By Bintoro Suryo – Sebuah peta yang berasal dari Atlas van Nederlandsch Oost-en West-Indie’, oleh Dr I. Dornseiffen, diterbitkan oleh Seyffardt’s Boekhandel, Amsterdam, menggambarkan wilayah Kepulauan Riau di sekitar tahun 1899, termasuk pulau Batam dengan pulau-pulau kecil penyangganya.
Peta ini merupakan lembar ke 6 dari peta Sumatera. Gambaran peta termasuk peta sisipan Kepulauan Anambas. Oleh sang pembuat peta, Dr. I. Dornseiffen, kabupaten Kepulauan Anambas disebutkan sebagai sebuah kepulauan kecil di Indonesia, terletak 150 mil laut timur laut Pulau Batam di Laut Natuna Utara, antara daratan Malaysia di barat dan pulau Kalimantan di timur.
Secara geografis, kepulauan Anambas saat itu disebut merupakan bagian dari Kepulauan Tudjuh, secara administratif. Peta kuno ini diterbitkan oleh Seyffardt’s Boekhandel, Amsterdam.
Gambaran Kepulauan Batam circa 1899
Pembuat peta, Dr. I. Dornseiffen , menggambarkan kepulauan Batam masa itu dengan bentuk yang kurang lebih sama seperti yang kita kenal di masa sekarang. Beberapa lokasi pesisir yang sudah didiami penduduk, dituliskan rinci. Ada perkampungan T. Singkoewan (Tanjung Sengkuang, pen), Mentarau, Tering, Belian hingga Bojan (pulau Boyan, pen) di sebelah baratnya serta wilayah yang disebut dalam peta sebagai Ladi. Sementara di wilayah timur, ada Nongsa, Senggoenoeng (Senggunung – Sambau, pen) serta pulau Sauh (Tanjung Sauh, pen) dan Kasam.
Pusat keramaian di pulau utama Batam, Sei Jodoh, juga dituliskan oleh Dr. I. Dornseiffen sebagai ; Djoedoe. Sementara teluk Tanjung Uma yang kita kenal sekarang, disebutkan dalam peta sebagai Djoedoe Baai.
Ada dinamika masyarakat di pulau utama kepulauan Batam, terutama di wilayah-wilayah pesisir, walau belum merupakan sentra ekonomi utama masyarakat kepulauan Batam secara umum dan pusat pemerintahan di zaman Hindia Belanda masa itu.
Arah pelayaran internasional juga dijelaskan melalui garis-garis dalam peta yang digambarkan oleh Dr. I. Dornseiffen. Dua jalur pelayaran ramai digambarkan melalui kepulauan Batam masa itu. Selain melalui Singapore Straat (Selat Singapura, pen), jalur lain adalah melalui Tjombol Straat (selat Combol, dekat pulau Bulan, pen).
Rute internasional untuk menyinggahi Tandjoengpinang (Tanjungpinang, pen) adalah melalui jalur pelayaran di Tjombol Straat. Pada masa itu, Tandjoengpinang (Tanjungpinang, pen), sudah menjadi pusat karesidenan Hindia Belanda untuk wilayah Kepulauan Riau. Jalur yang biasa digunakan sesuai peta Dr. I. Dornseiffen adalah melalui perairan selat Tjombol – perairan pulau Buluh, – mengarah ke pulau Setokok – dan melalui selat kecil antara pulau Setokok dan Batam (kini berdiri jembatan 1 Barelang, pen). Belum ada garis pelayaran langsung yang menyinggahi pulau utama Batam di gugus kepulauan Batam masa itu.
(*)
Penulis/ Videografer: Bintoro Suryo – Ordinary Man. Orang teknik, Mengelola Blog, suka sejarah & Videography.
Artikel ini pertama kali terbit di : bintorosuryo.com