The Socrates TalkThe Socrates Talk
  • Home
  • Journalism
    • Batam Documentary
    • In Depth
    • Amazing Batam
    • Humaniora
    • Flash Back
    • Photography
  • Program
    • On Location
    • Online
    • On Spot!
  • Singapore Corner
  • Pendidikan
  • Lingkungan
  • Politika
  • Profile Stories
Membaca Naik Pesawat ‘Kertas’ Bermesin Tempel
Bagikan
Aa
Aa
The Socrates TalkThe Socrates Talk
  • Program
  • Journalism
  • Flash Back
  • Amazing Batam
  • Profile Stories
  • Humaniora
  • Singapore Corner
  • Photography
  • Categories
    • Journalism
    • Batam Documentary
    • Amazing Batam
    • Photography
    • In Depth
    • Humaniora
    • Flash Back
    • Program
    • Lingkungan
    • Politika
    • Singapore Corner
    • Pendidikan
Ikuti kami
  • About
  • Privacy Policy
© 2022 Socrates Talk. All Rights Reserved.
Humaniora

Naik Pesawat ‘Kertas’ Bermesin Tempel

admin
Diperbarui Terakhir: 2022/10/26 at 11:06 PM
admin 3 tahun lalu 1.1k Dilihat
Bagikan
Ilustrasi, pesawat kecil jenis Trike, seperti pesawat gantole tapi bermesin. Ist.
Bagikan

By Bintoro Suryo – Naik pesawat bermesin tempel? Saya tidak pernah membayangkan atau punya niat sebelumnya. Bukan karena takut ketinggian. Bukan juga karena pesawat ini benar-benar terbuka tanpa penutup.

Tapi, karena kita harus bisa memperhitungkan dengan cermat jarak tempuh yang harus kita lalui dengan stok bahan bakar yang tempatnya sangat terbatas. Salah hitung, bahan bakar bisa habis dan mesin mati di udara.

Pesawat yang saya ceritakan ini adalah jenis pesawat penjelajah jarak pendek yang hanya mampu terbang beberapa ratus meter di atas udara. Body-nya hanya berupa rangka besi. Penutup sayapnya terbuat dari bahan seperti kanvas yang ringan.

Belakangan, saya baru tahu itu jenis Trike. Sejenis pesawat yang berpenumpang maksimal 2 orang, mirip gantole tapi memiliki mesin. 

- Advertisement -
Ad imageAd image

Mesinnya adalah mesin tempel dengan baling-baling di bagian belakang kokpit. Kapasitasnya cuma dua orang. Satu untuk pilotnya. Satu lagi untuk penumpang yang dalam kondisi kepepet juga bisa bertugas sebagai co-pilot.

————

UNTUK menerbangkannya tidak perlu landasan khusus yang panjang. Saya bersama seorang instruktur terbang pesawat jenis itu, hanya memanfaatkan sebuah lapangan bola.

Saat awal mencoba, rasanya luar biasa. Tidak percaya bisa terbang dengan ‘pesawat bo’ongan’ seperti itu. Saya pula yang jadi co-pilotnya!

Kami terbang dari sebuah lapangan bola di daerah Marina – Batam. Saat pesawat mulai terangkat, saya seperti tidak percaya.

“ Ini beneran bisa terbang?” teriak saya pada sang instruktur saat itu.

“Ya bisa, tidak percaya? Ini kita sudah separuh terangkat. Nanti kita ke arah Barelang”, sahutnya kencang untuk melawan gerungan suara mesin yang persis ada di belakang kami.

Benar saja. Beberapa detik kemudian kami sudah di udara. Instruktur mengontrol arah terbang menggunakan sebuah tangkai tuas yang ada di antara tempat duduk kami. Sementara kecepatan dikontrol melalui sebuah tuas yang ada di ujung kakinya. Tuas yang sama juga ada di ujung kaki saya.

“Kita kemana”, teriak saya.

“Barelang”, jawabnya.

“Bahan bakarnya cukup?”

“Gampang, kalau habis nanti kita mendarat darurat saja!”

Hah, mendarat darurat? Saya tidak pernah membayangkan bakal mendarat darurat dalam penerbangan perdana menggunakan ‘pesawat bo’ongan’ seperti ini.

Di samping saya, Ia terlihat santai saja dan terus memandang ke depan. Wajahnya, sama juga dengan wajah saya terus ditebas-tebas terpaan angin yang kencang.

5 menit perjalanan udara ke arah Barelang, mesin mendadak mati. Saya langsung teriak histeris sementara si instruktur tertawa-tawa. Ternyata bukan masalah pada bahan bakar atau mesin. Tapi saklar mesin memang sengaja dimatikan.

Pesawat bo’ongan yang kami tumpangi kemudian melayang-layang di udara. Pengontrolan hanya dilakukan melalui tuas yang ada di tangannya.

- Advertisement -
Ad imageAd image

“Saya pernah mendarat darurat di sana”, katanya separuh berteriak untuk melawan deraan suara angin sambil menunjuk sebuah bukit gundul.

“Mulus”?

Tidak, pesawat ini nyangkut di pohon”.

“Bagaimana menerbangkannya lagi?”

“Saya preteli dulu, kemudian baru dirakit lagi di tanah yang datar”.

Instruktur kemudian menyalakan lagi mesin pesawatnya. Kami terbang berputar-putar selama beberapa menit ke depan hingga mendekati jembatan IV dan mulai melakukan manuver berbalik arah. Saat dalam perjalanan pulang, mesin pesawat mendadak mati lagi.

Tapi kali ini saya tidak teriak histeris. Pasti ulah si instruktur untuk menghemat bahan bakarnya lagi. Tapi kemudian,

“Bahan bakar habis”, teriaknya.

“Hah, bercanda kan”?

“Tidak, kali ini benar-benar habis”.

“ Terus bagaimana ini”?

“Tenang, saya coba hidupkan lagi. Siapa tau masih bisa. Kalo nggak, mendarat dalam posisi mesin mati juga masih aman kok”, teriak sang instruktur sambil melawan terpaan angin yang kuat. Ia meminta saya untuk memegang tuas pengendali.

“Kamu yang pegang kontrol tuas ini”, teriak si instruktur sambil tubuhnya bergerak ke arah belakang untuk mencoba menyalakan mesin.

Saya tidak pernah ikut kursus terbang, termasuk juga mengendalikan pesawat “kertas” seperti ini. Jadi saya hanya melakukan naluri saja untuk mengontrol pesawat yang sedang melayang-layang di udara menggunakan tuas pengontrol. Sementara si instruktur sibuk mengisi bahan bakar kemudian mencoba menghidupkan mesin kembali.

Awalnya saya pede saja mengontrol jalannya pesawat. Tapi begitu pesawat terus mengarah turun perlahan ke bawah, saya mulai khawatir.

Walau pakai naluri sekalipun, saya tidak yakin bisa mendaratkan pesawat ‘kertas’ ini di tempat yang bagus dengan mulus. Sesekali saya lihat si instruktur yang sedang coba menghidupkan mesin dengan posisi tubuh agak dibalikkan ke belakang.

- Advertisement -
Ad imageAd image

Yang saya rasakan sepertinya bukan rasa ketakutan. Tapi adrenalin yang bergerak semakin cepat, menegangkan!

Satu menit, dua menit, tiga, empat dan akhirnya, mesin bisa hidup!

Ketinggian kami hanya tinggal seratus meteran saja. Sang instruktur kemudian mengambil alih tuas pengontrol dan mulai melakukan manuver untuk bergerak ke titik awal kami berangkat.

Yess!

(*)

Sumber : bintorosuryo.com

Penulis : Bintoro Suryo – Ordinary Man. Orang teknik, Mengelola Blog, suka sejarah & Videography.

Postingan ini pertama kali diunggah pada 1 Desember 2008 di blog : noesaja.wordpress.com

Artikel/ Konten lainnya

Setiap 40 Detik 1 Orang di Dunia Bunuh Diri, Ini Penyebabnya

Wartawan Tangguh itu Telah Pergi…

“Wahai Caleg, Janganlah Terlalu Gombal Janji”

Kisah Kampung Pereh dan Kampung Sebong

Kepala Desa yang Membangun Rumah Limas Melayu

KAITAN: Aeromodeling, batam, Mesin tempel, Pesawat, Pesawat kertas
admin 26/10/2022
Sebarkan Artikel/ Konten ini
Facebook Twitter Email Print
Artikel/ Konten Sebelumnya Reunion II Project ; “Hal yang Berubah dan Tak Berubah”
Artikel/ Konten Selanjutnya Kota dan Rumput
Beri Penilaian

Beri Penilaian Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Please select a rating!

- Advertisement -
Ad imageAd image

WhatsNew?

Kepala BP Batam Lantik 23 Pejabat BP Batam
BP Batam
LAM Kepri Kota Batam Tabalkan Gelar Adat pada Kepala – Wakil Kepala BP Batam
BP Batam
99 KK Terdampak Proyek Rempang Tempati Hunian Baru di Tanjung Banon
BP Batam
BP Batam Terima Kunjungan Calon Investor dari Tiongkok
BP Batam
BP Batam Sosialisasikan Lahan Agribisnis
BP Batam
- Advertisement -
Ad imageAd image
- Advertisement -
Ad imageAd image

Hot Talks

- Advertisement -
Ad imageAd image

Artikel/ Konten Lainnya

Setiap 40 Detik 1 Orang di Dunia Bunuh Diri, Ini Penyebabnya

11 bulan lalu

Wartawan Tangguh itu Telah Pergi…

1 tahun lalu

“Wahai Caleg, Janganlah Terlalu Gombal Janji”

1 tahun lalu
3

Kisah Kampung Pereh dan Kampung Sebong

1 tahun lalu
about us

Laman The Socrates Talk adalah untuk memenuhi rasa ingin tahu publik tentang Batam dan Indonesia. Dari sumber informasi terpercaya.

Find Us on Socials

© Socrates Talk 2022 - 2023. All Rights Reserved.

  • About
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksional

Removed from reading list

Undo
Welcome Back!

Sign in to your account

Register Lost your password?