara seperti itu, mahasiswa tidak perlu dosen karena juga bisa belajar dengan mencari di google,’’ kata lulusan S3 program studi Pengembangan SDM di Malaysia tahun 2013 ini.
Seiring dengan transformasi ilmu pengetahahuan dan teknologi yang terus berkembang, Prof Indrayani mengajak semua civitas akademika di Indonesia terutama di Uniba agar proses pembelajaran atau transformsi ilmu dari dosen ke mahasiswa berjalan dengan menarik.
Agar transformasi ilmu bisa berjalan, dosen perlu mewujudkan inovasi dalam pembelajaran. Seorang dosen harus mampu mengembangkan keilmuannya dan mentrasfer kepada mahasiswa dengan baik.
Kunci utamanya adalah komunikasi dua arah antara dosen dan mahasiswa. Sering kali dosen melakukan pola komuniaskasi satu arah. Dosen hanya memberikan ceramah tanpa mempedulikan mahasiswa apakah mengerti atau tidak. Padahal, banyak hal yang bisa dilakukan dosen.
‘’Dosen harus melakukan inovasi untuk menumbuhkembang-kan mahasiswa menjadi orang-orang yang inovatif,’’ ujar Prof Indrayani.
Dosen dan mahasiswa juga harus melakukan komunikasi interaktif untuk mengembangkan pembelajaran menjadi lebih baik. Tidak zamannya lagi dosen melakukan pembelajaran konvensional dalam kelas saja. Bila hal seperti ini masih dilakukan, tentu ini tidak menarik bagi mahasiswa karena cara seperti ini banyak dilakukan dimana-mana. Seharusnya, ilmu yang diberikan dosen bisa diserap mahasiswa dan bisa diimplementasikan.
Metode pengajaran antara mahasiswa S1, S2 dan S3 juga berbeda-beda. S1 umumnya belum bekerja sehingga belum punya atau sedikit pengalaman dalam dunia kerja dibanding mahasiswa S2 dan mahasiwa S3. Untuk mahasiswa S1 bisa diberikan dengan banyak teori dan contoh-contohnya. Berbeda dengan mahasiswa S2 dan S3 yang sudah berpengalaman dalam praktek bahkan dibandingkan dengan dosennya sendiri. Kalau dosennya tidak mengembangkan diri dan memperhatian di luar kampus tentu dosennya yang tertinggal.
‘’Artinya dosen harus bergerak maju mentrasformasikan dirinya. Berlaku inovatif bagi seorang dosen mutlak diperlukan. Dosen harus meng-upgrade dirinya. Dosen tidak lagi sekedar mengajarkan tugas tetapi menjadi garda terdepan dari kemajuan pendidikan,’’ papar wanita kelahiran Rengat, 4 Mei 1969 ini.
Direktur Pengembangan SDM Dikti juga mengapresiasi orasi ilmiah yang disampaikan Prof Indrayani karena sesuai dengan tugas sehari-hari bagaimana meningkatkan kinerja ribuan dosen yang ada di seluruh Indonesia sehingga membawa kemajuan pada pendidikan terutama pendidikan tinggi.
Universitas Batam berdiri tahun 2001 dan kini menjadi salah satu universitas terkemuka di Kepulauan Riau. Universitas Batam yang memiliki tagline Let’s Challenge the Future ini, saat ini memiliki 21 program studi, mulai dari S1, Magister dan Doktoral serta memiliki fakultas kedokteran dengan akreditasi unggul. ***