Socratestalk.com, BATAM – Kepala Pelaksana Badan Penanggunalan Bencana Daerah (BPPD) Provinsi Kepulauan Riau Dr Muhammad Hasbi MSi mengingkatkan masyarakat Provinsi Kepulauan Riau akan bahaya bencana hidrometereologi seperti banjir, longsor, angin puting beliung, gelombang laut yang tinggi, abrasi pantai dan lainnya.
‘’Bencana yang bisa terjadi di Kepulauan Riau adalah bencana hidrometerologi atau yang berhubungan dengan perubahan cuaca dan curah hujan yang tinggi,’’ ujarnya, Jumat (8/12/2023) saat membuka sosialisasi sekolah/madrasah aman bencana di Provinsi Kepulauan Riau yang dilaksanakan di sekolah Al Azhar, Baloi, Batam.
Untuk mencegah bencana di Kepri, lanjut Hasbi, kesiagaan bencana oleh masyarakat perlu ditingkatkan sehingga bisa dilakukan upaya mulai dari pencegahan hingga penanganannya ketika bencana terjadi. Selain itu juga perlu kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha.
Kepada peserta sosialiasi, Hasbi menjelaskan tentang arti bencana. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan menganggu kehidupan yang disebabkan faktor alam, dan atau gaktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan dan kerugian harta benda.
Kegiatan sosialisasi ini merupakan rangkaian kegiatan penyuluhan BPBD Provinsi Kepri di 7 SLTA di Kepri yang dilaksanakan sejak November lalu. Sebanyak 6 kegiatan di laksanakan di 6 SLTA di Kota Batam karena melihat potensi bencana di Batam lebih tinggi dan 1 sekolah di Tanjungbatu.
Sekolah tersebut masing-masing SMKN 3 Batam, SMKN 6 Batam, SMAN 21 Batam, SMAN 28 Batam, SMAN 15 Batam dan SMAN 1 Kundur dan terakhir di SMA Al Azhar. Semua sekolah tersebut dinilai memiliki potensi bahaya bencana terutama banjir, longsor dan lainnya.
Seperti longsor yang pernah menimpa SMAN 21 Batam. Sekolah ini berada di atas bukit sehingga rawan terjadi longsor saat hujan terjadi dalam waktu yang lama. Upaya penanggulangan sudah dilakukan Dinas Pendidikan Provinsi Kepri bersama BPBD Kepri dengan membuat batu miring dan upaya lainnya.
Peserta kegiatan sosialisasi ini adalah masyarakat sekolah yang terdiri dari guru, siswa, orangtua siswa, komite sekolah dan tokoh masyarakat. Mereka mendapatkan pemahaman, data dan informasi yang lengkap tentang kebencanaan. Termasuk potensi bencana yang ada di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Sosialisasi ini menghadirkan beberapa narasumber antara M Hasby selaku Kalaksa BPBD Provinsi Kepulauan Riau, Eri Syahrial, S.Pd, M.Pd.I dari Kelembagaan Perlindungan Anak, Kepala Kemenag Provinsi Kepri yang diwakili Drs H Subadi MA, Ketua Yayasan Al Azhar H Effendy Asmawi MA dan Dr H Abdul Basir dari BPBD Provinsi Kepulauan Riau.
Eri Syahrial dalam paparannya menjelaskan beberapa kondisi bencana alam yang sudah terjadi di Kepri dan dampaknya bagi dunia pendidikan dan masyarakat. Seperti kerusakan sekolah, infrastruktur, terendamnya rumah hingga tenganggunya proses belajar mengajar dan aktifitas masyarakat.
‘’Pendidikan kebencanaan dan kesiagaan bencana yang diberikan kepada masyarakat pendidikan ini diharapkan bisa ditularkan dan digunakan ketika bencana terjadi sehingga pencegahan dan dampak bencana bisa diminimalisir,’’ harap Pemerhati Anak di Provinsi Kepulauan Riau ini.
Dalam sesi tanya jawab, Eri juga membahas bencana nonalam terkait dengan kasus-kasus anak yang terjadi di tengah masyarakat seperti pencabulan, pergaulan bebas, ekspoitasi seksual, perundungan, kekerasan dalam rumah tangga dan lainnya yang berakibat pada terganggunya tumbuh kembang anak sebagai korban dan berdampak pada kehidupan sosial kemasyarakat.
Kerentanan anak dan kerentanan keluarga yang banyak terjadi saat ini merupakan bencana sosial yang harus mendapatkan perhatian dan penanganan semua pihak.
Subadi dari Kemenag Provinsi Kepri dalam pemaparannya menjelaskan tentang moderasi agama dan kaitannya dengan bencana terutama bencana non alam yang dipicu oleh konflik SARA akibat pemahaman agama yang tidak moderat.
‘’Pemahaman agama baik bagi pemeluk islam maun agama lainnya jangan sampai condong ke kanan atau ke kiri,’’ ujarnya.
Yang baik itu, lanjut Subadi, adalah yang moderat, di tengah-tengah berada titik keseimbangan sehingga tidak menimbulkan masalah dan konflik dalam beragama. Untuk itu diberikan pemahaman tentang moderasi beragama bagi semua pemeluk agama di Indonesia.
Sementara itu, Effendy Asmawi menjelaskan unsur-unsur penyebab bencana berdasarkan ayat-ayat Al Quran adalah air (banjir dan lonsor), tanah (longsor dan gempa), api (kebakaran) dan angin (puting beliung). Ia menekankan perlunya penguatan pendidikan agama di sekolah sehingga melahirkan insan yang bertakwa dan jauh dari bencana.
Menurutnya, bencana terjadi karena ulah tangan manusia yang merusak alam sehingga terjadi kerusakan dimana-mana dan maksiat yang dilakukan manusia. Untuk itu, sebagai insan, perlu banyak bertafakur mengintropeksi diri atas kesalahan dan dosa-dosa yang dilakukan selama ini.
Sebagai orang yang beriman juga perlu banyak berdoa kepada Allah SWT agar terhindar dari bencana. Setiap bencana, baik bencana alam musibah yang menimpa seseorang akan ada-ada tanda-tandanya.
‘’Orang bertakwa lebih hati-hati dalam melangkah. Bila ada sesuatu yang menjadi tanda atau firasat buruk maka ia langsung berdoa kepada Allah agar terhindar dari bencana. Doa bisa menolak bala atau bencana,’’ ujarnya.
Kegiatan sosialisasi yang berangsung dari pagi hingga sore ini ditutup oleh Dr Abdul Basir mewakili Kalaksa BPBD Provinsi Kepulauan Riau. Peserta terlihat semangat mengikuti kegiatan ini dan merupakan pengetahuan baru yang peroleh dan berharap ada kegiatan lanjutan sekolahnya terkait dengan implementasi sekolah/madrasah aman bencana.(eri)