socratestalk.com – Seorang warga Singapura, Zheng Huang merasa kecewa dan terkejut lantaran harga tiket ferry rute Singapura – Batam semakin mahal dan melonjak lebih 70 Dolar Singapura, sejak dua tahun belakangan ini.
Zheng Huang (53) yang biasa mengunjungi tempat liburan ke Batam setiap akhir pekan untuk bersantap dan berbelanja, kini membatasi perjalanannya menjadi satu atau dua kali sebulan saja. ‘’Kalau Anda ke Batam, manfaatkan waktu sebaik-baiknya. Teman-teman saya juga banyak yang kecewa,’’ kata Zheng seperti dilaporkan The Straits Times.
Tidak hanya Zheng, warga Singapura lainnya yang menempuh perjalanan selama satu jam ke Batam, bingung dan heran dengan kenaikan tajam harga tiket kapal ferry tersebut. Kenaikan tiket ini diberlakukan secara seragam oleh hampir semua operator kapal ferry Batam – Singapura. Ini terjadi sejak Batam dibuka kembali untuk wisatawan asing pada Januari 2022 setelah pandemi Covid-19 mereda.
‘’Mestinya, pemilik kapal ferry, Dinas Perhubungan, Dinas Pariwisata, Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) dan Lembaga Perlindungan Konsumen, duduk bersama dan membahas kenapa harga tiket Batam – Singapura semahal itu. Berapa harga per mil? Kenapa harga tiket ferry ke Johor yang lebih jauh tidak semahal itu?’’ kata Ketua Badan Tourism Promotion Board Rahman Usman, Minggu (2/5) malam.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam Ardiwinata saat dikonfirmasi mengakui, ada dua hal yang dikeluhkan wisatawan asing, terutama Singapura. Yakni, mahalnya biaya Visa on Arrival (VoA) ke Batam dan Kepulauan Riau sebesar Rp500 ribu.
Kebijakan biaya VoA khusus wisata selama 30 hari memberatkan turis asing yang hendak berlibur ke Batam. ‘’Pemko Batam sudah mengirim pusat ke pemerintah pusat agar Batam diberikan relaksasi biaya VoA. Terutama untuk turis asing dari Korea, China, India dan Jepang. Biaya VoA ini masih dikeluhkan wisatawan asing. Padahal, dulu pernah free,’’ kata Ardiwinata.
Soalnya mahalnya harga tiket ferry ke Batam yang dikeluhan warga Singapura, menurut Ardiwinata, sudah disampaikan kepada operator kapal ferry. ‘’Kita sudah sampaikan keluhan mahalnya harga tiket ferry. Mungkin karena kenaikan biaya operasional, pajak, bahan bakar dan biaya tambat. Ini masalah business to business,’’ kata Ardiwinata.
Diduga, ada kongkalikong dan permainan kartel sejumlah operator kapal ferry. Dugaan kartel ini, sudah dilaporkan Kadin Batam dan Apindo ke Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyelidiki sejumlah operator ferry yang terlibat.
Tahun 2024 Provinsi Kepulauan Riau menargetkan total kunjungan wisatawan asing sebanyak 3 juta orang. Batam mendapat beban target sekitar 2 juta wisatawan asing. Selain makin memperlambat pulihnya sektor pariwisata yang terpuruk selama pandemi Covid-19, juga akan mempersulit mencapai target kunjungan wisatawan asing. (socrates)