DARI Selatpanjang, kota kecil di gugusan pulau yang dulu masuk wilayah Kabupaten Bengkalis itu, banyak lahir para pengusaha dan entrepreneur tangguh nusantara. Salah satunya adalah Lim Qi Hui, kelak dikenal dengan nama Indonesia, Muljadi. Seorang tokoh perintis dunia property modern di kota Batam.
LAHIR di rumah panggung kontrakan pada saat negeri ini baru merdeka, Lim Qi Hui kecil adalah anak kidal. Walau memiliki leluhur kaya di tanah Jantan (sebutan untuk Selatpanjang, pen), namun ia sudah dibelit kesulitan sejak kecil. Situasi politik tidak menentu. Kondisi ekonomi keluarga juga jatuh di jurang kemiskinan.
Ayahnya adalah lelaki yang patah hati dan frustrasi. Istri pertamanya meninggal dunia. Sempat menikah untuk kedua kali karena dijodohkan keluarga, namun tidak disukainya, ia kemudian memillih wanita sendiri untuk dijadikan isteri. Ibu Muljadi adalah istri ketiga dari sang ayah. Sejak menikah, ia sudah harus banting tulang untuk membantu kehidupan keluarga yang jatug di jurang kemiskinan. Mulai menerima upah menjahit hingga menjaga toko keperluan bahan pokok warga di kota kecil itu.
Muljadi remaja terpaksa berhenti sekolah akibat peraturan pemerintah soal kewarganegaraan. Sekolahnya masih ada, tapi ia tidak bisa bersekolah karena pengelola sekolah tidak aktif.
Kebakaran dahsyat yang sempat melanda Selatpanjang pada awal decade 1960-an, jadi catatan kelam perjalanannya. Bersama ratusan warga lainnya. Ia harus mengungsi untuk menyelamatkan diri. Sempat ingin kembali ke tanah leluhur di daratan Tiongkok, namun kapal yang ditunggu untuk membawanya dan keluarga tak kunjung datang.
Asam garam kehidupan sudah dijalaninya sejak usia belia, 15 tahun. Mulai jadi pesuruh di tempat perjudian, bekerja sebagai karyawan toko hingga mencoba peruntungan dengan berdagang. Muljadi adalah seorang entrepreneur tangguh. Ia berani mengambil resiko, mampu melihat peluang usaha dan memulai bisnis sendiri. Jejak enterpreneurnya dimulai ketika berdagang hasil bumi dan kebutuhan pokok ke Singapura dan Malaysia pada medio 1960-an.
Peluang dapat uang kemudian datang di Tanjungpinang. Ia sempat berdagang mata uang atau valuta asing. Di kota ini jugalah, Muljadi menemukan tambatan hatinya, Lusi Adlin. Wanita yang bertahun-tahun kemudian mempengaruhinya dalam mengaruhi kehidupan. Sosok yang begitu dicintai hingga akhir hayatnya.
Sebagai manusia biasa, ia juga mengalami banyak kegagalan dalam kehidupannya. Secara jujur ia mengakui, kadang-kadang nyaris putus asa dan merasa tidak berdaya. Cobaan dan musibah seperti datang silih berganti dan beruntun.
Muljadi berpikir dan merenung. Perjalanan dan kilas balik kehidupannya. Berkali-kali gagal. Tapi kemudian ia menemui titik kesuksesan di sebuah periode kehidupan lanjutannya. Bekerja jauh di tengah hutan di Pulau Cawan, pulau kecil di daerah Tembilahan, saldo tabungannya terus bertambah.
’’Apakah ini balasan dari jerih payah saya semasa muda?’’ tulis Muljadi dalam catatannya.
Jejak perjalanan bisnisnya mulai menapak di Batam pada 1989. Muljadi ke Batam sebagai investor. Ia sudah bergelimang harta saat itu. Dari berbisnis kayu, ia banting setir mencoba peruntungan di dunia property, mengikuti jejak leluhurnya yang sempat berjaya di bidang usaha itu di Selatpanjang. Nagoya Plaza Hotel adalah monumen pertama jejak bisnisnya di dunia property di kota industry itu.
‘’Modal yang saya kucurkan 10 juta Dolar Singapura. Saat itu, saya sedang naik daun,’’ tulis Muljadi dalam catatannya.
Sejak itu, namanya terus berkibar sebagai pengusaha property Batam. Setelah Nagoya Plaza, Muljadi membangun komplek ruko Nagoya Town, mendirikan pabrik batu bata, perusahaan patungan dengan Singapura, perumahan Mitra Batam Centre, Mitra Batuaji dan Mitra Mall Batuaji. Muljadi juga mendapat lahan yang dialokasikan membangun lapangan golf. Proyek ini sempat bermasalah. Namun, Muljadi menyelesaikan secara elegan, lalu membangun The Central Sukajadi yang menjadi cikal bakal Central Grup.
Perjuangan Muljadi, tidak hanya di dunia usaha, tapi juga perjuangan melawan penyakit yang mendera dirinya. Kanker usus yang dialaminya sejak tahun 2003.’’ Oh, kanker usus? Saya harus bagaimana? Ya sudah, operasi saja,’’katanya lugas kepada dokter saat itu. Sebagian ususnya dibuang. Ia menjalani kemoterapi selama 20 tahun, sebuah proses yang luar biasa bagi penyintas kanker atau cancer survivor.
Muljadi sebenarnya lebih mengkhawatirkan istrinya yang terkena stroke dan mengalami koma pada tahun 2013 lalu. Bersama sang isteri kemudian, meeka melalui masa-masa tuanya Bersama, dalam kondisi sakit di negeri jiran Singapura.
Di kalangan pebisnis property, ia adalah sosok perintis. Memulai bisnis propertynya sejak puluhan tahun silam. Ia juga dikenal bukan sosok orang yang senang berseru-seru membicarakan keberhasilannya di bisnis property. Nyaris tidak ditemukan jejak digital Muljadi, pengusaha tangguh dari Selatpanjang ini. Ia lebih memilih bergumul dengan pekerjaan daripada mengudarakan keberhasilannya di berbagai bidang usaha. Pilihannya masuk sebagai investor ke sektor property, kini menjadi daya dorong dan motivasi bagi anak-anaknya.
Di usia senjanya, Muljadi ingin menceritakan kisah hidupnya. Awalnya, ia ingin direkam, lalu ditranskrip menjadi tulisan. Tapi kemudian ia tidak yakinMuljadi kemudian memutuskan untuk menulis sendiri perjalanan hidupnya dalam lembar demi lembar berbahasa mandarin. Ingatannya sangat tajam untuk orang seusianya.
Muljadi memiliki modal paling purba yang diperlukan siapapun yang sedang berjuang ; Keuletan, kesabaran, pantang menyerah, berani, tegar dan bermental pemenang. Ia ingin kisahnya menjadi pedoman hidup bagi anak cucunya serta orang-orang yang pernah hadir dalam kehidupannya.
Namun, kisah ini tidak hanya jadi kenangan buat keluarga saja, tapi sangat pantas dibaca oleh siapapun yang menghargai arti sebuah perjuangan dalam proses kehidupan.
Jangan patah semangat. Kita lebih kuat daripada yang kita bayangkan, seperti yang dilakukan Muljadi ; untuk Selatpanjang, Batam, Kepulauan Riau dan juga Indonesia.
[…] Selanjutnya : Prolog | ‘MENEROBOS WAKTU’ Sebuah Memoir: My Life Journey – MULJADI, TOKOH PROPERTY BATAM … […]