PULAU Tebing Tinggi, adalah satu antara pulau yang ada di gugus kepulauan Meranti. Lebih dari 150 tahun silam, etnis Tionghoa disebut sudah berada di sana. Bangunan kelenteng di sana pun diyakini sebagai yang tertua di Sumatera. Wilayah yang ramai di pulau ini adalah Selatpanjang.
Pada masa pendudukan Jepang, wilayah Selatpanjang menjadi basis penjajah karena merupakan salah satu pintu gerbang menuju pulau sumatera sekaligus jembatan dengan daerah lain, seperti semenanjung Malaya dan Temasek atau Tumasik (Singapura).
Awalnya, warga Tionghoa menetap di Selatpanjang dengan membuka usaha kayu dengan cara membabat hutan. Mereka kemudian membuat perkebunan karet, sagu serta sayu-sayuran. Keberhasilan para perantau awal dari daratan Tiongkok ini, lantas disusul perantau lainnya. Mereka sama-sama berada di pulau tersebut dan pulau-pulau sekitar hingga berketurunan yang kini menyebar di banyak wilayah di Indonesia, termasuk Kepulauan Riau.
Letaknya yang strategis di bibir Selat Malaka, membuat aktifitas perdagangan tempo dulu di sini juga berjalan pesat. Hasil pertanian dari Selatpanjang dan pulau-pulau sekitarnya, biasa dijual ke Malaysia atau Singapura. Keberhasil para etnis Tionghoa dalam berbisnis ini pada akhirnya melahirkan Selat Panjang sebagai kota perdagangan dari dulu hingga sekarang.
Sebagai bagian wilayah kesultanan Siak pada masa silam, sejak dahulu telah terbentuk masyarakat yang heterogen di sini. Terutama suku Melayu dan etnis Tionghoa Faktor ini jugalah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang barang maupun manusia dari daratan Tiongkok (China) ke kepulauan nusantara dan sebaliknya.
[…] Selanjutnya : Selatpanjang Tempo Dulu | ‘Masa-Masa Kecil & Kisah Keluarga‘ – MENEROBOS WAKTU’ Sebuah M… […]