SELAIN sagu yang terkenal ke berbagai daerah di Indonesia dan semenanjung Malaysia, berbagai jenis kayu olahan yang disebut kayu log atau kayu balak asal Selatpanjang terkenal karena kualitasnya.
Sementara kayu Ramin, Suntai dan Pulai Miang, konon termasuk jenis kayu olahan favorit di Singapura pada masa itu. Kayu log dari Selatpanjang merupakan kayu grade terbaik. Sehingga dalam kelas kualitas kayu, dikenal istilah Grade Selatpanjang. Kekayaan alam Selatpanjang ini, kemudian menjadi ide baru bagi Muljadi untuk dikembangkan dalam usahanya.
Saat itu banyak kapal besar yang datang dari Jepang, Taiwan, Panama, Korea dan Filipina dengan bendera aneka warna yang memuat kayu log alias kayu balak dan ribuan kubik lainnya dari hutan tropis yang masih perawan di serata pulau di bumi Meranti. Sebut saja dari hulu sungai Suir dan sungai Sodor sampai di Pulau Tiga dekat Kuala Kampar.
Kayu log alias balak dari Selatpanjang, diangkut ke Jepang dan Taiwan untuk diolah menjadi plywood atau kayu lapis dan produk turunannya di negara itu. Lalu, dikirim lagi ke Amerika dan Eropa untuk membangun properti.
Pada akhir tahun 1969, pabrik kertas atau pulp di Cina, melalui perusahaan dan mitra dagangnya di Singapura, datang ke Selatpanjang untuk membeli kayu. Muljadi melihat peluang di bisnis kayu tersebut. Kebetulan, seorang temannya sudah lama berbisnis kayu arang sebagai usaha keluarga mereka. Muljadi menghubungi temannya itu untuk bisa bermitra. Namun, temannya takut dan tidak punya keberanian untuk berbisnis kayu.
Muljadi akhirnya berhasil meyakinkan sang teman. Ada cukong dan calon pembeli dari Singapura yang mau mengeluarkan modal untuk membeli kayu asal Selatpanjang. Ia dan temannya kemudian pergi ke Singapura untuk membahas bisnis kayu selama satu minggu. Tercapai kata sepakat dan sejak itulah ia mulai terjun juga ke bisnis usaha kayu dan membantu kelancaran bisnis kayu di Selatpanjang.
Sekitar pertengahan tahun 1973, pasar kayu di Singapura membaik. Harga kayu naik dan permintaan juga tinggi. Namun, kendalanya, Muljadi dan temannya kekurangan dana untuk modal menjalankan kesempatan dan peluang bisnis itu.
Ia kemudian menghubungi seorang rekan bisnis lamanya di Riau yang sudah sukses berbisnis kayu. Seorang General Manager perusahaan kayu. Muljadi bertanya, apakah sang teman bersedia meminjamkan modal sebesar 30.000 Dollar Singapura untuk digunakan berbisnis kayu. Ia menjanjikan membayar pinjaman berikut komisi dan bonusnya.
‘’Teman saya itu menolak bonus yang saya tawarkan. Tapi, ia langsung meminjamkan uang 30.000 Dollar Singapura kepada kami karena hubungan baik dengan saya dan mau membantu saya. Saya sangat berterima kasih,’’ katanya.
Selanjutnya : Negosiator Ulung | Menjadi Pemegang Saham– MENEROBOS WAKTU’ Sebuah Memoir: My Life Journey – MULJADI, TOKOH PROPERTY BATAM (Bagian 20)